Prawira segera bergegas pergi ke lokasi kejadian, dan bergabung dengan anggota yang lainnya untuk menangani kasus penyaderaan itu. Kasus penyanderaan yang sedang berlangsung itu terjadi di sebuah tempat yang dulunya adalah pusat radio kota. Tempat ini terletak di atas perbukitan tepat di sebelah utara dari Gedung Balaikota.
.
Karena daerah lokasi kejadian adalah perbukitan, maka dapat dengan mudah di manfaatkan oleh pihak polisi untuk melumpuhkan dan meringkus para tersangka. Akan tetapi jumlah tersangka yang begitu banyak, jadi dari pihak kelompok tersangka juga dapat memanfaatkan daerah perbukitan sekitar.
Sesampainya di lokasi, Prawira bergabung ke unit pemantau yang letaknya sangat strategis untuk melihat ke arah TKP. Disana Prawira bertemu dengan James Wiky, Netty G Vera, dan Prime G Lopez, yang sudah bersiap di tempat.
"Sore, Ndan! informasi terkahir.. sandera berjumlah sembilan orang, dua orangnya adalah perwira kita, Ndan!" cetus Prime kepada Prawira.
.
"Kedua perwira kita yang menjadi sandera adalah Pak Bagas, dan Pak Kibo, Pak!" imbuh James.
"Oke, pantauan udara! monitor!" sahut Prawira lalu berbicara di radio.
.
Tambun G Gallahad yang saat itu berperan sebagai Eagle Eye dari kepolisan, dia pun memberikan laporannya dari udara,
"Eagle eye kepada radio, terpantau 15 suhu panas tepat di lokasi.. sembilan orangnya sandera, sisanya tersangka."
.
"Diterima dengan sangat jelas, terus lakukan pantauan udara dengan membentuk lingkaran di sekitar area, ya!" sahut Prawira dengan memberikan instruksinya.
Prawira harus berpikir dan bertindak secara cepat, namun dia harus bertindak secara hati-hati dan tidak gegabah. Karena ada enam nyawa warga sipil, dan dua nyawa perwira polisi yang harus di selamatkan.
"Eagle eye izin melapor kembali, di bukit sebelah tenggara dari lokasi kejadian.. terdapat lima orang tersangka, mereka berkali-kali memainkan senjata dengan cara menodongkannya ke arah saya, Pak!" laporan dari Tambun kembali yang terdengar dengan jelas di radio gabungan.
.
"Diterima, Pak. terus di pantau aja di area sekitar," sahut Prawira di radio.
"Prawira kepada Aldi?! Bisa langsung merapat ke posisi saya sekarang, ya!" ujar Prawira kembali di radio gabungan.
.
"Ten-Four, Pak. Segera!" sahut Aldi di radio.
Aldi Adinata adalah petinggi sekaligus pemegang komando saat ini, dari jajaran kepolisian divisi Polantas.
.
Prawira memanggil Aldi merapat ke lokasinya untuk melakukan koordinasi singkat dengan pihak Polantas. Karena jumlah tersangka yang lebih dari 10 orang, maka tidak akan lepas dari terjadinya pengejaran nantinya.
Dengan hadirnya Aldi bersama dengan Prawira, dan Prime. Maka ketiga petinggi dari tiga divisi kepolisian baik dari Sabhara, Brimob, dan juga Polantas.
"Oke.. untuk Brimob, aku minta untuk selalu siap di garis depan, karena setelah para sandera aman.. sangat di persilahkan untuk clear shot dan melumpuhkan para tersangka," ujar Prawira.
.
"Brimob selalu siap, Pak! kami tinggal menunggu komando saja," sahut Prime G Lopez yang berperan penting dalam divisi Brimob.
"Untuk Polantas.. aku minta tetap berjaga di perimater luar... dan tetap bersiap, karena untuk terjadinya pengejaran itu sangatlah mungkin," cetus Prawira kembali.
.
"Diterima, Pak! Anggota sudah siap di lokasi masing-masing perimater, nanti tinggal menunggu perintah pusat saja," sahut Aldi.
"James, negosiator sudah dikirim?" tanya Prawira kepada James.
.
"Untuk negosiator kita itu Pak Ardi, informasi terakhir tadi.. dia dalam perjalanan menuju kesini, Pak!" jawab James.
Prawira sedikit memasang ekspresi kecewa sekaligus kesal saat mendengar apa yang di katakan James. Menurutnya kehadiran Ardi sebagai negosiator itu sangat penting, dan kedatangannya malah bisa di bilang sangat terlambat.
.
