Bagian 2

Keadaan dalam ruangan kamar sangat hening saat dokter yang sering mengecek kesehatan para bangsawan datang memeriksa keadaan Agnasia.

Tiba-tiba pintu terbuka. Nampak Duke George masuk dengan tergesa-gesa, karena mendengar kabar dari pengirim pesan keluarga Alddes.

"Ada apa dengannya Deondre?!"

Manik obsidian miliknya melihat anak laki-laki yang berdiri menatap tenang sosok Agnasia. Perlahan Deondre membuka mulutnya, membalas pertanyaan sang ayah.

"Tiba-tiba saja dia bangun dan akan membunuh dirinya sendiri. Tapi saat itu, aku dengan cepat menahan tindakan yang ia lakukan. Setelahnya dia tidak sadarkan diri," jawab Deondre dengan singkat serta sangat jelas.

Duke mengerutkan alisnya sambil menatap kearah Agnasia yang tertidur tenang.

Kemudian dokter berdiri melihat kearah dua lelaki yang sedang menatapnya meminta jawaban.

"Sepertinya Putri Agnasia mengalami trauma complex sementara, mendengar penjelasan pelayan serta tuan muda tadi, bisa saja ada kejadian buruk yang menimpanya."

Penjelasan dokter membuat mereka terdiam, karena untuk pertama kalinya mereka mendengar bahwa Agnasia mengalami trauma.

"Apa ada obat untuk menyembuhkannya?"

Duke membuka suara menanyakan hal yang begitu ingin dia tahu itu.

"Seiring berjalannya waktu dia akan pulih, hanya saja jangan menanyakan hal yang menyangkut tentang kejadian buruk itu padanya dalam masa pemulihan."

Mereka berdua mengangguk kemudian Duke memanggil pengawalnya untuk mengantar dokter sampai ke tempatnya dengan selamat.

Sedangkan tuan Duke muda memanggil pelayan Marry untuk menjaga Agnasia dan menyuruh beberapa pelayan lainnya mengasingkan benda-benda tajam dari dalam ruangan yang Agnasia tempati.

...✾✾✾...

Dalam alam bawah sadar Agnasia, dia melihat adegan tubuhnya tergantung di tengah-tengah tempat eksekusi berkali-kali, serta pandangan orang-orang yang tidak menyukainya.

Wanita itu kembali lagi membuka kedua kelopak matanya dengan nafas yang memburuh tidak tenang, tapi dengan cepat Marry memegang tangannya mencoba menenangkan Agnasia.

"Nona, saya ada disini dan tidak akan meninggalkan nona."

Kalimat yang Merry lontarkan membuat Agnasia berbalik menatapnya. Dia lalu menarik wanita yang lebih tua dua tahun itu ke dalam pelukannya.

"Maafkan aku ... maafkan aku..." gumam berkali-kali Agnasia pada Marry dayangnya.

"Tenang nona, tenang..."

Usapan pelan Marry membuat Agnasia perlahan-lahan menjadi tenang. Nafasnya kini teratur dan ia mulai tertidur.

...✾✾✾...

Beberapa hari pun berlalu, di dalam ruangan kamar yang bernuansa minimalis, Agnasia menatap dayangnya yang sedang mengatur berberapa makanan di atas meja.

Ia teringat kembali akan kejadian dulu saat Marry membelanya di depan umum, tapi pada akhirnya dia di hukum penggal oleh pangeran.

Agnasia menyesali semuanya. Jika saja api cemburu dapat dia kendalikan, pasti Marry tidak akan mati karena membelanya.

"Nona ... ini supnya, saya sudah memanaskannya lagi sesuai perintah anda. Silakan di nikmati," ucapnya sembari membimbing Agnasia dengan hati-hati ke arah sofa.

Ia kemudian menyerahkan sup hangat untuk di nikmati sang majikan sebelum kembali berdiri tegak.

"Kamu boleh duduk Merry, pasti lelah berkerja seharian kan?" ucapnya tanpa memandang Marry yang berdiri di sampingnya.

"Tidak nona, saya tadi baru saja istirahat. Nona makanlah dan jangan pedulikan saya."

