Bagian 6

Kembali Agnasia letakan sendok kedalam wadah kecil dan menunggu apa yang akan di katakan Pangeran padanya.

"Kenapa kamu berbicara tidak sopan padaku? Kamu kan bukan siapa-siapa? Harusnya lebih sopan."

Jika di lihat, dia lebih cerewet di bandingkan sebelumnya. Tapi Agnasia harus sabar sampai Carin datang.

"Baiklah, anda harus makan Yang Mulia pangeran, agar saya bisa pergi secepatnya dari sini" ujarnya sambil meletakan sendok ke ke atas piring.

"Pergi saja! Aku tidak menyuruh mu untuk datang. Dan aku bisa makan sendiri."

Pangeran kini sedikit meninggikan suaranya, Agnasia pun mengangguk dan meletakan makanan itu di depan pangkuannya.

"Saya undur diri dulu..."

Agnasia berdiri dan berbalik pergi untuk mengikuti latihan berpedang. Sebenarnya hobi dari Agnasia adalah berpedang, tapi karena dia akan menjadi istri pangeran, sekaligus ada peraturan yang melarang wanita bangsawan berpedang. Jadi Agnasia segera melupakan hobinya itu.

Jika dari awal dia tahu tidak akan jadi menikah, lebih baik dia lanjutkan saja hobinya. Tapi sekarang berbeda jauh dari yang dulu, sudah dia putuskan untuk melanjutkan hobinya yang tertunda, walaupun melanggar aturan.

...💐💐💐💐...

"Pelayan. Siapa wanita yg tidak tahu sopan-santun itu?!" tanya Pangeran saat Agnasia meninggalkan ruangan beberapa waktu lalu.

"Dengan seenaknya dia berbalik pergi sambil menunjukkan punggungnya padaku!"

"Yang Mulia pangeran, putri adalah anak dari Duke Alddes. Agnasia Arista Alddes, sekaligus tunangan Yang Mulia pangeran."

Raut wajahnya seketika berubah menjadi tidak percaya akan yang dikatakan pelayan.

"Apa! Aku bahkan belum memiliki tunangan dan siapa Duke Alddes, aku tidak mengenali mereka."

Para pelayan kini hanya diam saja, tidak menjawab pertanyaan Pangeran karena kondisinya tidak baik untuk di ajak bicara.

...💐kediaman Alddes💐...

Agnasia sudah menganti pakaiannya dan mulai berlatih. Dia tidak peduli tentang peraturan dan pandangan orang-orang sekarang.

Setiap ayunan pedang dari Agnasia berhasil mematahkan beberapa jerami dengan sangat sempurna. Jika dibandingkan dengan prajurit terlatih Agnasia jauh lebih unggul di bandingkan mereka.

Saat sedang fokus pada sasaran di depannya, seseorang memanggil namanya. Dia berbalik dan mendapati Deondre yang berdiri di belakangnya.

Agnasia segera membungkuk pada Deondre, "Salam tuan Duke muda, ada apa kemari??"

"Kenapa kamu sudah kembali?"

"Pangeran sudah menyuruh saya pulang. Jadi untuk apa saya tinggal di sana lebih lama," jelasnya pada Deondre.

"Harusnya kamu tetap di sana, karena Pangeran dalam proses penyembuhan."

"Pangeran tidak suka saya ada disana, karena dia tidak mengingat saya."

Agnasia memandang Deondre tenang, berbeda dengan Deondre, sudah banyak sekali pertanyaan dalam pikirannya, tentang sikap dari Agnasia yang tidak sedih saat mengetahui Pangeran tidak mengingatnya.

"Harusnya kamu tetap di sana agar dia bisa mengingat mu."

"Itu tidak akan berhasil," ucapnya, Deondre lalu melirik tangan Agnasia dan baru sadar ternyata adiknya sedang memegang pedang.

"Apa yang kamu lakukan dengan pedang itu, wanita bangsawan tidak boleh berpedang! Dia hanya bisa mengikuti acara jamuan teh dan merajut saja. Kamu sudah melanggar peraturan kekaisaran,"

bentak Deondre pada Agnasia, tetapi wanita itu hanya diam dan langsung berbalik menghempas jerami yang ada di depannya.

"Saya juga memiliki hak untuk memilih jalan saya. Hidup saya tidak bergantung pada peraturan."

"Agnasia, berhentilah bersikap aneh sekarang! Dan segeralah masuk kedalam! Tinggalkan pedang mu itu!!"