"Bu Netty, tolong beritakan lagi.. tentang himbauan untuk warga agar tetap di tempat yang aman, karena kota sekarang bisa dibilang dalam keadaan siaga dua," ujar Prawira kepada Netty.
.
"Siap, Pak!" sahut Netty lalu berjalan menuju mobil karavan polisi.
Prawira menyuruh Netty untuk membuat berita seperti itu, karena menurutnya kelompok yang mengatasnamakan "Mafioso" ini memiliki anggota dengan jumlah yang sangat banyak. Karena jika terjadinya pengejaran dan baku tembak yang merambat ke seluruh kota, maka warga sipil yang tidak tahu apa-apa bisa saja mendapatkan dampaknya.
Prawira meminjam binokular milik James, dan meneropong ke arah lokasi terjadinya penyanderaan. Saat meneropong ke arah salah satu tersangka yang berdiri di depan para sandera, Prawira seperti mengenal gerak-gerik salah satu tersangka itu. Walau tersangka yang di maksud oleh Prawira mengenakan penutup wajah, tetapi Prawira merasa orang itu tidak asing baginya.
.
Prawira berpikir kalau memang benar dugaannya terhadap salah satu tersangka yang ia maksud. Dirinya merasa ada yang tidak beres di daerah sekitar anggota polisi yang sudah mengepung tempat itu.
"Eagle eye, saya minta untuk lebih meluaskan wilayah pantauannya!" tegas Prawira di radio gabungan yang di tujukan kepada helikopter polisi yang memantau.
.
"Oh.. oke siap, Pak! dimengerti," sahut Tambun.
James, Netty, Prime, dan Aldi bingung dengan apa yang dipikirkan oleh Prawira. Karena padahal seluruh anggota sudah siap mengepung tempat itu, jadi untuk helikopter sebenarnya sudah tidak perlu memantau lebih jauh lagi.
...
"Bos, gimana? polisi udah mengepung kita nih.. mati sudah.." ujar salah satu tersangka di tempat kejadian.
.
"Ini sangat sesuai rencana ku, tenang saja.." sahut seorang tersangka yang di maksudkan Prawira.
...
"Eagle eye melaporkan, di sisi luar perimater terdapat sekelompok orang menggunakan baju putih, Pak! mereka terlihat mengelilingi kita, Pak!"
Mendengar apa yang dikatakan oleh Asep yang menjadi tim Eagle eye. Dugaan Prawira sepertinya benar, kalau pada saat ini bukan kelompok dari "Mafioso" yang terkepung, akan tetapi dari pihak kepolisian yang sebenarnya terkepung.
"Hah? gimana?" cetus Prime yang bingung dengan keadaan.
"Jadi apa yang anda pikirkan, Pak?!" begitu pula dengan James yang sulit menerima apa yang Prawira pikirkan.
Negosiator Ardi yang sudah di lokasi pun segera melaksanakan tugasnya. Kedatangan Ardi sebagai negosiator sangatlah terlambat, dengan ini Prawira berpikir akan memberi surat peringatan kepada Ardi.
"Aku minta beberapa anggota Sabhara dan Brimob untuk amankan area sekitar perimater, untuk Polantas tetap bersiap di perimater aja!" tegas Prawira di radio gabungan.
.
"Semoga kalian juga memikirkan apa yang saya pikirkan," ujar Prawira kembali kepada keempat rekannya.
...
Kasus penyanderaan itu berlangsung lama dan berjam-jam sampai hari menjelang malam. Hasil dari negosiasi dengan pihak tersangka menemukan sisi terang, agar para sandera dapat di evakuasi dengan aman dan selamat. Namun polisi harus sedikit melepas para tersangka untuk melarikan diri dari lokasi. Tetapi pihak kepolisian tetap tidak melepas mereka begitu saja.
.
Saat para sandera digiring menuju riot milik polisi, salah satu dari tersangka tiba-tiba menodongkan pistol ke arah Kibo, salah satu perwira yang menjadi sandera.
"Saya tau apa yang kalian pikirkan, hey.. para anggota pramuka!" teriak salah satu tersangka yang masih menahan Kibo untuk di jadikan jaminan.
Prawira sangat mengenal siapa orang di balik topeng yang masih menyandera Kibo. Kibo digiring menuju mobil yang akan di pakai oleh tersangka. Saat sudah dekat dengan mobil, Kibo langsung di lepas dan tersangka mencoba melarikan diri.
.
"Anggota yang clear shot di persilahkan dari sekarang!" pekik Prawira di radio.
