BAB 18

Malam pun tiba, Alysa segera memilih pakaian yang cocok untuk bertemu dengan calon mertuanya. Ia memilih pakaian yang sederhana tapi cukup elegan bila di pakai. Waktu menunjukkan pukul delapan malam, Alysa segera berdandan natural. Ia hanya memakai pelembab dan bedak untuk memutihkan wajahnya, tak lupa juga ia memakai lip ice agar bibirnya tidak kering. Setelah selesai, ia segera pergi keluar untuk menunggu kedatangan Angga.

Kalo aku bertemu dengan Mamanya Pak Angga, apa beliau akan menyukaiku? Aku takut kalo ia benar-benar tidak menyukaiku. Aku memang tak pantas bersanding dengan Pak Angga, harga pakaianku tak sebanding dengan harga pakaiannya. Aku benar-benar tidak tahu diri yang menginginkan hati Pak Angga hanya untukku. Ibu do'akan anakmu ini, semoga tidak terjadi apa-apa. Batin Alysa ia terus memikirkan bagaimana nasibnya.

Tiba-tiba suara klakson mobil membuyarkan lamunannya. Alysa begitu terkejut, Angga segera keluar untuk menghampirinya. Angga memakai setelan kemeja warna hitam dengan celana jeans, ia terlihat sangat tampan. Angga begitu takjub dengan Alysa, Alysa sangat cantik dengan pakaian sederhananya. Angga tersenyum kecil, matanya berbinar-binar.

"Udah lama ya nunggunya?" tanya Angga tersenyum sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Baru kok, Pak," sahut Alysa, lalu tersenyum dengan menundukkan wajahnya. Raut wajahnya menandakan antara senang dan juga malu. Malu? Iya malu karena Angga sangatlah tampan malam ini, dan itu yang membuat dirinya sedikit menundukkan kepalanya.

Apa aku pantes sama, Pak Angga? Batinnya bertanya-tanya.

"Cantik sekali jadi makin sayang nih." goda Angga membuat Alysa tersipu malu dan wajahnya sedikit memerah.

"Bapak bisa aja. Hmm, apa Mama akan menyukaiku?" tanya Alysa ragu dan sedikit memonyongkan bibirnya.

"Kamu sangat cantik hari ini, Mama pasti menyukaimu."

"Kalau misalnya Mama benar-benar tidak menyukaiku, lebih baik kita batalkan saja pernikahannya," ucap Alysa menunduk membuat Angga segera mendekatinya dan mengangkat wajah Alysa untuk menatapnya.

"Alysa, dengarkan saya! Jika saya sudah berbicara serius, maka itu tandanya saya akan benar-benar mendapatkannya. Jangan berkecil hati, do'akan yang terbaik supaya kita bisa cepat-cepat menikah," ucap Angga dengan memegangi dagu Alysa, ia menatapnya dengan lekat. "Sudah jangan seperti itu, kita jalan sekarang ya?" lanjutnya dan segera menggandeng tangan Alysa, Alysa terlihat senyum kembali setelah mendengar ucapan Angga.

Terima kasih Pak sudah mempercayai saya sebagai ibu sambung buat Edward. Saya janji, saya akan menjadi Ibu yang baik untuk Edward, dan juga akan menjadi istri yang baik buat Bapak. Batin Alysa, tak terasa air matanya mulai menetes.

Angga membuka handle pintu mobil untuk Alysa, Alysa segera masuk. Setelah memastikan Alysa masuk, Angga mengitari mobilnya lalu membuka handle pintunya dan masuk. Angga terus memandangi wajahnya Alysa, membuat Alysa sedikit menutupi wajahnya dengan telapak tangannya.

"Cantik! Aku ingin terus memandangimu disetiap hari-hariku." ucap Angga lalu mencium kening Alysa, membuat Alysa sedikit terkejut.

"Tukang gombal," ledek Alysa dengan merapikan pakaiannya tanpa melirik Angga yang sedang menatap dirinya.