Agnasia sedikit terdiam, lalu dia berbalik melihat Deondre. Matanya yanb bagaikan mutiara hitam menatap Deondre tidak senang.

"Bukankah bagus saya bersikap seperti ini, bukankah bagus saya memiliki tujuan saya sendiri! Kenapa sekarang tuan Duke muda peduli apa yang saya lakukan? Bukankah dulu anda tidak peduli tentang apa yang saya lakukan, bahkan jika saya mati pun pasti anda tidak peduli.

Oh iya saya melupakan satu hal, andakan merasa jijik memiliki adik perempuan seperti saya yang sudah merenggut kehidupan ibu... Karena itu, saya ingin Tuan Duke muda jangan melihat atau peduli pada saya."

Agnasia langsung berbalik mengayunkan pedangnya sekali lagi, membiarkan Deondre di belakang ya g terdiam. Saat Deondre melihat rambut kecoklatan milik Agnasia itu, Deondre teringat akan ibu mereka.

Jika di jelaskan Agnasia memiliki rambut dan bentuk wajah yg mirip dengan ibunya, hanya saja yang berbeda adalah warna matanya yang mengikuti Duke George.

...💐💐💐💐...

Agnasia segera memberhentikan latihannya karena hari sudah sore, saatnya dia membersihkan tubuhnya.

Marry dengan cepat memberikan handuk kecil untuk mengeringkan keringat Agnasia.

"Nona Agnasia sangat hebat."

Dengan senyuman bangga Marry melihat Agnasia, sungguh Agnasia tersentuh atas pujian sederhana yang di katakan Merry.

"Merry, Apa kau menginginkan sesuatu? Aku akan memberikannya padamu," katanya, raut wajah Marry menjadi bingung mata coklatnya memandang Agnasia tidak berkedip.

"Nona? Apa anda bersungguh-sungguh?!"

"Tentu saja, apa aku terlihat berbohong?"

Merry mengeleng dengan cepat. Lalu berfikir apa yang akan dia minta dari ku.

"Saya hanya ingin nona jangan meninggalkan saya." Jawaban dari Merry membuatnya terkejut dan kesekian kalinya dia tersentuh.

Saat Agnasia bertanya apa tidak ada yang lain, dia hanya mengangguk saja dan berkata seperti sebelumnya pada Agnasia. Marry tersenyum, sambil mengajaknya masuk ke dalam kediaman untuk membersihkan diri.

...💐💐💐💐...

Menjelang malam, kepala pelayan memanggilnya untuk turun makan bersama dan itu di luar dugaan, biasanya tidak ada yang memanggilnya, malah Agnasia sendiri yang pergi kesana.

"Siapa yang menyuruh mu?" tanyanya pada tuan Alof yang menjadi kepala pelayan di kediaman Alddes.

"Tuan Duke yang menyuruh saya untuk memanggil Nona."

Ternyata benar, seperti yang ia pikirkan, pasti ini adalah perintah Duke karena mana mungkin ini dari Deondre. Agnasia lalu mengiakannya dan lelaki berambut putih itu segera keluar dengan sopan.

"Ini pertama kali Tuan memanggil Nona, apa ada sesuatu yang terjadi?"

"Entahlah Marry, Kalau begitu aku pergi dulu," katanya dan beranjak pergi.

pasti ada sesuatu yang ingin mereka katakan padaku, jika mengundang langsung seperti ini. Apa jangan-jangan soal aku yang berlatih pedang?

Agnasia segera pergi ke dalam ruangan makan keluarga Alddes, pelayan pun langsung membukakan pintu untuknya. Di dalam sudah ada dua orang yang dia kenal dengan raut tanpa ekspresi.

Bukankah harusnya mereka makan, kenapa harus menunggu kedatangannya.

Agnasia lalu memberikan salam pada mereka dan duduk dengan tenang, Duke pun mulai memegang garpu dan pisau untuk memotong daging. Saat sedang menyantap makanan, dia membuka suaranya sambil menatap Agnasia.

"Jelaskan saja apa maksud dari perkataan mu waktu itu di depan Kaisar," ujarnya dengan suara yang rendah dan dingin pada Agnasia. Mungkin karena ayah memiliki rambut berwarna hitam pekat dia jadi terlihat menakutkan.

Ternyata bukan soal latihan pedang ku, apa Deondre tidak mengatakannya?

"Sudah saya katakan, saya tidak lagi menyukai pangeran."

"Apa alasannya?"