Penolakan tersebut membuat Agnasia berhenti dari aktifitas makannya. Ia lantas berbalik dan menatap Marry cukup dalam.

"Duduklah ini perintah."

Mendengar kata perintah serta tatapan majikannya yang terasa cukup membebani Marry, mau tak mau dia harus mematuhinya.

Ia kemudian bergerak kaku dan duduk di salah satu sofa yang tersedia di sana.

...✾✾✾...

Menjelang sore Agnasia membuka jendela kamarnya. Menyapu pandang ke sekeliling tempat yang terasa familiar.

Keadaan ini masih sama seperti dulu, tenang dan damai. Yang berbeda di sini adalah dia yang kembali menjalani kehidupan masa lalunya tanpa sepengetahuan orang-orang.

Agnasia kemudian teringat akan pembicaraannya bersama sesosok cahaya sebelum ia kembali ke masa lalu.

Sebenarnya siapa Dia yang cahaya itu maksudkan? Apa Dia itu adalah Dewa? Lantas, kenapa Agnasia harus mengulangi kehidupannya yang sangat buruk ini sekali lagi?

Banyak pertanyaan yang berterbangan dalam benaknya. Namun ia sama sekali tidak mendapatkan jawabannya itu.

Sampai tiba-tiba terbesit satu hal yang belum ia selidiki sejak kembali lagi ke masa lalu.

"Di tahun berapa aku kembali?"

Bergegas Agnasia mencari kalender untuk melihat bulan apa dan tahun berapa dia kembali.

Begitu ia mendapati apa yang di cari sedari tadi, tubuhnya seketika menegang saat melihat angka yang tertera di sana. Ternyata dia kembali saat sebelum Pangeran pulang dari perang.

"Artinya aku sudah bertunangan dengan Pangeran," ucapnya nanar sambil tersenyum getir.

Mengingat bagaimana Pangeran berpaling darinya tanpa rasa bersalah sedikitpun, membuat perasaan Agnasia sangat terluka.

Ingin sekali ia memutuskan hubungan antara dia dan Pangeran. Tapi, hal tersebut sangatlah tidak mungkin. Hubungan ini sudah seperti tali jerat yang tidak bisa di lepaskan begitu saja.

"Apa yang harus ku lakukan—"

Pintu kamar yang tiba-tiba terbuka lebar, mengundang Agnasia untuk berbalik menatap ke arah sebaliknya.

Terlihat sosok ayahnya yang berdiri tegak di depan pintu dengan ekspresi datar yang tidak berubah sejak terakhir kali dia melihatnya.

"Salam Tuan Duke."

Agnasia menarik kedua sisi gaunnya, memberi salam hormat pada Duke seperti yang sering di lakukan para bangsawan.

Jika di bandingkan dengan dirinya yang dulu, maka Agnasia sudah memeluk erat Duke untuk mencari perhatian pria itu.

Tapi, semuanya percuma saja. Sampai matipun kasih sayang serta kepedulian yang ia dambakan tidak pernah di tunjukkan mereka padanya.

Jadi, untuk sekarang, dia akan berhenti melakukan hal yang hanya membuang-buang waktu dan tenaga secara cuma-cuma. Lebih baik seperti itu.

Ketika ia kembali berdiri tegak, manik Agnasia menangkap raut terkejut yang di tunjukkan Duke. Membuatnya bertanya-tanya, apakah dia melakukan suatu kesalahan? Tidak mungkinkan.

"Ada apa tuan Duke menemui saya?" tanyanya memecahkan keheningan.

Detik berikutnya mimik wajah pria itu berubah seperti sebelumnya. Datar.

"Aku hanya ingin melihat mu saja, jangan terlalu memaksakan diri."

Ucapannya itu cukup membuat Agnasia berkutik kaget. Sangat jarang Duke mengucapkan kalimat yang menunjukkan rasa khawatirnya.

Karna biasanya, dia hanya berucap 'Jangan membuat nama keluarga rusak' atau hal lain yang menyakiti hati.

"Terima kasih atas perhatian yang tuan Duke berikan pada saya."

Jawaban seadanya keluar dari balik bibir ranum wanita itu. Dia sungguh merasa janggal akan sifat ayahnya yang tiba-tiba berubah.