"Udah berani ya bicara kayak gitu sama atasanmu?" tanya Angga sembari menahan tawanya membuat Alysa menoleh dan menatap Angga dengan sendu.

"Ya udah saya minta ma..." ucap Alysa terpotong.

"Becanda kok, malah dibawa serius haha...Lagian, kita kan mau nikah, masa harus tegang mulu."

Alysa tak menghiraukan ucapan Angga, ia menoleh ke belakang, namun ia tidak melihat anak kecil yang menggemaskan itu. Kemana dia? Kenapa dia tidak ada disana?

"Pak Edward dimana? Kok gak ada?" tanya Alysa, ia sedikit kebingungan biasanya Edward selalu ikut kemanapun Papanya pergi.

"Edward ada di rumah sama pembantu. Saya sengaja tinggal dulu, biar kita ada waktu untuk berdua," sahut Angga.

"Kenapa gak di ajak aja, Pak. Kasihan lho Edward," kesal Alysa.

"Enggak apa-apa. Saya hanya ingin berbagi waktu untukmu," Angga mengangkat sudut bibirnya, wajahnya benar-benar sangat tampan. Alysa yang tadinya kesal pun langsung terpesona dengan ketampanan calon suaminya.

"Ayo Pak kita jalan," sahut Alysa dengan memalingkan wajahnya karena malu, Angga hanya tersenyum lalu segera melajukan mobilnya.

Perjalanan ke rumah Mama membutuhkan waktu kurang lebih sekitar satu jam, karena di jalan cukup macet. Lantaran hari ini adalah malam Minggu, sehingga banyak orang yang keluar hanya untuk menikmati waktu dengan keluarganya. Satu jam sudah, kini mereka sudah berada di kediaman Mamanya Angga. Alysa menghela nafasnya dengan kasar, ia benar-benar takut akan terjadi sesuatu dengan dirinya.

"Jangan takut, ayo masuk," Angga mencoba menenangkan Alysa dan segera membawa Alysa ke dalam rumah Mamanya.

"Pak, apa sebaiknya kita pulang saja?" tanya Alysa, ia begitu takut berhadapan dengan Mamanya Angga sewaktu mereka berbicara di kantor tadi.

"No, no. Kalau kamu berpikiran seperti ini terus, terus mau sampai kapan kita akan menikah?" Angga tersenyum membuat Alysa kesal dan mencubit tangan Angga.

"Bukan gitu, Pak. Tapi aku takut, kalo Mama emang bener-bener gak suka sama aku," kesal Alysa.

"Udah ayo masuk," Angga menarik tangan Alysa untuk segera mengikuti langkahnya.

Ya Allah semoga tidak terjadi apa-apa. batin Alysa.

Angga segera memencet bel rumah.

TING TONG TING TONG

Tak berapa lama, pintu pun terbuka. Tampak Mamanya yang membuka. Mamanya tersenyum pada Angga, namun tidak dengan Alysa. Angga segera mencium tangan Mamanya, dan disusul Alysa. Namun baru saja Alysa akan menciumnya, Mama segera menyuruh Angga masuk. Melihat sikap Mamanya berbeda, Angga segera memberi semangat pada Alysa.

"Tak apa-apa. Nanti juga Mama akan menerimamu. Ayo masuk," ucap Angga.

Angga segera membawa Alysa masuk menuju ruang tamu. Kediaman itu terlihat sangat indah dengan beberapa hiasan dinding dan beberapa foto keluarga. Alysa menatap takjub akan seisi rumah itu. Alysa dan Angga pun segera duduk. Tiba-tiba datanglah Papanya Angga yang bernama Surya. Ia segera duduk dekat Angga. Angga dan Alysa segera mencium tangannya, Pak Surya terlihat begitu baik pada Alysa, tidak seperti istrinya yang menatap Alysa dengan tatapan tidak suka.

"Ini siapa Ga? Cantik sekali," tanya Papa sembari melihat Alysa dengan tersenyum sempurna.

"Ini Alysa Pa, calon menantu Papa," pekik Angga lalu menatap Alysa dengan tersenyum membuat Alysa malu dengan ucapan Angga.

