Nadia melihat semua kejadian disekitarnya dari dalam mobil, Berlin dengan tegas menyuruhnya untuk menunggu, ia hanya bisa memenuhi apa yang Berlin minta.
.
Suasana di sekitarnya benar-benar seperti perang, terjadi banyak baku tembak dari pihak Berlin dengan kelompok mereka. Walau Berlin dan teman-temannya terlihat kalah jumlah, tetapi mereka bisa memukul mundur kelompok hitam itu dengan mudah.
Ketika semuanya terlihat kembali tenang, dengan banyaknya dari mereka yang melarikan diri. Dari dalam mobil, Nadia melihat ke arah Berlin yang berada cukup jauh darinya. Berlin terlihat sedang menyiksa dan berbincang dengan salah satu orang dari mereka.
.
Nadia merasa kasihan dan tidak tega, saat melihat Berlin melempar tubuh orang itu hingga membentur batang pohon dengan sangat keras. Berlin juga terlihat berkali-kali mendendang pria berpakaian serba hitam itu.
Dengan mengenakan pakaian serba hitam, mereka jadi sangat sulit untuk dilihat, karena seolah mereka bersatu dengan gelapnya malam.
Di saat Nadia terus melihat Berlin dari kejauhan, dia melihat satu pria mencurigakan mengenakan baju hitam yang muncul tiba-tiba dari semak belukar. Berlin terlihat tidak tahu, bahkan tidak sadar kalau ada orang lain di belakangnya.
.
Dengan menggenggam sebuah pisau kecil, orang tersebut berusaha menikam Berlin dari belakang. Berlin terlalu sibuk dengan Alex, sampai-sampai dia mengabaikan sekelilingnya dan tidak tahu kalau dirinya sedang terancam.
Nadia yang mengetahui nyawa Berlin terancam, ia langsung turun dari mobil dan menembak hanya dengan menggunakan Taser yang Berlin berikan kepadanya.
Dengan spontan Nadia berteriak,
"Awas, Berlin!" Disusul dengan tembakannya menggunakan Taser.
Jaraknya cukup jauh untuk tembakan dari sebuah senjata kejut jenis Taser, tetapi tembakan itu mengenai tangan dari orang yang mencoba menikam Berlin dari belakang.
.
Orang itu langsung terjatuh dengan keadaan kejang-kejang karena efek setrum dari Taser. Nadia merasa lega karena tembakannya mengenai sasaran, tetapi di sisi lain dirinya juga merasa bersalah.
Berlin mendengar teriakan Nadia dan sadar kalau baru saja dia menyelamatkan nyawanya. Adam dan Kimmy yang juga mendengar Nadia berteriak pun langsung menghampiri Berlin untuk memastikan kondisinya.
.
"Kalian gimana, sih?! Berlin hampir ditusuk, tapi kalian nggak ada yang tau, gila?!" teriak Kimmy di radio dengan nada penuh amarah.
.
Tapi tidak ada yang berani menanggapi apa yang Kimmy katakan di radio.
Adam yang datang langsung mengamankan orang yang ingin menikam Berlin dari belakang, dan merampas semua barang bawaannya.
.
Nadia mencoba untuk menghampiri Berlin secara perlahan, dengan sedikit rasa takut kalau Berlin akan memarahinya.
Alex yang melihat hadirnya Nadia disitu pun bergumam dengan mengatakan, "Oh, jadi.. dia yang bernama.. Nadia? hahaha.. pantas saja Carlos mencarinya, ternyata... dia cukup manis...." gumamnya sambil merintih menahan sakit di tangan dan kakinya.
Mendengar apa yang dikatakan oleh Alex, Berlin bingung apa maksud dari perkataannya itu.
"Apa maksudmu berkata seperti itu?!" pekiknya kepada Alex.
.
Namun Alex diam saja sambil merenung berpikir kalau hidupnya tidak akan lama lagi.
Berlin pun membawa Nadia untuk kembali ke mobil, namun sebelum itu ia memberikan pistol miliknya kepada Adam dan berbisik, "Kau urus mereka berdua! tapi sebelum itu, coba kau tanya soal Carlos kepada mereka dulu," Berlin memberikan Desert Eaglenya kepada Adam.
.
Adam menerima pistol yang Berlin beri, dan menanggapi perkataan atau perintah Berlin dengan hanya mengangguk.
.
"Waktu kita tidak banyak, usahakan cepat!" imbuh Berlin lalu berjalan pergi bersama dengan Nadia menuju mobil.
Adam ditemani dengan Kimmy mengintrogasi kedua orang itu, sesuai dengan apa yang Berlin minta.
...
Nadia hanya diam tidak berkata apapun, saat berjalan dengan Berlin untuk kembali menuju mobil. Berlin menghentikan langkahnya dan menatap ke arah Nadia lalu berkata, "Makasih ya.. sudah menyelamatkan ku," ucapnya dengan pelan.
.
Dengan ekspresi wajah yang polos dan mengira kalau Berlin akan marah padanya. Nadia membalas ucapan Berlin dengan mengatakan, "Kamu nggak marah padaku, 'kan?"