"Jangan lupa, besok kita harus menyambut kedatangan Pangeran yang menang dalam perang perebutan wilayah."

Agnasia seketika terkejut saat mendengar pernyataan tersebut. Dia benar-benar sudah lupa soal kejadian ini.

Artinya, surat pemberitahuan pernikahan ku akan sampai. Ini sungguh gawat.

"Tuan Duke, bisakah saya tidak mengikuti acara penyambutan itu?"

tuturnya dingin membuat Duke mengerutkan dahinya merasa heran akan perkataan Agnasia.

"Kenapa tiba-tiba kamu berkata seperti itu? Bukannya kemarin kamu sangat menantikannya?" tukas Duke George tak kalah dingin sambil memicingkan matanya.

"Itu kemarin ... hari ini saya sudah berubah pikiran."

"Agnasia! Apa alasanmu berkata seperti itu? Jelaskan dengan benar."

Cetus Duke dengan oktaf suara yang meninggi. Dia begitu tidak menyukai jawaban Agnasia yang terdengar plin-plan.

"Saya sudah tidak menyukai pangeran," ungkapnya jujur yang makin mengundang amarah George.

"Apa?! Kamu jangan mengambil keputusan yang aneh-aneh! Kaisar sendiri yang menunjuk mu menjadi calon istri Pangeran. Jangan membuat malu nama keluarga Alddes! Pikirkan itu."

Ketika Agnasia ingin membalas perkataan Duke, tangan kanan pria itu terangkat. Dengan maksud menyuruhnya untuk diam. Setelahnya terlihat George melangkah keluar dari dalam kamar dan menghilang di balik pintu yang tertutup.

...✾✾✾...

Di siang hari yang tidak begitu terik, Agnasia keluar bersama Marry untuk melepas penat karna sudah terkurung dalam kamar cukup lama.

Ketika ia tiba di lantai selanjutnya, ingatan dulu langsung terlintas dalam benaknya.

Masih membekas dengan sangat jelas, suara tawa serta langkah kaki yang berlari ketika ia mencari perhatian orang-orang sekitar termasuk ayah serta kakaknya.

Tapi itu dulu, sekarang Agnasia tidak akan melakukan hal konyol yang tidak berguna itu dan berniat mengubah takdirnya.

Saat ia semakin jauh menelusuri koridor kediaman Alddes, samar-samar Agnasia melihat beberapa pekerja dan pelayan yang menatapnya aneh sambil berbisik satu sama lain.

"Biasanya nona sering tersenyum dan berlari menyapa kita, tapi kenapa sekarang tidak?"

"Mungkin karena kejadian hari itu, nona jadi berubah."

"Memangnya apa yang terjadi?"

"Ini karena trauma tiba-tiba."

Suara bisikan mereka cukup mengusik pendengaran Agnasia. Ia lantas melihat kearah para pelayan dengan lirikan tajam. Mereka seketika takut dan tidak membuka suara lagi.

Kembali melanjutkan perjalanan, dari kejauhan maniknya menangkap sosok seorang pria yang tidak lain adalah Deondre. Saudara laki-lakinya.

Sekejap Agnasia mematung. Tidak dapat bergerak sama sekali. Ingatan tentang dirinya di tampar di tengah-tengah ruangan aula kerajaan membesit layaknya sengatan listrik.

Keseimbangannya pun hilang dan berangsur jatuh, tapi beruntung Marry dengan cepat menangkap tubuh majikannya.

"Nona, anda baik-baik saja? Harusnya tadi beristirahat," ucapnya cemas sembari menatap khawatir Agnasia memegang kepalanya.

"Tidak apa-apa ... Jangan khawatir." jawab Agnasia meyakinkan dayangnya.

Namun tetap saja, rasa bimbang dalam hati Marry tak kunjung pudar. Ia begitu takut jika majikannya kenapa-napa seperti saat itu.

Saat Agnasia menoleh ke depan, nampak Deondre yang sudah ada di depan mata tubuhnya dengan ekspresi datar.

‘Pasti aku akan di usir olehnya.’

Terpopuler

Comments

...

...

