BAB 2

Setelah itu, Angga segera menggendong Edward pergi dari kamar besarnya. Ia melangkahkan kakinya dengan lambat karena tubuh Edward sudah sangat berat. Jam menunjukkan pukul tujuh lewat dua puluh lima menit, Angga bergegas untuk segera pergi mengantarkan Edward ke sekolah TK ( Taman Kanak-kanak) tanpa sarapan terlebih dahulu.

Setelah mengantarkan Edward, Angga pun melajukan mobil sportnya menuju Perusahaan. Hari ini begitu cukup melelahkan baginya. Mengurusi si kecil yang sudah sangat lincah kesana-kemari, yang membuatnya harus benar-benar extra menjaganya. Sampai saat ini, Angga masih belum mencari sosok pengganti Ibu tiri untuk anaknya.

Padahal orang tuanya sendiri sudah menyuruhnya berkali-kali untuk menikah kembali. Namun Angga masih tetap tenang dengan kesendiriannya dan lebih fokus mengurus anak semata wayangnya itu. Mungkin rasa cinta pada wanita sudah hilang dari diri Angga.

Sudah satu jam berlalu, sampailah di Perusahaannya. Angga segera memarkirkan mobilnya dan menyuruh Security untuk membersihkannya. Ia segera masuk dan di sambut oleh beberapa karyawan dan resepsionisnya. Sikap Angga cukup dingin dan sensitif pada siapapun, setelah kepergian almarhum Istrinya itu. Karyawan sangat mengerti dengan perasaan Direkturnya.

"Pagi, Pak," ucap karyawan beridentitas wanita dengan tersenyum, lalu menundukkan kepalanya sebagai tanda hormat.

"Iya..." balas Angga dengan wajah datar. "Siapkan berkas-berkas yang harus saya tandatangani, dan segera simpan di meja saya," lanjutnya.

"Baik, Pak. Dan nanti dari pihak klien akan datang kesini untuk menemui Bapak mengenai proyeksi baru."

***

Alysa sudah berada di Perusahaan itu tepat pada pukul enam lewat tiga puluh menit, karena Perusahaan tempat ia bekerja di buka pada pukul tujuh pagi. Ia berjalan kaki dari kontrakan ke tempat kerjanya, karena ia harus menghemat uang yang di berikan orang tuanya di kampung.

Perasaan bahagia masih menyelimuti dirinya. Ia masih tidak percaya bisa bekerja di luar Kota dan harus jauh dari orang tua dan keluarganya. Dan ia berharap di hari pertamanya bekerja ini, ia bisa bekerja dengan maksimal tanpa ada beban apapun dan mendapatkan rekan kerja yang baik padanya. Alysa segera membersihkan satu per satu ruangan, mulai dari ruangan lobby, ruangan karyawan dan yang terakhir adalah ruangan Direktur yang paling atas dari gedung tersebut.

Namun sedari tadi, ia tidak melihat Direktur itu, ia sangat ingin bertemu dengannya dan akan mengucapkan terima kasih padanya, karena ia bisa bekerja di sini. Dan mendengar dari beberapa rekan cleaning service dan juga karyawan lain, kalau Direktur itu sangat dingin dan juga sensitif dengan siapapun, apalagi dengan bawahannya sendiri. Ya begitulah sifat Angga yang tidak ingin bergaul dengan para karyawannya.

Setelah selesai mengerjakan pekerjaannya, Alysa pun segera turun kembali dengan menaiki lift khusus karyawan. Sesampainya di bawah, ia segera kembali menuju ruangannya. Cukup melelahkan karena rekan kerja cleaning service menyuruhnya untuk membersihkan semua ruangan sendirian.

"Capek sekali. Aku mau minum air dingin, tapi tidak ada. Kalau pun aku beli, nanti uangku habis untuk biaya makan dapat dari mana, lagian aku juga baru bekerja di sini," ucap Alysa sembari menggibas-gibaskan tangannya. "Aku harus ke dapur, mudah-mudahan saja ada air dingin di sana." Alysa segera pergi menuju dapur yang hanya berjalan sekitar lima meter dari tempatnya berdiri.

"Will, nanti pukul sebelas siang tolong jemput Edward di sekolahnya. Dan bawa kesini," titah Angga dengan nada tegas.

"Baik, Pak. Saya akan segera menjemputnya," balas Willy, yang merupakan Asisten pribadi Angga. Ia bekerja kurang lebih empat tahun dengannya, setelah kepergian Istri Angga.

Pukul dua belas, semua karyawan berhenti bekerja sejenak. Mereka segera berpisah dari ruangan, ada yang makan siang dan juga menunaikan kewajibannya sebagai seorang Muslim untuk melaksanakan sholat dzuhur. Begitupun dengan Alysa, setelah melaksanakan sholat ia segera pergi menuju lobby untuk menawarkan beberapa minuman pada resepsionis, namun resepsionis tidak ada akhirnya ia pun kembali ke ruangannya. Tiba-tiba dari arah pintu masuk ada anak kecil berlarian dan menabraknya. Sontak saja ia terkejut dengan keberadaan anak kecil itu.

BRUG

Alysa merasa panik, karena ini pertama kalinya ia melihat anak kecil sendirian masuk ke Perusahaan besar tersebut. Apalagi tanpa pengawasan dari orang tuanya.

