Mafioso In Action
Hari mulai menjelang malam, dan waktu betugas dari Nadia juga sudah habis. Ia pun ingin segera beristirahat dari tugasnya sebagai anggota polisi, dan melepaskan semua penatnya selama bertugas.
Sebelum dirinya menggunakan waktu sisanya untuk beristirahat, dirinya selalu mendata kembali barang-barang yang berada dalam brankas. Pada saat ingin menuju brankas, Ia tak sengaja melewati Ruang Jenderal dan mendengar suara perbincangan dari dua orang yaitu Kibo dan Bagas. Karena penasaran dan dengan rasa ingin tahunya, Nadia mendengarkan semua perbincangan itu dari balik pintu.
Namun suara yang ada di ruangan tersebut bukan hanya dua orang, tapi ada satu orang lagi yang ada dalam ruangan tersebut. Nadia pun sedikit mengintip melalui kaca dari jendela pintu, untuk melihat siapa orang yang sedang bersama kedua atasannya. Orang tersebut terlihat menggunakan jaket berwarna hitam dengan logo tengkorak berwarna emas.
...
"Jadi informasi apa aja yang kau dapat ...?!" Tanya Kibo kepada Seseorang yang misterius itu.
"Cukup susah ... untuk mendapatkan berbagai informasi di luar sana," saut Seseorang itu.
"Saya mintanya sih ... apapun itu tentang Berlin ..." Bagas menyela pembicaraan dengan memberikan sejumlah uang kepada Orang misterius itu.
"Sebelum itu ... saya sebenarnya mencari-cari seseorang di sini," celetuk Orang itu dengan sedikit melirik ke arah kaca jendela dari pintu, yang sepertinya menyadari kehadiran dari Nadia.
.
"Yah ... sebenarnya itu personal, tetapi ... orang yang ku cari ini ... ada hubungan dekat dengan Berlin ...," lanjutnya.
"Kalo personal sih ... Saya tidak ikut campur, tapi ... jika itu berhubungan dengan Berlin, siapa orang yang kau maksud ...?" sahut Bagas yang duduk di kursi Jenderal yang terletak di balik meja.
"Orang ini berinisial 'NN ' ... dan dia juga salah satu anggota polisi," jawab Orang itu dengan melepas jaket yang ia kenakan, dan menaruhnya di atas sofa ruangan.
...
Setelah mendengar semua perbincangan itu, Nadia merasa tersindir kalau inisial nama yang dimaksudkan oleh seseorang yang misterius itu adalah dirinya. Ia pun mengurungkan niat untuk menuju brankas, dan segera pergi dari Kantor Polisi.
Pada saat Nadia berjalan keluar dari Kantor Polisi, Seseorang itu sepertinya menyadari kehadiran Nadia yang menyimak semua pembicaraan. Orang itu pun mengeluarkan ponsel genggam dari saku miliknya, dan lalu seperti menghubungi seseorang dengan mengirim sebuah pesan singkat.
...
Nadia tidak ingin langsung pulang menuju rumahnya, ia menyempatkan diri untuk menikmati waktunya sendiri di Taman Kota. Taman tersebut terletak tidak jauh dari Kantor Polisi, dan tidak memerlukan waktu yang banyak untuk menuju ke sana.
Sesampainya di Taman Kota, Nadia memarkirkan mobil yang ia kendarai di halaman parkir yang letaknya tidak jauh dari taman itu. Setelah terparkir, ia mulai berjalan perlahan menyusuri taman dengan hanya ditemani oleh angin malam yang mulai merasuk ke tulang.
Suasana Taman pada malam ini cukup sunyi dan senyap. Hanya ada beberapa orang saja, yang sedang menghabiskan sisa waktunya dengan seseorang berharga yang mereka miliki.
Angin malam berkali-kali juga berhembus melewati sela-sela pepohonan dan semak belukar, serta membuat suara bergesekan antara dedaunan dan ranting-ranting. Cahaya hanya berasal dari sinar bulan dan bintang, serta beberapa lampu-lampu taman yang berjajar rapi menyusuri jalanan setapak.