Tabib thor

2022-03-30

0

AYU DANI

AYU DANI

nyesek gue ngebayanginya thor.. kesian amat

2021-10-08

0

Anonymous

Anonymous

critanyq bgs, cuma gk nyaman aja. ms dialog digaris miring, hrs jgn begitu thor, biasa aja. kl garis miring tuh, bs saat ngomong dlm hati, kata dlm bhs asing, saat ngobrol di telepon

2021-08-20

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Bagian 1
3 Bagian 2
4 Bagian 3
5 Bagian 4
6 Bagian 5
7 Bagian 6
8 Bagian 7
9 Bagian 8
10 Bagian 9
11 Bagian 10
12 Bagian 11
13 Bagian 12
14 Bagian 13
15 Bagian 14
16 Bagian 15
17 Bagian 16
18 Bagian 17
19 Bagian 18
20 Bagian 19
21 Bagian 20
22 Bagian 21
23 Bagian 22
24 Bagian 23
25 Bagian 24
26 Bagian 25
27 Bagian 26
28 Bagian 27
29 Bagian 28
30 Bagian 29
31 Bagian 30
32 Bagian 31
33 Bagian 32
34 Bagian 33
35 Bagian 34
36 Bagian 35
37 Bagian 36
38 Bagian 37
39 Bagian 38
40 Bagian 39
41 Bagian 40
42 Bagian 41
43 Bagian 42
44 Bagian 43
45 Bagian 44
46 Bagian 45
47 Bagian 46
48 Bagian 47
49 Bagian 48
50 Bagian 49
51 Bagian 50
52 Bagian 51
53 Bagian 52
54 Bagian 53
55 Bagian 54
56 Bagian 55
57 Bagian 56
58 Bagian 57
59 Bagian 58
60 Bagian 59
61 Bagian 60
62 Bagian 61
63 Bagian 62
64 Bagian 63
65 Bagian 64 - gelang sihir
66 Bagian 65 - penyamaran
67 Bagian 66 - pertengkaran
68 Bagian 67 - ingatan
69 Bagian 68 - kekuatan
70 Bagian 69 - lambang kuno
71 Bagian 70 - Batu kekuatan {End}
72 Pengumuman
73 {Prolog Season Dua}
74 {Season Dua} Bagian 71 - Surat
75 {Season Dua} Bagian 72 - Sepupu
76 {Season Dua} Bagian 73 - Empat pilar
77 {Season Dua} Bagian 74 - sihir
78 {Season Dua} Bagian 75 - Mansion
79 {Season Dua} Bagian 76 - Khawatir
80 {Season Dua} Bagian 77 - Selamat
81 {Season Dua} Bagian 78 - Pertemuan
82 {Season Dua} Bagian 79 - Pintu rahasia
83 {Season Dua} Bagian 80 - Buku sihir
84 {Season Dua} Bagian 81- Galen
85 {Season Dua} Bagian 82 - Pertemuan
86 {Season Dua} Bagian 83 - Waktu
87 {Season Dua} Bagian 84 - Ibu
88 {Season Dua} Bagian 85 - Pembicaraan
89 {Season Dua} Bagian 86 - Masalalu
90 {Season Dua} Bagian 87 - Rencana
91 {Season Dua} Bagian 88 - Pengorbanan
92 {Season Dua} Bagian 89 - penyegel
93 {Season Dua} Bagian 90 - Ciuman pertama
94 {Season Dua} Bagian 91 - Pesta kekaisaran
95 {Season Dua} Bagian 92 - penyerangan yg akan datang
96 {Season Dua} Bagian 93 - Monster sihir
97 {Season Dua} Bagian 94 - Pintu kegelapan yg terbuka
98 {Season Dua} Bagian 95 - Terperangkap
99 {Season Dua} Bagian 96 - Penghalang
100 {Season Dua} Bagian 97 - Pertemuan
101 {Season Dua} Bagian 98 - Kebenaran
102 {Season Dua} Bagian 99 - Sihir
103 {Season Dua} Bagian 100 - Pertarungan sengit
104 {Season Dua} Bagian 101 - Perubahan
105 {Season Dua} Bagian 102 - Kematian
106 {Season Dua} Bagian 103 - kesembuhan dan kenyataan
107 {Season Dua} Bagian 104 - pertemuan dan akhir
108 {Ekstra part and pengumuman}
109 Tok! Tok! Cerita baru~
Episodes