.
Mendengar apa yang diucapkan Nadia, Berlin menanggapinya dengan sedikit tertawa kecil, "Hahaha.. nggak lah, buat apa aku marah, coba?"
Ditengah berbincang dengan Nadia, tiba-tiba suara tembakan terdengar dua kali dari arah dimana Adam dan Kimmy berasal. Nadia spontan melihat ke arah dimana tembakan itu berasal, namun Berlin menutup-nutupi Nadia seakan tidak diperbolehkan untuk melihat.
"Udah, kita masuk ke mobil saja," ujar Berlin dengan menarik tangan Nadia.
.
Saat akan memasuki mobil, Nadia kembali melirik ke arah suara tembakan itu berasal.
Namun dia hanya dapat melihat sekilas, kalau kedua orang berpakaian serba hitam tadi, tergeletak dengan keadaan penuh bersimbah darah.
.
Nadia juga melihat Adam dan Kimmy yang berjalan menghampirinya dengan menggenggam masing-masing pistol, dan meninggalkan kedua korban yang tergeletak tak berdaya.
...
Setelah selesai, Adam dengan Kimmy kembali masuk ke dalam mobil dan mengembalikan pistol milik Berlin sebelumnya.
"Udah, 'kah?" cetus Berlin kepada Adam.
.
"Udah.. nanti aja aku kasih tau," sahut Adam.
Mereka pun segera pergi meninggalkan lokasi dengan hanya menyisakan para korban yang tergeletak dimana-mana.
"Langsung ke koordinat 5014 ya!" ujar Berlin di radio.
.
"Oke, Bos!" sahut mereka semua di radio.
Dugaan Berlin selama perjalanan meninggalkan tempat kejadian, akan ada banyak polisi yang mengejarnya. Tetapi justru malam ini adalah malam yang sangat dingin dan sunyi, namun juga sangat berbahaya dan mencekam.
Ditengah perjalanan, Nadia tiba-tiba bertanya tentang nasib dari kedua orang tadi, "Terus.. kedua orang tadi.. bagaimana?"
Kimmy, Berlin, dan Adam saling menatap satu sama lain, setelah mendengar pertanyaan tersebut.
"Kalian menembak mereka, 'kah? berarti.. aku.. turut ikut.. membunuhnya...?" Nadia tertunduk lemas saat mengatakannya, dan berpikir jika itu benar-benar terjadi.
Dengan menatap matanya yang begitu indah, Berlin mengatakan, "Hei.. ingat.. kamu tadi yang menyelamatkan ku, aku tidak tau apa yang terjadi.. jika kamu tidak menyelamatkan ku,"
.
"Ngomong-ngomong, tadi tembakan yang bagus," cetus Adam.
...
Asep dan Faris kebingungan karena mereka sampai terlebih dahulu di koordinat yang Berlin maksudkan, namun koordinat itu hanyalah lereng bukit yang dialiri oleh sungai.
"Bos, aku sama Faris sudah sampai, tapi nggak ada bangunan atau apapun itu sama sekali, cuma aliran sungai."
.
Tidak lama kemudian, Berlin dan yang lainnya juga sampai di lokasi. Asep dan Faris langsung menghampiri Berlin dengan bertanya-tanya.
"Kita ngapain disini, Bos?"
"Pemandangannya sih.. indah ya.. karena perbukitan kayak gini, tapi buat apa kita kesini?"
Berlin merasa kalau dirinya sudah menjahili anak buahnya, tetapi tempat yang Berlin maksudkan sebenarnya bukan di koordinat tersebut.
"Sebenarnya bukan disini, kita jalan 500 meter ke depan lagi!" ujar Berlin kepada kawannya.
.
"Um.. oke," sahut Kimmy yang kebingungan.
Berlin dan kawan-kawannya kembali melanjutkan perjalanan sesuai dengan perintah Berlin.
Setelah melewati satu-satunya jalan beraspal yang sedikit mengelilingi sebuah bukit. Mereka pun melihat sebuah rumah atau villa dengan cat berwarna putih dominan, serta gerbang berlapis warna emas.
"Itu, 'kah?!" teriak Bobi di radio.
.
"Ya.. kita masuk aja," sahut Berlin di radio.
...
Berlin dan yang lainnya pun memarkirkan kendaraan mereka masing-masing, di halaman depan yang ukurannya sangatlah luas.
Nadia dibuat sangat terpukau kagum saat melihat villa tersebut. Sebuah Villa yang sangat mewah menurutnya dengan letak yang memiliki pemandangan yang sangat bagus juga. Villa atau rumah seperti itu tentu menjadi sebuah impian atau angan-angan kebanyakan orang.
.
Yang pertama terlintas dipikirannya adalah, "Aku merasa tidak pantas untuk berada disini."
Tidak hanya Nadia, tetapi semua teman-temannya juga terkejut saat dibawa Berlin menuju tempat tersebut. Karena Berlin tidak pernah memberi tahu, atau bahkan membicarakan tentang rumah yang sudah mirip seperti istana modern itu.