Nadia dengan masih mengenakan seragam polisi karena belum sempat berganti pakaian, dirinya melangkah berjalan perlahan melewati lampu-lampu itu. Dirinya cukup merasa kesepian pada saat ini tanpa kehadiran dari kekasihnya yaitu Berlin, yang selalu ada di sampingnya saat dirinya membutuhkan.
Nadia pun menghampiri sebuah bangku dan duduk di salah satu bangku taman tersebut. Dirinya berkali-kali melihat orang-orang di sekitarnya, yang terlihat sangat bahagia karena bisa menghabiskan sisa waktu mereka dengan orang-orang terdekat yang mereka punya.
Di sini dirinya merasa seperti orang asing, yang seperti tidak memiliki seseorang berharga dalam hidupnya, baik keluarga atau kekasih yang saat ini tidak berada di sisinya. Di saat-saat seperti ini, Nadia terkadang teringat akan masa kecilnya. Masa kecil tanpa kehadiran seseorang yang berharga baginya, seperti orang tua, saudara, atau yang biasa disebut sebagai keluarga.
.
...
.
Sebuah kenangan di mana, masa kecilnya banyak dihabiskan di suatu tempat yang dinamakan Panti Asuhan. Dirinya belum pernah tahu siapa dan di mana keluarganya berada. Hidupnya seperti anak yang sebatang kara, yang selalu penasaran di mana keluarga sebenarnya.
Namun semua berubah pada saat ia menginjak usia remaja, yaitu pada umurnya 15 tahun. Dirinya bertemu dengan seorang pria bernama Prawira, yang pada saat itu Prawira adalah salah satu bagian dari keluarga besar kepolisian. Prawira yang sangat mengenalnya pun mengajak serta mengangkatnya untuk menjadi bagian dari keluarga besar miliknya, yang pada saat itu dengan tujuan akademi.
Nadia yang dari sejak kecil selalu memimpikan dapat memiliki sebuah keluarga pun mengiyakan ajakan tersebut. Dan Prawira sendiri juga sudah menganggapnya sebagai adik atau saudaranya, walaupun angkat. Namun apa yang dilakukan oleh Prawira dapat sedikit merubah jalan hidup milik Nadia.
Selama satu tahun dirinya ikut bersama dengan keluarga tersebut, akhirnya dirinya dapat merasakan apa yang orang sering sebut sebagai keluarga. Pada saat memasuki tahun pertama, Prawira tiba-tiba mengajak dirinya untuk masuk ke dalam akademi kepolisian. Nadia sendiri tidak tahu-menahu soal akademi polisi, dan sempat menolak serta berpikir berkali-kali. Namun Prawira memberinya motivasi, dan kepercayaan serta pengetahuan tentang akademi polisi itu.
Karena dirinya sangat percaya dengan Prawira, ia pun mencoba untuk mengikuti akademi polisi tersebut. Pada saat memasuki akademi untuk yang pertama kalinya, Nadia merasa rendah diri saat mengetahui kalau hanya ada tiga gadis saja dalam akademi tersebut termasuk dirinya. Namun hanya dirinya yang paling muda di antara semua siswa akademi tersebut.
Seketika semua teman laki-lakinya terus memperhatikan semua gerak-gerik yang diperbuatnya. Bahkan banyak juga dari teman laki-lakinya terbius dengan paras cantiknya yang tampak sempurna dengan kulit putih cerah yang ia miliki. Serta juga dengan sikap lembut dan ramah yang sangat terlihat dari diri Nadia.
Dirinya juga sempat mendapatkan banyak godaan, dan gangguan dari hampir semua teman laki-lakinya. Hal tersebut sempat membuat Nadia merasa sangat tidak nyaman selama dalam akademi, namun selalu ada Prawira yang membantu di setiap masalahnya dalam akademi.
...
Dua tahun kemudian pun berlalu, dan Nadia berhasil menyelesaikan akademi tersebut hanya dalam empat semester. Dirinya mendapatkan banyak prestasi selama mengikuti akademi, dan Prawira tidak pernah menyangka akan hal itu.
Setelah akademi tersebut selesai, Nadia sudah sangat siap untuk melaju ke jenjang selanjutnya. Di sisi lain, dirinya juga tidak tahan dengan semua gangguan dan godaan yang diberikan oleh teman-teman prianya. Maka dari itu ia sangat berambisi untuk segera menyelesaikan akademi tersebut lebih cepat.