"Apakah saya harus menjelaskannya, jika seseorang sudah tidak menyukai orang yang dia cintai."

Tuan Duke dengan cepat meletakan kembali alat makannya dan melipat tangannya di depan wajah, tatapannya tidak puas mendengar jawaban Agnasia.

Lalu, apa yang harusnya ku jawab?

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

serasa mendengar perckpan ditlp.

2021-08-20

0

skxrain

skxrain

hahah.. dendam sama anak sendiri si duke. tuh juga abang nya dendam ama adek kandungnya😂. heh, lu kira lu aja yg bisa dingin? kejam? gk berperasaan? dia juga bisa anj*ng. maksain hak seseorang? sini deh gw balik maksain lu😆.

2021-05-08

16

senja

senja

logikanya, kl dia mirip Emaknya, harusnya keluarga jadi sayang banget dan protektif karna kan mirip, ini malah dimusuhin, wkwk, aneh mereka, menyia2kan pengorbanan hidup dan mati

2021-03-21

32

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Bagian 1
3 Bagian 2
4 Bagian 3
5 Bagian 4
6 Bagian 5
7 Bagian 6
8 Bagian 7
9 Bagian 8
10 Bagian 9
11 Bagian 10
12 Bagian 11
13 Bagian 12
14 Bagian 13
15 Bagian 14
16 Bagian 15
17 Bagian 16
18 Bagian 17
19 Bagian 18
20 Bagian 19
21 Bagian 20
22 Bagian 21
23 Bagian 22
24 Bagian 23
25 Bagian 24
26 Bagian 25
27 Bagian 26
28 Bagian 27
29 Bagian 28
30 Bagian 29
31 Bagian 30
32 Bagian 31
33 Bagian 32
34 Bagian 33
35 Bagian 34
36 Bagian 35
37 Bagian 36
38 Bagian 37
39 Bagian 38
40 Bagian 39
41 Bagian 40
42 Bagian 41
43 Bagian 42
44 Bagian 43
45 Bagian 44
46 Bagian 45
47 Bagian 46
48 Bagian 47
49 Bagian 48
50 Bagian 49
51 Bagian 50
52 Bagian 51
53 Bagian 52
54 Bagian 53
55 Bagian 54
56 Bagian 55
57 Bagian 56
58 Bagian 57
59 Bagian 58
60 Bagian 59
61 Bagian 60
62 Bagian 61
63 Bagian 62
64 Bagian 63
65 Bagian 64 - gelang sihir
66 Bagian 65 - penyamaran
67 Bagian 66 - pertengkaran
68 Bagian 67 - ingatan
69 Bagian 68 - kekuatan
70 Bagian 69 - lambang kuno
71 Bagian 70 - Batu kekuatan {End}
72 Pengumuman
73 {Prolog Season Dua}
74 {Season Dua} Bagian 71 - Surat
75 {Season Dua} Bagian 72 - Sepupu
76 {Season Dua} Bagian 73 - Empat pilar
77 {Season Dua} Bagian 74 - sihir
78 {Season Dua} Bagian 75 - Mansion
79 {Season Dua} Bagian 76 - Khawatir
80 {Season Dua} Bagian 77 - Selamat
81 {Season Dua} Bagian 78 - Pertemuan
82 {Season Dua} Bagian 79 - Pintu rahasia
83 {Season Dua} Bagian 80 - Buku sihir
84 {Season Dua} Bagian 81- Galen
85 {Season Dua} Bagian 82 - Pertemuan
86 {Season Dua} Bagian 83 - Waktu
87 {Season Dua} Bagian 84 - Ibu
88 {Season Dua} Bagian 85 - Pembicaraan
89 {Season Dua} Bagian 86 - Masalalu
90 {Season Dua} Bagian 87 - Rencana
91 {Season Dua} Bagian 88 - Pengorbanan
92 {Season Dua} Bagian 89 - penyegel
93 {Season Dua} Bagian 90 - Ciuman pertama
94 {Season Dua} Bagian 91 - Pesta kekaisaran
95 {Season Dua} Bagian 92 - penyerangan yg akan datang
96 {Season Dua} Bagian 93 - Monster sihir
97 {Season Dua} Bagian 94 - Pintu kegelapan yg terbuka
98 {Season Dua} Bagian 95 - Terperangkap
99 {Season Dua} Bagian 96 - Penghalang
100 {Season Dua} Bagian 97 - Pertemuan
101 {Season Dua} Bagian 98 - Kebenaran
102 {Season Dua} Bagian 99 - Sihir
103 {Season Dua} Bagian 100 - Pertarungan sengit
104 {Season Dua} Bagian 101 - Perubahan
105 {Season Dua} Bagian 102 - Kematian
106 {Season Dua} Bagian 103 - kesembuhan dan kenyataan
107 {Season Dua} Bagian 104 - pertemuan dan akhir
108 {Ekstra part and pengumuman}
109 Tok! Tok! Cerita baru~
Episodes

