Kimmy berjalan menghampiri Nadia yang terlihat sedang asik berbincang dengan kedua teman lainnya. Terlihat sahabatnya itu sedang meminta maaf kepada salah satu temannya yaitu Kina, yang juga terlihat sedang memarahi Bobi.
"Kina, aku benar-benar minta maaf dan tidak bermaksud ---" ucapan Nadia yang terpotong oleh Kina.
.
"Kamu santai saja, Nadia. Aku tahu kok, memang Bobi ini sifatnya seperti Adam, jadi ... sudah biasa ...," sahut Kina.
Kimmy sempat menahan sedikit menahan gelak tawanya di dalam hati saat melihat itu semua. Dirinya pun mendekati sahabatnya itu dan lalu bertanya, "Ada apa sih ?"
"Biasalah, Kim. Kau tahu 'kan ...?" jawab Kina.
.
"Oh ... mata keranjang, hahaha ...," sahut Kimmy dengan sedikit menertawakan Bobi yang terdiam.
"Padahal cuma lihat," gumam Bobi dengan sedikit tertunduk.
"Iya, lihat ... tapi keterusan," sela Kina dengan melirik tajam kepada Bobi.
.
"Mata memang buat melihat 'kan ?" sahut Bobi dengan sedikit memberanikan diri untuk menatap mata dari Kina.
Karena situasi yang sedang terjadi merupakan masalah personal, Kimmy pun menarik Nadia untuk keluar dari ruang lingkup tersebut serta mengajaknya untuk berbicara empat mata.
"Nadia, ikut aku sebentar, dan kalian berdua selesaikan aja masalah pribadi kalian ...!" ucap Kimmy yang menyela pembicaraan mereka berdua serta menarik Nadia untuk berbincang secara empat mata.
.
"Okay, Kim ...."
...
Kimmy berjalan sedikit menjauh dari teman-temannya untuk berbicara secara empat mata dengan sahabatnya itu. Dirinya sendiri memang sengaja mengundang Nadia untuk datang ke tempatnya, dengan tujuan agar sahabatnya itu bisa lebih mengenal dekat semua teman-teman atau kelompok yang diketuai oleh Berlin.
Sedangkan Nadia sebenarnya sudah mengetahui sedikit tentang kelompok tersebut. Walau pada saat dirinya masih sebagai anggota polisi dapat dengan mudah mencari semua data tentang kependudukan. Tetapi semua data atau informasi tentang Berlin dan kawan-kawannya sangat minim, bahkan hampir tidak tercantum dalam database kependudukan milik kepolisian.
Dirinya sempat kagum dan tidak tahu apa yang dilakukan oleh Berlin dan kawan-kawannya. Karena sampai-sampai data tentang mereka secara detail tidak dapat ia temui dalam database kependudukan milik kepolisian, yang seharusnya semua data tentang setiap orang tersedia di sana.
...
"Kamu sudah bukan sebagai anggota polisi, lalu ... apa yang akan kamu lakukan selanjutnya ...?" tanya Kimmy yang menghentikan langkah kakinya tepat di samping Nadia.
"Huh ... aku sendiri tidak tahu ..., tetapi ... aku tahu memang ini semua yang akan 'ku dapatkan ...," jawab Nadia dengan sedikit menghela nafas panjang.
"Kalau memang kamu tahu, kenapa kamu tidak menghindar ...?" tanya Kimmy kembali.
Kimmy sempat bingung dengan jalan keputusan yang diambil oleh Nadia. Jika dirinya berada di posisi dari sahabatnya itu, sudah pasti dirinya tidak akan memilih jalan yang Nadia pilih.
"Aku bisa saja menghindari, Kim. Tapi ... itu akan menjadi lebih buruk dari pada penghianat yang mereka maksud dan tujukan kepada ku."
Nadia sebenarnya tahu kalau dirinya bisa dengan mudah menghindari itu semua, dan tidak akan kehilangan pekerjaan yang sangat ia cintai. Tetapi menurutnya itu akan menjadikan dirinya lebih buruk dari pada penghianat yang orang-orang maksud serta tujukan kepada dirinya. Karena di titik itu Nadia harus memilih untuk memihak serta berkhianat kepada siapa, dan dirinya sendiri juga sudah mengetahui dampak jika memilih salah satu dari banyaknya jawaban yang berada di hadapannya.
"Maksudnya ...?" cetus Kimmy yang terlihat kebingungan dengan ucapan dari sahabatnya itu.
.
"Aku tidak akan pernah bisa mengkhianati Berlin ... dengan membocorkan apapun itu tentangnya kepada mereka begitu saja ..., dan aku tidak akan pernah mau untuk melakukannya."
Kimmy pun berjalan kembali menghampiri sebuah bangku di pinggir lapangan, serta duduk di bangku tersebut dengan Nadia. Dirinya tidak menyangka kalau sahabatnya itu akan mengambil keputusan yang justru mendatangkan masalah untuknya sendiri.
Dari awal saat Nadia mengenal dekat serta mengetahui tentang lelakinya itu, dirinya sendiri sudah mengetahui kalau ia akan mendapatkan semua masalah yang terjadi padanya saat ini. Tidak hanya itu, dirinya juga sudah tahu serta siap untuk mendapatkan banyak cibiran atau penghinaan dari hampir semua rekan kerjanya.