Tetapi malahan semakin banyak laki-laki yang bersaing untuk mendapatkan hatinya. Bahkan dirinya menerima banyak hadiah pemberian berupa bunga dan coklat, serta beberapa surat pernyataan cinta dari orang-orang yang tidak begitu ia kenal. Namun Nadia memilih untuk tidak begitu peduli dan hanya menerima semua hadiah tersebut, yang sebenarnya tidak ingin ia terima.
Mulai sejak saat itulah bahkan sampai sekarang, Nadia sangat terkenal di kalangan anggota polisi dan masyarakat sekitar. Tidak hanya karena parasnya yang cantik, namun sikap ramah dan periang serta lemah lembut yang dimilikinya lah dapat membuat siapapun di sekitarnya merasa sangat nyaman.
Sampai-sampai dirinya sempat mendapatkan beberapa cibiran dari beberapa wanita, karena ia sering disebut sebagai perusak hubungan orang lain. Padahal dirinya tidak pernah ikut campur dalam suatu hubungan percintaan milik siapapun itu, karena dirinya sendiri belum begitu paham akan hal itu.
Maka dari situlah Nadia sangat tertutup dengan orang lain terutama terhadap laki-laki. Ia hanya memiliki beberapa teman, yang menurutnya baik untuk dirinya. Dirinya sendiri juga sebenarnya memiliki teman laki-laki, namun jumlahnya dapat dihitung dengan jari.
Tapi semua berubah pada saat dirinya bertemu serta diajak berkenalan dengan Berlin. Karena dari situlah, Nadia tahu apa rasanya jatuh cinta kepada seorang lelaki untuk pertama kalinya. Padahal pada saat itu niatnya hanya ingin mencoba untuk berteman saja, namun perasaan itu tiba-tiba muncul begitu saja.
Walau dirinya berkali-kali bertemu dan pernah berkenalan dengan laki-laki lain, tetapi tidak ada yang pernah sampai membuatnya merasa sangat nyaman seperti dirinya pada saat bersama dengan Berlin. Bahkan perasaan itu seakan tidak pernah menghilang sampai sekarang.
.
...
.
Di tengah dirinya sedang asik mengingat-ingat kembali memori kenangan di masa lalunya. Nadia terkejut karena dikagetkan kehadiran Kimmy yang tiba-tiba menyapanya.
"Halo ...!" celetuk Kimmy yang tiba-tiba menyapanya.
"Astaga ... ngagetin aja, Kim!"
.
"Oh iya kah ... maaf-maaf hehehe ..."
Kimmy adalah rekan kerja dari Berlin yang sangat akrab dengan Nadia. Kimmy juga menjadi orang yang dipercayakan Berlin untuk memegang kendali kelompoknya dalam kurun waktu sementara, sampai Berlin sendiri kembali dari kepergiannya.
"Kamu sehat ...?" tanya Kimmy yang lalu duduk di samping Nadia. Karena pada saat berjalan menyusuri taman, dari kejauhan dirinya melihat Nadia yang sedang melamun seperti memikirkan sesuatu.
.
"Sehat kok, Kim. Baru aja selesai bertugas ..."
"Terus ... lagi melamunin apa ...?" sahutnya.
.
"Yah ... cuma masalah pekerjaan, biasa lah ..."
"Berlin memberi kabar ke kamu nggak ... melalui surel gitu ...?" tanya Kimmy kembali.
.
"Aku udah mengirim surel padanya, tapi belum ada balasan sama sekali ...," Nadia mengucapkan itu sambil sedikit tertunduk.
.
"Mungkin lagi banyak tugas di sana, dan ... belum sempat baca-baca atau balas-balas pesan," sahutnya sambil menepuk pundak milik Nadia.
.
"Iya ... ku harap begitu ..." gumam Nadia dengan nada yang sungguh lemas seperti kehilangan harapan.
...
Nadia merasa kalau Berlin seperti meninggalkannya begitu saja, tanpa memberinya kabar kelanjutan tentangnya. Padahal sebelum pergi meninggalkannya, Berlin sudah berjanji untuk selalu memberinya kabar soal dirinya.