Updated 109 Episodes

1
Prolog
2
Bagian 1
3
Bagian 2
4
Bagian 3
5
Bagian 4
6
Bagian 5
7
Bagian 6
8
Bagian 7
9
Bagian 8
10
Bagian 9
11
Bagian 10
12
Bagian 11
13
Bagian 12
14
Bagian 13
15
Bagian 14
16
Bagian 15
17
Bagian 16
18
Bagian 17
19
Bagian 18
20
Bagian 19
21
Bagian 20
22
Bagian 21
23
Bagian 22
24
Bagian 23
25
Bagian 24
26
Bagian 25
27
Bagian 26
28
Bagian 27
29
Bagian 28
30
Bagian 29
31
Bagian 30
32
Bagian 31
33
Bagian 32
34
Bagian 33
35
Bagian 34
36
Bagian 35
37
Bagian 36
38
Bagian 37
39
Bagian 38
40
Bagian 39
41
Bagian 40
42
Bagian 41
43
Bagian 42
44
Bagian 43
45
Bagian 44
46
Bagian 45
47
Bagian 46
48
Bagian 47
49
Bagian 48
50
Bagian 49
51
Bagian 50
52
Bagian 51
53
Bagian 52
54
Bagian 53
55
Bagian 54
56
Bagian 55
57
Bagian 56
58
Bagian 57
59
Bagian 58
60
Bagian 59
61
Bagian 60
62
Bagian 61
63
Bagian 62
64
Bagian 63
65
Bagian 64 - gelang sihir
66
Bagian 65 - penyamaran
67
Bagian 66 - pertengkaran
68
Bagian 67 - ingatan
69
Bagian 68 - kekuatan
70
Bagian 69 - lambang kuno
71
Bagian 70 - Batu kekuatan {End}
72
Pengumuman
73
{Prolog Season Dua}
74
{Season Dua} Bagian 71 - Surat
75
{Season Dua} Bagian 72 - Sepupu
76
{Season Dua} Bagian 73 - Empat pilar
77
{Season Dua} Bagian 74 - sihir
78
{Season Dua} Bagian 75 - Mansion
79
{Season Dua} Bagian 76 - Khawatir
80
{Season Dua} Bagian 77 - Selamat
81
{Season Dua} Bagian 78 - Pertemuan
82
{Season Dua} Bagian 79 - Pintu rahasia
83
{Season Dua} Bagian 80 - Buku sihir
84
{Season Dua} Bagian 81- Galen
85
{Season Dua} Bagian 82 - Pertemuan
86
{Season Dua} Bagian 83 - Waktu
87
{Season Dua} Bagian 84 - Ibu
88
{Season Dua} Bagian 85 - Pembicaraan
89
{Season Dua} Bagian 86 - Masalalu
90
{Season Dua} Bagian 87 - Rencana
91
{Season Dua} Bagian 88 - Pengorbanan
92
{Season Dua} Bagian 89 - penyegel
93
{Season Dua} Bagian 90 - Ciuman pertama
94
{Season Dua} Bagian 91 - Pesta kekaisaran
95
{Season Dua} Bagian 92 - penyerangan yg akan datang
96
{Season Dua} Bagian 93 - Monster sihir
97
{Season Dua} Bagian 94 - Pintu kegelapan yg terbuka
98
{Season Dua} Bagian 95 - Terperangkap
99
{Season Dua} Bagian 96 - Penghalang
100
{Season Dua} Bagian 97 - Pertemuan
101
{Season Dua} Bagian 98 - Kebenaran
102
{Season Dua} Bagian 99 - Sihir
103
{Season Dua} Bagian 100 - Pertarungan sengit
104
{Season Dua} Bagian 101 - Perubahan
105
{Season Dua} Bagian 102 - Kematian
106
{Season Dua} Bagian 103 - kesembuhan dan kenyataan
107
{Season Dua} Bagian 104 - pertemuan dan akhir
108
{Ekstra part and pengumuman}
109
Tok! Tok! Cerita baru~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!