Berlin kembali menuruni tangga dan berjalan menuju ruang rapat, yang sudah ditunggu oleh ketiga temannya.
"Gimana?" cetus Berlin yang lalu duduk di kursi miliknya.
Ketiga temannya saling melirik satu sama lain saat Berlin mulai menanyakannya. Suasana ruang rapat menjadi dingin dan diam, belum ada yang berani memulai berbicara sebelum Berlin yang angkat bicara.
"Sebenarnya kalian mau membicarakan tentang apa, sih?" ujar Berlin kembali.
Kimmy menoleh ke arah Berlin dan mengatakan, "Jadi sebenarnya... banyak yang ingin kita bicarakan, salah satunya.. soal... Nadia."
"Hah, maksudnya?!"
Adam pun menjelaskan apa maksud dari perkataan yang baru saja ia ucap.
"Menurut informasi yang aku dan Kimmy dapatkan.. dari orang yang bernama 'Alex' tadi, dia memberitahu kepada kami ... kalau ... 'Nadia' ... sedang menjadi buronan dari Mafioso."
"Iya, lebih tepatnya.. Carlos yang mencarinya..." lanjut Kimmy.
"Apa itu benar?! takutnya memang itu hanya dibuat-buat olehnya."
"Yup.. benar, 'Alex Matrix Lucario' sendiri yang memberitahukannya, tepat sebelum aku.. tembak dan eksekusi di tempat," ucap Adam dengan memberikan kartu tanda pengenal milik Alex yang ia rampas.
"Tunggu, atas dasar apa dia mencari-cari Nadia?" sela Berlin yang benar-benar bingung dan tidak tahu tentang semua itu.
"Kami juga kurang tau soal itu, karena dia benar-benar keras tidak memberitahukannya." Lanjut Adam dengan meletakkan pistol jenis Glock17 milik Alex yang dia rampas, di atas meja.
"Hmm.. kok Nadia ikut dibawa dalam hal ini ya..?" sela Asep.
"Aku tidak tau soal itu, Sep. Tapi ... aku masih kurang percaya dengan itu," sahut Berlin dengan geleng-geleng dan berkali-kali memegangi kepalanya.
Berlin benar-benar bingung dan pusing saat mengetahui, kalau Carlos terlihat sampai sebegitunya mencari-cari Nadia. Berlin merasa khawatir kepada Nadia setelah mengetahui hal tersebut. Sepengatahuan dirinya, Nadia tidak pernah melakukan kesalahan apapun, yang dampaknya akan sampai seperti ini.
"Dia juga sempat mengancam kita semua," lanjut Adam.
"Tapi menurutku.. kita nggak perlu ambil pusing, karena kasus penyanderaan yang baru saja terjadi aja... berhasil di tangani," sahut Asep.
"Polisi tidak akan diam tentunya kalau sudah seperti itu, sudah pasti ... kita melakukan aksi pun mereka tidak akan diam," imbuh Kimmy.
"Oh iya, hampir lupa.. sekedar informasi, logo dari kelompok 'Mafioso' ini dulunya ternyata 'tengkorak emas', dan sekarang ganti menjadi dua gambar pistol jenis 'Glock17' yang saling berlawanan arah," lanjut Adam.
"Senjata yang mereka pakai juga.. Glock17, seperti yang di bawa Alex ini ..." sahut Asep dengan memegang pistol yang dibawakan Adam di atas meja.
"Tapi ... bukannya itu senjata milik kepolisian" cetus Kimmy.
Berlin pun memotong tiba-tiba pembicaraan mereka bertiga, dan memberitahu kalau semua yang terjadi hari ini hanyalah baru permulaan baginya.
"Firasat ku.. ini semua baru permulaan, mungkin.. akan terjadi kembali ... dengan kasus yang lebih besar, atau bahkan ... kasus yang mereka buat itu ... bisa mengubah tatanan kota."
"Maksudnya..?" sahut Kimmy.
"Kalau memang benar seperti itu jadinya, kita.. akan mengambil tindakan seperti apa, Bos?" Adam menoleh ke arah Berlin yang terlihat bingung bercampur pusing dengan keadaan.