Rasa takut kalau Berlin akan melupakannya begitu saja, selalu membayanginya di setiap malam. Namun Nadia berusaha untuk tidak memikirkan hal itu, dan selalu menunggu Berlin untuk kembali.
...
"Tuh kan, melamun lagi ... mikirin apa sih ...?" celetuk Kimmy kembali dengan memperhatikan Nadia yang terlihat sering melamun.
.
"Kalau soal Berlin, tenang saja ... aku yakin dia nggak bakal macam-macam kok, yang penting kalian saling percaya dan mendukung saja ...," lanjutnya.
Nadia hanya mengangguk setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Kimmy. Berlin juga pernah mengajarkan kepada dirinya tentang kepercayaan. Apalagi dalam menjalani hubungan jarak jauh yang menurutnya cukup berat untuk dijalani.
...
Selama Nadia menghabiskan waktunya di taman itu, Kimmy menemaninya pada malam itu. Setidaknya dirinya tidak merasa kesepian, karena ada temannya yaitu Kimmy yang menemaninya.
Berhubung dirinya sedang bersama Kimmy, ia mencoba untuk menceritakan semua apa yang ia dengar pada saat di Kantor Polisi. Nadia menceritakan dan mendeskripsikan semua apa yang ia lihat secara rinci dan jelas.
Kimmy yang mendengar dengan jelas tentang apa yang diceritakan oleh Nadia pun merasa curiga. ia mencurigai kalau terjadi "sesuatu" dalam kepolisan, yang tidak banyak orang ketahui.
Namun Kimmy bertanya-tanya tentang keberadaan Prawira yang seharusnya tidak tinggal diam soal itu semua.
"Prawira kemana ...?"
Karena hanya Prawira yang bisa menindak itu semua, dan Kimmy berharap Prawira tidak ada sangkut pautnya dengan "mereka".
"Kabar terakhirnya ... dia sedang ada tugas pribadi di luar negeri, dan tidak tahu sampai kapan. Lalu dia mempercayakan semuanya kepada ... dua orang yang menduduki posisi jabatan kedua dan ketiga, yaitu Kibo dan Bagas." Ujar Nadia yang mencoba sedikit menjelaskan dan memberitahukannya kepada Kimmy.
Prawira berperan sebagai Kepala Departemen Kepolisian Metro, dan perannya sangat penting. Namun pada saat ini Prawira sedang tidak berada di Kota, dan sangat sulit untuk menghubunginya.
Kimmy pun mengantongi beberapa informasi penting, dari semua apa yang dikatakan oleh Nadia.
...
Setelah melewati hari yang cukup panjang dan melelahkan baginya, Nadia pun berpisah dengan Kimmy karena dirinya juga harus pulang dan istirahat.
Menurutnya hari ini adalah hari yang berat baginya, sangat sulit untuk menerima semuanya dalam keadaan sendirian. Namun kesendirian atau kesepian sudah sangat sering menemaninya, dan mewarnai hidupnya sedari kecil.
Walau kesepian atau kesendirian itu sangat membosankan, menyedihkan, dan cukup menyakitkan. Namun Nadia sudah cukup terbiasa dengan semua itu. Hanya saja dirinya akan tetap membutuhkan seseorang untuk menemaninya dalam hidupnya. Seseorang yang benar-benar dapat mengerti serta memahaminya.
...
Nadia pun berjalan menuju mobil miliknya yang terparkir, untuk segera pulang dan beristirahat setelah semua yang terjadi sepanjang hari. Kegelapan dan kesunyian malam ikut serta menemani dirinya selama perjalanan pulang.
Terkadang di saat ia merasa kesepian atau kesendirian. Dirinya selalu terbayang-bayang apapun itu tentang Berlin, yang selalu mendukungnya dan memberinya semangat serta motivasi.
.
~
.
"Kalian bertiga, cukup ikuti dia ..."
"Siap, Bos!"
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Arsha Nadya
besttt😍😍😍
2022-10-02
2
CHEESE CAKE.
Mampir sekaligus promosi, karya baru» [klik profil].
2022-03-03
2
Taehyung
nyimak
2022-02-13
1