"Okay, lalu ... apa yang kamu lakukan selanjutnya ...?" tanya Kimmy kembali.
"Aku tidak tahu ..., aku hanya bingung ... harus bicara seperti apa di depan Berlin nanti ...?" jawab Nadia dengan sedikit tertunduk serta menyimpan sedikit ekspresi rasa takut saat mengatakannya.
"Kenapa harus bingung ..?" sahut Kimmy dengan memegang pundak milik sahabatnya itu.
"Karena ... Berlin sangat mendukung ku, aku ... sempat ingin berhenti dari diriku sebagai polisi, tetapi ... Berlin melarang ku."
.
"Dan sekarang ... aku benar-benar berhenti dari polisi, aku hanya takut ... Berlin kecewa dengan diriku," lanjutnya dengan
Nadia merasa sangat khawatir jika Berlin mengetahui keadaannya sekarang, itu akan membuatnya sangat kecewa. Karena Berlin sendiri sangat mendukung dirinya selama menjadi anggota polisi. Tidak hanya itu Berlin juga selalu menasehati serta memberikan solusi kepadanya, di saat dirinya tertimpa masalah atau sedang tertekan dalam pekerjaan.
"Iya 'kah, Berlin seperti itu ..?" cetus Kimmy dengan sedikit terkejut.
"Iya, seolah-olah dia melarang serta mencegahku untuk mengikuti jejaknya, dan aku pun juga tahu ... kalau itu adalah hal yang salah ...," jawab Nadia dengan memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong dari hoodie yang ia kenakan.
Setelah mendengar hampir semua perkataan dari sahabatnya itu, Kimmy sempat tidak menyangka kepada Berlin yang sampai sebegitunya mendukung serta melarang sesuatu demi kebaikan Nadia. Dirinya juga tidak menyangka kalau rekan atau ketuanya yaitu Berlin, masih memiliki hati yang baik di luar dari perannya sebagai ketua kelompok kriminal.
"Bagus dong ..., aku saja tidak menyangka Berlin seperti itu, atau mungkin ... aku yang belum mengenalnya lebih baik ...," tutur Kimmy dengan melirik ke arah Nadia yang terdiam dan sedikit tertunduk.
Nadia hanya terdiam setelah Kimmy berkata seperti itu, ia terlihat cukup gelisah dengan kebingungan yang dialaminya. Kimmy yang melihatnya pun sedikit mendekatkan dirinya kepada sahabatnya itu, serta mengatakan, "Sudahlah, untuk masalah Berlin ... biar aku bantu ...!"
.
"Makasih, ya ...," ucap Nadia dengan sedikit tersenyum kecil serta melihat ke arah Kimmy yang juga tersenyum kepadanya.
...
Saat berada bersama dengan Kimmy dan teman-temannya yang lain, Nadia merasa cukup nyaman dengan sikap dari semua temannya yang sangat ramah kepadanya. Ia juga cukup terhibur dengan semua celotehan yang sering terucap dari mulut mereka. Tidak hanya itu, dirinya juga cukup merasakan suasana kekeluargaan yang tercipta dalam ruang lingkup tersebut.
"Kau keluar timah nggak hari ini, Dam ?" cetus Salva dengan menghampiri Adam yang sedang terduduk di sebuah sofa bekas serta melemparkan satu kaleng soda kepadanya.
.
"Gimana mau keluar timah panas, kita aja lebih sering bersembunyi akhir-akhir ini," sahut Adam yang menerima serta membuka kaleng soda tersebut.
"Terus ... kita kedepannya akan bagaimana ...?" ucap Aryo dengan meletakkan pistol miliknya di atas dari sebuah meja kecil di hadapannya.
"Ya ... kita tunggu Berlin saja lah ...," sahut Galang dengan menyulut puntung rokok miliknya.
"Lalu ... bagaimana itu, masalah DPO ?" cetus Faris kepada Vhalen yang berjalan mendekati perapian di dekatnya.
.
"Kami berempat sudah sepakat sih ..., tinggal beritahu dan tunggu keputusan Kimmy," jawab Sasha yang tiba-tiba berada di samping dari Vhalen.
.
...
"Kimmy ...?" cetus Kent yang memanggil Kimmy melalui radio mereka.
.
"Oke, tunggu ...!"
Setelah melakukan perbincangan yang cukup lama, Kimmy bersama dengan sahabatnya pun kembali untuk berkumpul bersama dengan yang lainnya.
"Sudah malam nih ..., kau nggak pulang, Nadia ...?" ucap Faris kepada Nadia saat berjalan menghampiri perapian.
"Atau ... mau aku antar pulang ?" sela Adam dengan sedikit menggoda serta berjalan menghampiri Nadia secara perlahan.
.
"Ye ... semua aja kau ambil," sahut Kimmy dengan menghalangi serta menghentikan langkah temannya itu.
"Terima kasih ... tapi nggak perlu, soalnya ... aku ke sini bawa mobil sendiri ...," jawab Nadia yang lalu sedikit tertawa kecil karena melihat tingkah temannya itu.