"Eh maaf ya Dek, kakak enggak sengaja," Alysa mencoba membantu anak kecil itu untuk berdiri. Anak kecil itu menatapnya, lalu tersenyum membuat Alysa tampak keheranan. Tapi ada untungnya jika anak kecil itu tidak menangis saat menabrak dirinya.

Anak siapa dia? Orang tuanya kemana?

Anak kecil itu lalu memeluknya dengan erat. Entah ada apa dengannya, sepertinya anak itu mulai menyukainya.

"Tante, Papa aku di mana? Katanya mau jemput aku pulang cekolah," tanya Edward dengan memonyongkan bibirnya dengan gemas. Ia seketika marah, namun Alysa tersenyum melihatnya.

"Gemas sekali, utututu. Muachh..." Alysa tanpa sadar langsung mencium pipi gembul Edward.

"Ihh...Tante, kok Edwald di cium sih. Nanti Papa aku malah lho...Papa aku kan galak," ucap Edward ceplas-ceplos, membuat Alysa tertawa dan menciumnya kembali.

"Kok, Papanya galak? Kalo galak berarti enggak sayang. Ayo duduk dulu, nanti Tante anterin ke Papa ya." Alysa membawa Edward ke kursi tunggu depan resepsionis dan mendudukkan di pahanya sendiri.

"Kalo boleh tau, anak tampan ini siapa namanya?" tanya Alysa, ia sangat menyukai Edward yang menggemaskan itu. Ia merasa memiliki tenaga kembali setelah bertemu dengannya.

"Nama aku Edwald, Tante. Baguskan nama aku?" ucap Edward, lagi-lagi ia memonyongkan bibirnya.

"Edwald? Namanya Edwald apa Edward?" Alysa pun tertawa.

"Edwald, Tante, Edwald," teriak Edward membuat Alysa terkejut.

Astaghfirullah. Sabar Alysa, dia masuk anak-anak.

"Iya-iya. Papanya di mana?" tanya Alysa semakin penasaran dengan orang tua dari anak kecil itu. Bagimana mungkin anak sekecil itu berjalan sendirian tanpa pengawasan orang dewasa. Alysa belum tahu jika anak kecil itu adalah anak Direkturnya. Bahkan melihat wajah Direkturnya pun ia belum pernah melihatnya sama sekali.

"Enggak tau, tapi keljanya di sini."

Tanpa Alysa sadari, ternyata ada sepasang mata yang memperhatikannya dari kejauhan. Ya, dia Angga sedang memperhatikan mereka yang sedang berbincang-bincang. Angga mulai memperhatikan wajah cantik Alysa. Terlihat senyum kecil di bibir. Baru kali ini ia melihat anaknya begitu akrab dengan orang lain, bahkan dengan dirinya sendiri saja Edward tidak seakrab begitu.

Siapa wanita itu. Kenapa dia akrab sekali dengan Edward. Saya rasa, memang dia pegawai baru di sini.

Angga mengambil ponselnya di saku celana, lalu ia menelpon seseorang.

"Anak saya ada di mana?"

"Udah saya jemput, Pak. Tadi saya antar ke depan lobby, mungkin resepsionis ada yang mau mengantarkannya ke Bapak. Tapi, Edward udah sampe ke ruangan 'Bapak kan?"

"Belum sampe!" Angga memutuskan teleponnya. Ia geram dengan Willy. Kalau saja tidak ada wanita itu di lobby, mungkin saja anaknya tidak akan ia temukan di area sana.

Angga mulai melangkahkan kakinya menuju mereka yang sedang asyik berbicara. Angga menarik tangan Edward, membuat Alysa sangat terkejut dengan kedatangannya. Alysa langsung berdiri, lalu menundukkan kepalanya. Ia baru tahu jika itu adalah Direktur Perusahaan ini. Direktur yang dingin dan bisa di bilang kejam. Alysa hanya bisa menunduk, ia tidak bisa menatap wajah tampan itu.

"Ma-maaf, Pak. Ta-tadi, saya hanya mengajaknya berbicara saja." Alysa semakin menunduk. Perasaan salah mulai menyelimuti dirinya. Ia sangat takut jika Direkturnya itu akan memarahi dirinya.

"Iya, tidak apa-apa. Terima kasih sudah menghiburnya," balas Angga dengan wajah datarnya dan segera membawa Edward pergi dari hadapan Alysa. Alysa terus menunduk sampai Direktur itu tak terlihat lagi. Perasaanya begitu was-was.

Ternyata, dia Direktur Perusahaan ini. Emang sih keliatannya dia bersikap dingin dan membatasi dengan bawahannya. Dari cara bicaranya saja sudah menakutkan kayak gitu. Tapi kalau di pikir-pikir, Bapak Direktur tampan juga. Hey Alysa jangan bermimpi terlalu jauh, dia tidak akan melihatmu. Lagi pula dia sudah memiliki seorang Istri yang jauh lebih cantik dari dirimu, dan yang tadi juga anaknya. Alysa menampar pipinya dengan keras dan segera berjalan menuju ke ruangannya.

***

Terpopuler

Comments

Mis Nia

Mis Nia

cie.....yang udah mulai tumbuh toge nya nya🤣🤣🤣🤣

2022-05-22

0

Har Tini

Har Tini

cie...papa edwrd senyum dikit

2021-12-20

0

Elea asyafiq

Elea asyafiq

suka deh klo cerita durensawit nih+hot dady lagi

2021-10-29

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!