Updated 109 Episodes

1
Prolog
2
Bagian 1
3
Bagian 2
4
Bagian 3
5
Bagian 4
6
Bagian 5
7
Bagian 6
8
Bagian 7
9
Bagian 8
10
Bagian 9
11
Bagian 10
12
Bagian 11
13
Bagian 12
14
Bagian 13
15
Bagian 14
16
Bagian 15
17
Bagian 16
18
Bagian 17
19
Bagian 18
20
Bagian 19
21
Bagian 20
22
Bagian 21
23
Bagian 22
24
Bagian 23
25
Bagian 24
26
Bagian 25
27
Bagian 26
28
Bagian 27
29
Bagian 28
30
Bagian 29
31
Bagian 30
32
Bagian 31
33
Bagian 32
34
Bagian 33
35
Bagian 34
36
Bagian 35
37
Bagian 36
38
Bagian 37
39
Bagian 38
40
Bagian 39
41
Bagian 40
42
Bagian 41
43
Bagian 42
44
Bagian 43
45
Bagian 44
46
Bagian 45
47
Bagian 46
48
Bagian 47
49
Bagian 48
50
Bagian 49
51
Bagian 50
52
Bagian 51
53
Bagian 52
54
Bagian 53
55
Bagian 54
56
Bagian 55
57
Bagian 56
58
Bagian 57
59
Bagian 58
60
Bagian 59
61
Bagian 60
62
Bagian 61
63
Bagian 62
64
Bagian 63
65
Bagian 64 - gelang sihir
66
Bagian 65 - penyamaran
67
Bagian 66 - pertengkaran
68
Bagian 67 - ingatan
69
Bagian 68 - kekuatan
70
Bagian 69 - lambang kuno
71
Bagian 70 - Batu kekuatan {End}
72
Pengumuman
73
{Prolog Season Dua}
74
{Season Dua} Bagian 71 - Surat
75
{Season Dua} Bagian 72 - Sepupu
76
{Season Dua} Bagian 73 - Empat pilar
77
{Season Dua} Bagian 74 - sihir
78
{Season Dua} Bagian 75 - Mansion
79
{Season Dua} Bagian 76 - Khawatir
80
{Season Dua} Bagian 77 - Selamat
81
{Season Dua} Bagian 78 - Pertemuan
82
{Season Dua} Bagian 79 - Pintu rahasia
83
{Season Dua} Bagian 80 - Buku sihir
84
{Season Dua} Bagian 81- Galen
85
{Season Dua} Bagian 82 - Pertemuan
86
{Season Dua} Bagian 83 - Waktu
87
{Season Dua} Bagian 84 - Ibu
88
{Season Dua} Bagian 85 - Pembicaraan
89
{Season Dua} Bagian 86 - Masalalu
90
{Season Dua} Bagian 87 - Rencana
91
{Season Dua} Bagian 88 - Pengorbanan
92
{Season Dua} Bagian 89 - penyegel
93
{Season Dua} Bagian 90 - Ciuman pertama
94
{Season Dua} Bagian 91 - Pesta kekaisaran
95
{Season Dua} Bagian 92 - penyerangan yg akan datang
96
{Season Dua} Bagian 93 - Monster sihir
97
{Season Dua} Bagian 94 - Pintu kegelapan yg terbuka
98
{Season Dua} Bagian 95 - Terperangkap
99
{Season Dua} Bagian 96 - Penghalang
100
{Season Dua} Bagian 97 - Pertemuan
101
{Season Dua} Bagian 98 - Kebenaran
102
{Season Dua} Bagian 99 - Sihir
103
{Season Dua} Bagian 100 - Pertarungan sengit
104
{Season Dua} Bagian 101 - Perubahan
105
{Season Dua} Bagian 102 - Kematian
106
{Season Dua} Bagian 103 - kesembuhan dan kenyataan
107
{Season Dua} Bagian 104 - pertemuan dan akhir
108
{Ekstra part and pengumuman}
109
Tok! Tok! Cerita baru~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!