Regu pertama yang dipimpin oleh Niko La Matrix, mulai mendekati Pos Perbatasan Harmony terlebih dahulu. Sesampainya di Pos Perbatasan Harmony, Niko memberhentikan rombongannya dan membagi menjadi dua tim yang terdiri dari masing-masing tim lima orang.
Dari tempatnya berhenti, Niko melihat ada beberapa anggota polisi yang terlihat sedang berjaga di Pos Perbatasan tersebut. Namun para polisi tersebut beberapa terlihat sudah mulai kelelahan dengan hari yang perlahan berganti.
Setelah terbagi menjadi dua, tim kedua pun melanjutkan perjalanan untuk mendekat menuju Kantor Polisi Shandy Shell, yang cukup masih lumayan jauh dari Pos Perbatasan. Tim kedua berangkat dengan memanfaatkan jalur perbukitan yang kondisinya sulit untuk terlihat karena gelap.
"Oke, kita sudah mendekati perbatasan, aku minta satu orang yaitu ... kamu 'Sasa' untuk kesana dan ulur waktu!" ucap Niko kepada Sasa
"Oke ..." sahut Sasa yang sudah siap menjadi umpan.
Niko memilih Sasa satu-satunya wanita di regunya untuk melakukan pengalihan, karena menurutnya akan lebih efektif jika wanita yang melakukan pengalihan atau menjadi umpan.
"Pada saat Sasa mengalihkan perhatian mereka, kalian berdua langsung pasang di bagian belakang Pos! paham ...?" ujar Niko kepada tiga orang temannya.
"Sangat paham ...!"
"Mudah seharusnya ini ...."
"Oke, lakukan tugas kalian!" cetus Niko.
Sasa pun melakukan tugasnya sebagai umpan, ia berjalan perlahan mendekati beberapa anggota polisi, dan bertanya-tanya seakan-akan dirinya tersesat tidak tahu jalan.
Tiga orang telah bersiap dengan beberapa bahan peledak yang mereka simpan di dalam tas mereka, dan mulai mendekati Pos Perbatasan Harmony secara perlahan tanpa diketahui oleh para petugas yang berjaga. Pergerakan mereka benar-benar sunyi senyap tidak terlihat karena kegelapan malam.
Niko hanya memantau keempat orang darinya, dan siap membantu dengan sebuah senjata laras panjang miliknya, jika misi yang mereka lakukan ini gagal.
...
Sedangkan lima orang lainnya telah sampai di tujuan mereka, yaitu Kantor Polisi Shandy Shell. Keadaan Kantor Polisi Shandy Shell pada saat ini tidak terlalu ramai akan warga, namun ada beberapa anggota polisi yang berjaga.
Dari kelima orang itu semuanya menyebar serta membagi tugas mereka masing-masing. Dua orang berkeliling ke dua arah yang berbeda untuk memantau situasi di sekitar, karena letak Kantor Polisi tersebut berada di tengah pemukiman kecil di tepi danau. Sedangkan tiga orang lainnya mulai mendekati bagian belakang Kantor Polisi, untuk memasang bahan peledak yang telah mereka bawa.
~
Di saat yang bersamaan, regu yang dipimpin oleh Boy Matrix juga telah sampai di posisi mereka. Untungnya tempat yang menjadi target mereka yaitu Pos Polisi dan Kantor Polisi Paletown, letaknya tidak terlalu jauh satu sama lain.
Terlihat hanya ada beberapa anggota yang berjaga di area luar Kantor Polisi, sedangkan hanya ada dua anggota polisi yang terlihat berjaga di depan Pos Polisi.
Boy pun mulai memberikan perintahnya kepada sembilan orang lainnya.
"Lima orang akan bergerak untuk memasang bahan peledak yang kalian bawa, sedangkan lima yang lainnya termasuk saya ... akan bersiap melakukan bantuan, jika terjadi sesuatu nantinya."
"Kita tidak menembak, 'kah?" celetuk salah satu personilnya.
"Ketahuan, Bodoh ...!" sahut salah satu dari yang lainnya.
"Dengar dulu! kalian berdua akan memasang dua di Pos Polisinya, untuk kalian bertiga ... pasang dua di belakang Kantor Polisi, dan satu tepat di sampingnya."
"Siap ... mudah ini mah ..."
"Biar aku yang samping!"
"Cario, kau sama aku ke Posnya!"
.
"Siap ..."
"Ingat, perhatikan pergerakan kalian! manfaatkan gelap malam untuk bergerak," sela Boy.
Lima orang yang ditugaskan pun segera bergerak dengan sangat perlahan namun pasti. Pergerakan mereka berlima sangatlah sulit untuk disadari oleh para anggota yang sedang berjaga. Sedangkan lima orang sisanya termasuk Boy sendiri, memantau area sekitar dan siap membantu jika misi yang mereka lakukan gagal.