Suara tembakan terdengar berkali-kali dan baku tembak pun terjadi. Beberapa anggota menembak kearah mobil yang di pakai oleh tersangka terakhir. Kelompok dari tersangka melewati perimater milik Polantas dengan menabrak beberapa kendaraan Polantas.
"Anggota langsung di kejar! Eagle eye lock visual!" tegas Prawira di radio kembali.
.
"Suspect berhasil di amankan tiga orang, Pak!" cetus salah satu anggota Polantas yang berhasil mengamankan tersangka.
Di saat yang bersamaan, tiba-tiba kelompok yang menggunakan atribut serba putih ikut serta dengan menembaki anggota di lokasi. Polisi sangat kewalahan di saat itu, karena menghadapi kelompok Mafioso saja sudah terlalu banyak, di tambah lagi dengan kelompok putih yang berjumlah banyak lebih dari 25 orang.
"Komandan, arahan?!" cetus James yang menjaga perimater dekat dengan tersangka yang berhasil di amankan.
.
"Anggota kita tujuh orang terkena tembakan, Pak! kita butuh medis!" teriak salah satu anggota di radio gabungan.
Para anggota yang berada di perimater luar berkali-kali ditembaki oleh kelompok putih, mereka menembaki anggota dan seolah-olah memberikan tembakan perlindungan kepada kelompok Mafioso yang mencoba untuk melarikan diri.
Jumlah para tersangka sangat-sangatlah banyak, dan membikin pihak polisi sangat kewalahan untuk mengatasi mereka.
"Pak.. saya menyarankan untuk tarik mundur anggota, dan mengamankan tiga tersangka saja, Pak!" ujar Netty yang saat itu berada di samping Prawira.
.
"Eagle eye izin mundur dan melakukan pendaratan darurat, Pak! saya di tembakin dan terjadi fail engine!" suara Tambun yang terdengar panik di radio gabungan.
Dengan keadaan yang semakin memburuk jika terus dilanjutkan pengejaran, Prawira terpaksa menarik mundur semua anggotanya. Karena jika masih di lanjutkan pengejaran, maka Prawira takut kalau korban tertembak akan bertambah.
.
Ketujuh anggota yang tertembak di evakuasi dan dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis. Sedangkan ketiga tersangka langsung di bawa ke federal untuk segera diproses dan ditangani lebih lanjut.
"Oke, kita tarik mundur, untuk para tersangka yang berhasil melarikan diri.. di jadikan DPO, dan akan tetap kita cari!" tegas Prawira di radio gabungan.
.
"Dimengerti, Pak!" sahut semua anggota di radio.
...
Dengan hanya tiga tersangka yang berhasil diamankan, Prawira sadar kalau pihaknya kepolisian masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Prawira juga harus memikirkan keselamatan para anggotanya, dan menghindari jatuhnya korban jiwa dari pihaknya.
Tetapi objektif utama Prawira sebagai seorang polisi berhasil di selesaikan, yaitu menjamin keselamatan nyawa para sandera.
Sembilan orang sandera terdiri dari tujuh sandera laki-laki dan dua sandera perempuan, berhasil di amankan untuk dimintai keterangan lebih lanjut.
.
Selain itu, ada beberapa kendaraan yang digunakan oleh pelaku penyanderaan telah berhasil diamankan pihak Polantas.
Prawira sadar kalau kasus penyanderaan itu bukan hanya satu kelompok saja yang ikut dari pihak tersangka, melainkan ada satu kelompok lain yang membantu kelompok Mafioso untuk melarikan diri. Prawira juga mendapat laporan, kalau jumlah tersangka dari kedua kelompok jika dihitung total adalah 56 orang, bahkan jumlah itu saja belum pasti.
.
Prawira hanya mengetahui satu kelompok yang sering menggunakan atribut putih, mereka adalah kelompok yang jarang terlihat namun juga sangat berbahaya. Warga yang pernah melihat kelompok mereka, sering menyebut mereka dengan nama "The Clone" atau "Clone". Mungkin karena jumlah mereka yang sangat banyak, tetapi kelompok Mafioso yang melakukan penyanderaan juga tidak kalah banyak.
Tidak hanya itu, Prawira jadi mengetahui kalau orang yang ia kenal juga ikut dalam penyanderaan itu, bahkan orang itu terlihat seperti Bos dari tersangka yang lainnya. Orang itu adalah Carlos G Matrix, dan hanya satu orang yang dapat menghentikan langkahnya, yaitu saudaranya sendiri.
"Carlos.. aku yakin kita akan bertemu lagi, bersama dengan orang yang sangat kau kenal..." gumamnya sendiri.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Mommy Gyo
3 like hadir thor
2021-08-05
1