"Sialan, kau kaya juga ya.." gumam Salva yang menghampiri Berlin, sambil melihat ke sekeliling.
.
"Mana ada..." sahut Berlin dengan sedikit memukul bahu dari Salva.
Rumah atau villa milik Berlin ini tidak terpetakan dan tidak memiliki koordinat, serta letaknya juga tepat di lereng dari sebuah bukit.
Alasan Berlin membawa teman-temannya adalah, Tempatnya juga cukup jauh dari pemukiman warga, dan memiliki pemandangan yang begitu indah untuk melihat ke arah perkotaan dan pedesaan.
Berlin sendiri juga merahasiakan rumah yang sudah mirip istana miliknya itu dari semua orang. Bahkan Nadia dan teman-temannya sendiri juga tidak tahu tentang rumah yang sangat mewah dan megah ini. Berlin tidak pernah memberi tahu tentang tempat miliknya ini kepada siapapun, kecuali dengan Prawira. Karena dirinya telah berjanji kepada Prawira untuk tetap menjaga beberapa rahasia, sampai waktu yang tepat tiba untuk diketahui banyak orang.
Adam tiba-tiba menghampiri Berlin dan mengatakan, "Bos, dari informasi orang tadi, Carlos katanya--" belum selesai Adam berbicara, Berlin memberi kode untuk berhenti berbicara kepadanya.
.
"Nanti aja.." sahut Berlin.
Berlin menghentikan pembicaraan Adam karena adanya Nadia yang berada di dekatnya. Berlin tidak mau sampai Nadia ikut mendengar, dan terpikirkan dengan masalah miliknya.
...
Dengan berdiri tepat di depan rekan-rekannya, Berlin ditemani dengan Nadia menyampaikan beberapa kata untuk menutup kegiatan mereka di malam ini.
"Selamat malam, gimana? aman ya? tidak ada yang terluka atau tertembak?"
"Aman, Bos.."
"Mereka tuh.. banyak doang, nembak kagak bisa ...."
"Hahaha.. pada lari kocar-kacir,"
*Celetuk mereka dengan tertawa cekikikan.
"Hahaha.. sudah cukup, lagi hoki aja kita malam ini.." sela Berlin.
"Tapi.. kami minta maaf, Bos. Tadi.. kami nggak tau.. kalau masih sisa satu, untung ketahuan sama Nadia.." cetus Kimmy.
"Sudah.. tidak perlu dipermasalahkan, yang penting aman semua.." jawab Berlin.
Kesalahan atau kelalaian seperti itu sudah biasa terjadi bagi Berlin, namun sebisa mungkin hal-hal seperti itu harus diantisipasi atau dicegah. Untungnya Berlin sempat terselamatkan berkat Nadia, ia tidak salah untuk mempercayakan Nadia membawa senjata kejut itu.
"Dengan keadaan kota saat ini.. yang.. bisa dibilang.. mengancam bagi kita, malam ini aku minta kepada kalian untuk.. istirahat disini terlebih dahulu," ucap Berlin di depan teman-temannya.
"Idih.. tinggal di rumah mewah, Bro.."
"Weh.. dengan senang hati itu, Bos.."
"Pengertian sekali kau ya, Bos.."
"Perlu diingat! lantai tiga tidak boleh kalian masuki tanpa seizin ku! awas aja kalian ya.." cetus Berlin memberi peringatan kepada yang lain.
"Siap.. tenang aja.."
"Oke!"
"Yaudah.. bubarkan diri dan silahkan menikmati waktu kalian masing-masing, untuk barang rampasan kalian.. bisa disimpan di brankas bawah! jangan kalian ambil.. itu milik kita bersama, ingat itu!"
Semua keputusan yang diambil Berlin ini adalah mutlak dari pemikirannya. Berlin tidak bisa membiarkan teman-temannya di luar sana dalam keadaan bahaya juga. Mungkin juga sudah saatnya rumah miliknya itu tidak lagi menjadi rahasia antaranya dengan kawan-kawan yang lain, dan juga dengan Nadia.
Sebenarnya Berlin memiliki banyak hal yang tidak diketahui oleh orang-orang terdekatnya. Namun Berlin mencoba untuk membuka semua rahasianya satu persatu, dan secara perlahan. Dari rahasia yang diketahuinya, sampai rahasia yang belum ia ketahui. Salah satunya adalah semua rahasia tentang
'Gates Family', dan juga apa hubungan dari dirinya dengan Carlos.
Berlin memiliki satu-satunya kunci untuk mengetahui itu semua, dan mengetahui apa yang terjadi pada ingatan masa lalunya. Kunci tersebut berada di tangan Prawira, karena Berlin hanya dapat mempercayainya dalam hal ini.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Mommy Gyo
like hadir Thor
2021-07-03
1
Andropist
lanjut kak
2021-06-17
1
Parzival
Fix mimpi indah si Nadia wkwkwk 😂
semangat terus thor... 🔥
2021-03-08
1