~
Kedua regu yang Carlos bagi sudah berada di posisi target mereka masing-masing, sekarang tinggal regu pertama yang ia pimpin sendiri.
Saat rombongan mereka mulai memasuki wilayah Kota Metro tepat pada jam 03:00 dini hari. Carlos pun langsung membagi menjadi beberapa tim lagi, untuk menuju ke lima tempat berbeda yang mereka jadikan target.
"Oke, dari sekarang ... kita berpencar dan menyebar! aku nggak mau tau ... kalian kita semua harus siap dalam waktu 15 menit."
Semua anak buahnya pun mulai berpencar dan menyebar, sesuai dengan apa yang Carlos perintahkan.
"Siap, Bos!"
"Tenang, pesta kembang api akan segera dimulai dalam tepat waktu!"
"Nggak sabar ingin menambah bumbu-bumbu mimpi indah kepada seluruh warga, hahahaha ..."
.
"Hahaha ... G*bl*k! mimpi buruk itu namanya, Bodoh ..."
.
"Mau buruk atau indah, apa urusannya buat kita, sih ...? benar nggak ...? hahahaha ..."
Celetuk mereka yang saling bergurau melalui radio masing-masing.
...
Mereka pun mulai menyebar untuk menuju ke tempat yang mereka jadikan target. Rombongan mereka mulai terbagi-bagi saat berada di kota. Walau mereka terdiri dari banyak orang, namun pergerakan mereka sangat sulit untuk disadari karena tidak terlalu terdengar.
"Lima orang ikut aku ke Pos Polisi dekat Rumah Sakit Kota!" ajak Mike yang sedang berada dalam perjalanan menuju area Rumah Sakit yang letaknya berada di pusat kota.
"Ikut aku lima orang untuk ke Pos Polisi Balaikota!" ajak Pedro yang sedang berada dalam perjalanan menuju area Balaikota.
"Lima orang lagi ikut aku menuju Lounge Caffe!" cetus Leo yang serang berada dalam perjalanan menuju targetnya yaitu Lounge Caffe.
"Sepuluh orang ikut saya, untuk menyerang Kantor Satlantas!" ajak Gee yang sudah siap dalam perjalanan untuk melakukan penyerangan di Kantor Satlantas, yang terletak tidak jauh dari Kantor Polisi Pusat.
"Sepuluh orang sisanya, ikut saya! kita akan Bom Kantor Polisi Pusat!" cetus Carlos yang sedang dalam perjalanan untuk merapat ke lokasi targetnya.
"Untuk regu yang di kota, jangan melakukan pemasangan ... sebelum ada perintah dari saya!" lanjut Carlos kepada seluruh anggotanya melalui radio.
Mafioso benar-benar bergerak dengan sangat taktis, dan terkoordinasi sangat baik. Carlos juga terlihat sangat bersemangat dalam memimpin semua regu dari anak buahnya untuk melakukan misi ini.
.
Carlos juga sangat berharap untuk bisa bertemu dengan salah satu anggota keluarga dari "Ashgard" sendiri. Karena dirinya benar-benar sangat ingin melakukan teror kepada mereka "Ashgard", terutama terhadap saudaranya sendiri.
~
Tepat pada pukul 03:10 dini hari. Rombongan dari Mike dan Pedro telah dekat untuk sampai di target mereka masing-masing, dan mulai bersiap untuk melakukan pemasangan bahan peledak yang sudah mereka bawa.
"Mike sudah dekat dari lokasi, dan siap menunggu perintah selanjutnya, Bos!"
"Pedro juga sudah siap menunggu perintah!"
Hanya berselang beberapa detik saja, rombongan dari Gee dan Carlos sendiri sudah dekat dengan lokasi target mereka masing-masing, dan siap untuk melakukan pemasangan bahan peledak yang sudah mereka bawa di dalam tas-tas hitam mereka.
"Gee sudah siap menunggu perintah, ya!"
.
"Saya sendiri juga sudah siap, untuk Leo ... gimana ...? apakah sudah siap di posisi?" cetus Carlos yang kemudian menanyakan kepada Leo melalui radio.
Suasana tiba-tiba menjadi hening seketika, sedangkan Leo dan rombongannya tidak ada jawaban sama sekali.
.
Namun setelah menunggu selama kurang lebih satu menit, Leo pun menjawab dengan mengatakan, "Kami sedikit kesulitan untuk bisa mendekati Lounge Caffe, karena ... masih terpantau ramai dan ... terlalu banyak saksi mata."