"Oh kasihan ..., hahaha ...," sindir Aryo dengan berbisik kepada Adam saat berjalan melewatinya.
"Salah kau menawarkan seperti itu, padahal kau lihat sendiri dia kemari mengendarai mobil," ujar Galang yang lalu meletakkan perlengkapan senjatanya di atas sebuah kursi kayu.
.
"Iya ... lupa, aku jadi nggak fokus ...," ucap Adam lalu meminum sekaleng soda yang ia bawa.
"Huh, dah ... jangan banyak tingkah kau, Dam ...," gumam Kimmy dengan menepuk pundak milik temannya itu, dan lalu berjalan menghampiri Rony yang saat itu bersama dengan ketiga teman lainnya.
...
Malam yang sangat tenang dengan cuaca serta angin malam yang cukup dingin sangat dapat dirasakan merasuk ke tulang. Nadia menghabiskan sisa waktu di malam harinya bersama dengan teman-teman yang baru ia kenal. Ia sudah benar-benar tahu dengan peran dari semua orang yang pada saat itu bersamanya, dan peran mereka bisa saja membuat dirinya dalam bahaya atau terancam.
Namun Nadia sendiri tidak merasa terancam sama sekali saat berada bersama dengan mereka semua, justru dirinya merasa cukup nyaman dan sangat terhibur dengan ruang lingkup tersebut. Mereka semua terlihat sangat menyambut ramah kehadirannya di sana, dan juga mereka semua adalah bagian dari keluarga milik Berlin. Selain itu dirinya juga cukup sedikit mengetahui tentang mereka semua, dan menurutnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Selama Nadia berada di antara mereka semua, dirinya sangat bisa merasakan adanya sedikit unsur kekeluargaan yang cukup terlihat. Hampir sama seperti dengan apa yang ia rasakan saat masih bersama dengan keluarga milik Prawira, rasa kekeluargaan tersebut tidak jauh berbeda.
...
Di sisi lain, Kimmy sedang bersama dengan keempat orang temannya yang tersangkut dengan masalah Daftar Pencarian Orang. Dirinya telah mendapatkan beberapa saran dari keempat temannya itu, dan juga beberapa teman yang lain. Karena dirinya tidak cukup pandai dalam mencari jalan keluar dari suatu permasalahan, ia pun mencoba untuk menampung semua saran tersebut serta mencoba untuk mempertimbangkan semuanya.
Kimmy sendiri sebenarnya sudah memiliki sebuah ide solusi atau jalan keluarnya sendiri, yaitu melakukan pergantian nama kependudukan yang akan dibantu oleh seseorang yang ia kenal dalam staff walikota. Namun setelah dirinya berpikir berkali-kali, ide miliknya itu sangat-sangatlah riskan. Karena jika melakukan sebuah pergantian nama kependudukan walau dengan "orang dalam", maka akan menimbulkan sebuah kecurigaan publik dan membawanya ke dalam sebuah masalah yang lebih besar.
Maka dari itu dirinya mencoba untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan cara yang biasa Berlin gunakan, yaitu menyatukan serta mempertimbangkan beberapa pemikiran dari teman-temannya. Kimmy merasa cukup tertekan dengan semua yang telah terjadi kepadanya, karena ternyata menjabat sebagai ketua atau pemimpin itu tidaklah mudah.
Sebelumnya Kimmy sempat terpikirkan untuk berada di posisi Berlin, yaitu ketua. Namun setelah dirinya mendapatkan kepercayaan tersebut untuk menggantikan posisi dari Berlin, walau hanya sementara saja. Sekarang ia dapat merasakan bahwa tugas dan tanggung jawab seorang pemimpin itu sangatlah besar. Serta dirinya juga harus sangat siap dengan semua tekanan yang sudah sewajarnya datang kepadanya, baik tekanan mental dan fisik yang harus ia terima.
"Berlin ... aku benar-benar lelah berada di posisi mu, cepatlah kembali ! Karena di sisi lain ... banyak yang menantikan kedatangan mu untuk pulang." Isi dari sebuah pesan tertulis di dalam sebuah surel yang sengaja dibuat sendiri oleh Kimmy.
Tidak hanya satu surel tersebut yang ia buat, Kimmy juga membuat beberapa surel lagi dengan isi yang menjelaskan sedikit tentang apa yang sedang menimpa sahabatnya yaitu Nadia. Melihat Nadia yang kebingungan bercampur dengan ketakutan untuk mengungkapkan masalahnya kepada Berlin, dirinya tiba-tiba berinisiatif ingin sedikit membantunya secara diam-diam. Tidak hanya itu, Kimmy juga melaporkan semua yang telah terjadi pada kelompoknya yaitu "Ashgard" kepada Berlin melalui semua surel yang ia tulis dan kirimkan.
"Ternyata ... sangat sulit untuk bisa menjadi seorang pemimpin ...," gumamnya sendiri sembari terus menulis semua surel tersebut.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Arista
semangat
2021-12-06
1
Arista
setia membaca
2021-12-06
0
Arista
masih baca
2021-12-06
0