"Lebih cantikkan Destia," sahut Mama sembari menatap tajam pada Alysa, membuat Alysa sedikit menundukkan wajahnya.

Benarkan firasatku. Mamanya Pak Angga gak akan menerimaku. Aku gak pantes buat Pak Angga. batin Alysa, air matanya menetes dipipi putihnya.

"Ma, kalau kita lagi bicara formal jangan bawa-bawa nama wanita itu. Angga gak suka!" tegas Angga membuat Mamanya marah.

"Memang iya, lebih cantikkan Destia!" ucap Mamanya sembari menatap tajam pada Angga.

"Sudah Ma, jangan seperti itu. Biarkan Angga yang memilih pasangannya sendiri. Dia udah besar dan udah bisa menentukan mana yang baik untuk keluarganya. Kalau dia bahagia kita sebagai orang tuanya juga akan ikut bahagia. Jangan terus mengekang keinginannya, itu juga buat masa depannya!" ucap Papa dengan tegas membuat Mama menatap tajam. "Sebenarnya kamu kesini ada perlu apa, Ga? Tumben malam-malam begini," lanjutnya.

"Angga kesini mau minta restu sama Mama dan Papa. Sebentar lagi Angga akan menikahi Alysa," ucap Angga lalu menatap Alysa yang sedang menyeka air matanya.

Papanya menatap lekat pada Angga dan juga Alysa. Dilihat dari matanya, sepertinya ia merestui hubungan anaknya. Namun tidak dengan Mamanya, ia sangat membenci hubungan itu dan berfikir untuk menggagalkan rencana anak laki-lakinya itu.

"Kalau Papa sih setuju-setuju aja. Asalkan kalian benar-benar untuk membina rumah tangga," ucap Papa dengan enteng. Mama yang barusan mendengar ucapan Papa, ia langsung mencubit lengan Papa.

"Makasih, Pa. Iya Angga ingin membina rumah tangga yang harmonis yang bisa menerima status Angga sekarang. Dan Angga yakin dengan pilihan Angga untuk menikahinya."

"Mama enggak setuju. Kenapa Papa setuju? Kita enggak tau bebet, bibit, bobotnya wanita ini? Kita harus mencari pendamping Angga yang setara dengan kita. Sepertinya wanita ini dari kampung, lihat saja pakaiannya seperti itu!" pekik Mama membuat Angga murka dan menatap tajam pada Mamanya sendiri.

"Ma cukup, Angga kesini cuma mau minta restu bukan mau mencari keributan. Kalau Mama enggak setuju, Angga tetap akan menikahinya. Karena sebagai laki-laki, kita harus bertanggungjawab dengan ucapannya sendiri!" tegas Angga membuat Mamanya menjadi marah. "Dan wanita yang Mama bangga-banggakan itu wanita yang sudah menculik cucu Mama sendiri. Dia membawa Edward ke rumahnya dengan meminta imbalan agar Angga mau menikahinya. Apa Mama tidak melihat satu kejelekan dari wanita itu? Wanita murahan dengan bermodalkan ucapan-ucapan manisnya. Lihat Alysa Ma, lihat. Dia gadis kampung yang berhati mulia, Edward sangat menyayanginya begitu juga dengan Angga. Seharusnya Mama senang karena Edward mau punya Mama baru untuknya!" jelas Angga.

Terpopuler

Comments

Mis Nia

Mis Nia

udah pa angga.ancem balik aja tu mama..kalo gx di restuiin.nikah ma alsya.bilang aja kalo pa Angga ma ngeduda seumur hidup.🤣🤣🤣🤣

2022-05-22

0

Aqiyu

Aqiyu

Alysa terlalu lemah dikit-dikit nangis.
harusnya anak perempuan pertama itu harus kuat ga cengeng apalagi diperantauan yang dihuni manusia dari berbagai ras dan suku

2022-04-13

0

Har Tini

Har Tini

good angga pertahan kan alisya

2021-12-21

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!