Ternyata rombongan dari Leo mengalami sedikit kendala saat berusaha mencoba untuk mendekati Lounge Caffe, karena tempat tersebut masih ramai akan orang-orang yang bersantai menghabiskan waktu luang mereka.
Mendengar hal tersebut, Carlos menyanggah perkataan Leo dengan mengatakan, "Kalo kalian bisa membunuh mereka semua ... tidak akan ada saksi mata, paham nggak?!" bentaknya dan terdengar sangat kesal.
.
"Ini tinggal menunggu kalian saja, dan kalo semua sudah siap ... tinggal ledakkan! ... apa susahnya sih?! kalo nggak kuat ... jangan jadi penjahat ...!" lanjutnya dengan nada yang sangat kesal di radio.
...
Waktu terus berjalan dan mulai menunjukkan pukul 03:13 dini hari, namun tidak ada konfirmasi tentang rombongan dari Leo. Carlos tidak bisa menunggu lama lagi karena dalam satu menit kemudian, ia harus mulai meledakkan semua Bom yang sudah ia dan kelompoknya siapkan.
"Bos, perintah?"
"Kami sudah memulainya, Bos ..." cetus Niko di radio.
"Oke, langsung aja untuk semuanya ... sekarang, lakukan tugas kalian masing-masing!" sahut Carlos di radio.
Dari beberapa regu dan tim yang terbagi mulai menjalankan tugas mereka masing-masing, Carlos dan kesembilan orangnya mulai bergerak secara perlahan dari belakang Kantor Polisi Pusat.
"*Sstt* ... kalian berdua pasang sebelah timur, dan kalian berdua sebelah barat, sisanya pantau sekitar!" bisik Carlos yang mulai memberikan perintahnya kepada orang-orang yang ikut dengannya.
~
"Dua orang sudut sana ... satu orang ikut saya, dan tetap perhatikan langkah kalian masing-masing!" bisik Gee yang sedang menjalankan tugasnya di area Kantor Satlantas.
"Siap!"
Dengan sangat hati-hati dan perlahan, mereka mulai bergerak mendekati Kantor Satlantas dari belakang untuk memasang Bom-bom yang sudah mereka bawa.
~
"Ayo, hati-hati ... Rumah Sakit terpantau ramai anggota polisi, jadi biar aku yang alihkan mereka ... kalian berempat pasang Bom yang kalian bawa di belakang Pos Itu!" Dengan mengendarai motornya, Mike pun berjalan pergi melewati para anggota yang sedang berjaga di depan Rumah Sakit.
"Ayo, ayo ... kalian berdua cepat bergerak, sisanya siap membantu kalau mereka berdua gagal!" bisik salah satu dari mereka, dan lalu mulai bergerak untuk menjalankan tugas mereka masing-masing.
~
"Oke, target kita adalah Pos Polisi, kalian berdua yang membawa bahan peledak ... siap-siap untuk masuk dan pasang itu di belakang Pos, satu orang akan melakukan pengalihan ... dan satu lagi ikut saya untuk memantau area perbukitan!"
.
Tim dari Pedro pun mulai bergerak sesuai dengan peran dan tugas mereka masing-masing. Untungnya hanya terlihat empat anggota polisi saja yang sedang berjaga di Pos Polisi Balaikota, dan itu menjadi keuntungan buat mereka.
~
"Ayo Sasa ... kamu pasti bisa alihkan mereka, kalian berdua cepat pasang dan lalu segera pergi dari sana!" gumam Niko dalam hati.
Dari atas perbukitan, Niko yang memantau kawan-kawannya yang sedang melakukan tugas mereka masing-masing.
"Jika kalian gagal, langsung beri sinyal ke kami!" cetus satu rekan yang ikut memantau bersama Niko.
Dua orang yang membawa bahan peledak akhirnya berhasil memasangnya tepat di belakang Pos Perbatasan Harmony, dan lalu mereka berdua mulai meninggalkan Pos tersebut dengan perlahan-lahan.
"Nice ...!"
Niko yang mengetahui kalau dua orang darinya berhasil melakukan tugas mereka dengan baik, ia pun memberikan sinyal kode dari atas bukit kepada Sasa yang sedang melakukan pengalihan.
Sasa yang melihat kode tersebut pun mulai perlahan meninggalkan Pos itu dengan cara sangat hati-hati, dan berusaha agar tetap tidak mencurigakan.
"Untuk yang di Kantor Polisi Shandy Shell ... bagaimana ...?" tanya Niko kepada kelima orangnya melalui radio.
"Kami berhasil memasang Bomnya tepat di belakang dan beberapa sudut dari Kantor Polisi Shandy Shell, ... tinggal menunggu perintah selanjutnya!"
~
"Gimana ...? kalau kalian gagal ... silahkan beri sinyal atau kode kepada kami!" cetus Boy yang sedang memantau kelima orangnya yang bergerak untuk melakukan tugas mereka masing-masing.
"Aku dan Cario ... aman dan berhasil!"
"Kami bertiga ... sudah berhasil memasangnya di belakang dan samping Kantor Polisi, dan segera kembali!"
"Nice ... tetap hati-hati saat kembali ke sini, perhatikan langkah kalian!" sahut Boy yang mengetahui kalau orang-orangnya telah berhasil memasang beberapa bahan peledak tersebut.
~
"Oke, kalian semua yang sudah selesai ... silahkan segera menjauh dari target kalian masing-masing, dan konfirmasi di radio ... jika semuanya sudah siap!" Carlos menarik mundur seluruh anak buahnya dari masing-masing lokasi mereka.
"Niko dari Shandy Shell melaporkan telah selesai ... dan siap kapanpun, Bos!"
"Gee to dispatch, kami sudah selesai, Bos. Tinggal menunggu perintah selanjutnya!"
"Pedro to dispatch, saya pun juga sudah merapat dengan regu Mike, dan tinggal menunggu perintah untuk ... meledakkannya."
"Boy ... melaporkan dari ... wilayah yang sangat ... jauh dari Metro, dan ... semua sudah siap, tinggal menunggu perintah selanjutnya!"
Semua regu dan tim yang terbagi dari mereka telah memberikan laporannya masing-masing kepada Carlos. Namun belum ada konfirmasi dari tim yang dipimpin oleh Leo, yang seharusnya menangani Lounge Caffe.
Tepat pada pukul 03:14 dini hari, Leo dan keempat orang lainnya tidak kunjung memberikan kabarnya. Carlos berkali-kali mencoba untuk menghubungi mereka, ia khawatir kalau Bom atau bahan peledak yang mereka bawa bisa menjadi senjata makan tuan, untuk dirinya atau kelompoknya.
~
Di sisi lain, Leo sangat kesusahan untuk mencoba memasuki Lounge Caffe dan sekitarnya. Karena terlalu banyak warga yang sedang menghabiskan waktu malam mereka di sana, dan juga beberapa satpam yang selalu memeriksa setiap orang yang memasuki Lounge Caffe.
"Gimana ...? kita cuma berlima, kalau lebih ... kita bisa tuh masuk kesana terus ledakkan," cetus Riko di regu yang dipimpin oleh Leo.
"Untuk semua regu ... tunggu aba-aba saya, dan ledakkan semua Bom yang sudah kalian pasang!" Suara Carlos terdengar di radio dengan sangat keras dan jelas.
Mendengar hal tersebut, Leo semakin dibuat pusing karena dirinya belum juga siap dan menyelesaikan tugasnya. Ini adalah pertama kalinya Leo melakukan tugas "Kriminal", dan juga hari pertamanya. Dirinya tidak menyangka akan menghadapi masalah yang menurutnya cukup rumit.
...
Waktu pun terus berjalan tanpa Leo sadari, dan Tepat pada pukul 03:15 dini hari. Leo dengan keempat orangnya di antaranya dua membawa bahan peledak tersebut, mulai bergerak. Pada saat Leo bergerak mendekati area Lounge Caffe, Carlos tiba-tiba memberi perintah kepada seluruh tim atau regu, untuk segera meledakkan Bom tersebut, dan itu semakin membuat Leo tergesa-gesa.
"Sembunyikan Bom yang kalian berdua bawa ... di balik baju dan hoodie hitam yang kalian pakai!" cetus Leo kepada keempat rekannya.
"Oke, rencana selanjutnya?" tanya Riko kepada Leo.
"Kita masuk saat Carlos memberikan perintah untuk meledakkannya, bagaimana?" sela Kane memberikan sarannya yang mencoba untuk membantu Leo.
"Yaudah ... kita siap-siap saja, dari pada kita tidak melakukannya ... dan kita kena hukum sama Bos."
.
"Kita akan masuk saat Carlos ingin Bom ini meledak, dan saat kita masuk ... kita jatuhkan Bom ini lalu segera menjauh untuk meledakkannya."
"Dan sekarang ... hanyalah masalah waktu," cetus Riko yang tugasnya membawa Bom-bom tersebut.
Leo benar-benar tidak tahu apakah rencana itu akan berjalan dengan lancar dan berhasil, tetapi dirinya harus mencoba karena dirinya tidak ingin mendapatkan hukuman dari Bos Besar.
bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Nasi Kaput
telah saya balas thor.
2021-12-04
2
🤍
Like
2021-11-14
1
Yukity
hadir lagi Thor...
like♥️
2021-09-28
2