Berlin terlihat pusing karena banyak pikiran yang mengganjal di kepalanya. Ia mengkhawatirkan keselamatan Nadia, dan memikirkan tentang kelompoknya "Ashgard", yang saat ini bisa dibilang masih kekurangan anggota. Disisi lain, Berlin juga masih memikirkan tentang "Gates" yang belum juga ia ketahui banyak.
Tidak hanya itu, masih ada banyak sesuatu yang mengganjal di pikirannya. Namun Berlin tidak bisa memikirkan atau mengingatnya, seakan-akan pikirannya tentang itu hilang begitu saja.
"Um.. saran dariku, mending kamu.. istirahat dulu malam ini, Bos.." ujar Kimmy kepada Berlin yang sudah terlihat lelah.
"Yaudah.. segini dulu aja.. kau mending istirahat dulu malam ini, untuk rencana.. biar kami yang coba memikirkannya.." lanjut Asep yang mulai bangkit dari duduknya.
"Tapi jumlah kita jika untuk langsung melawan mereka... itu sangat mustahil," cetus Berlin.
Adam pun menyangkal tentang apa yang Berlin katakan, "Tidak perlu khawatir tentang itu, buktinya.. lebih dari delapan orang.. terbantai oleh kita di perbukitan sebelah barat peternakan."
"Memang.. kita terlihat sedikit, tetapi jangan samakan kemampuan kita dengan mereka." Lanjut Kimmy dengan menepuk bahu milik Berlin.
"Lagi pula.. kalau urusan personil atau anggota tambahan, biar aku yang urus nanti," lanjut Adam.
Berlin menarik nafas panjang dan lalu menghembuskannya secara perlahan, dan mengatakan, "Yaudah.. mungkin aku perlu istirahat, makasih ya.. buat semua informasinya."
"Tenang aja, nanti kalau.. terjadi sesuatu kepada Nadia.. kami juga pasti bantu," jawab Asep.
"Ya.. pasti.. Nadia sudah ku anggap seperti saudara sendiri," lanjut Kimmy.
"Pasti lah!! nggak terima aku, rasanya ingin ku bunuh Carlos sekarang!" sela Adam dengan menggebrak meja secara tiba-tiba.
"Dih.. kau kenapa, Bodoh.." celetuk Asep kepada Adam.
"Udah-udah ayo.. kita turun ke bawah!" sela Kimmy lalu menarik mereka berdua keluar ruangan.
"Kami turun dulu, Bos!" lanjut Kimmy.
.
"Oke-oke.."
...
Ketiga temannya pun pergi meninggalkan Berlin sendiri di ruang rapat. Berlin sedikit tertawa dan terhibur karena kelakuan anak buahnya sendiri. Tetapi disaat dirinya hanya sendiri, terkadang pikiran rasa bersalah terlintas di kepalanya.
Berlin pun berjalan keluar dari ruang rapat, dan perlahan menaiki anak tangga menuju lantai tiga. Lalu mendekati pintu kamar milik Nadia, ia pun membuka perlahan pintu tersebut dan mendapati kekasihnya yang telah tertidur pulas. Nadia telihat tertidur dengan sedikit tersenyum, dan ekspresi yang cukup bahagia.
"Aku minta maaf ya ... sayang ..." gumamnya di dalam hati.
Dirinya merasa bersalah telah mengenal dan dekat dengan Nadia. Mungkin jika dirinya tidak mengenal dan dekat dengan kekasihnya itu, Nadia tidak harus merasakan ketakutan serta menghadapi semua bahaya seperti ini. Walau Nadia terlihat selalu ceria di hadapan Berlin dan seperti tidak ada rasa ketakutan di dalam dirinya. Tetapi Berlin tetap saja merasa bersalah telah membawakannya mimpi buruk yang sangat buruk kepadanya.
Berlin pun kembali menutup pintu kamar tersebut secara perlahan, dan berjalan ke arah depan jendela yang berada di ruang tengah. Ia berdiri di depan jendela yang sangat lebar itu, dan memandangi lampu-lampu perkotaan yang terlihat seperti bintang. Setidaknya apa yang ia lakukan sekarang dapat menenangkan pikirannya sejenak.
"Sepertinya ... ada banyak yang ingin ku ketahui dan tanyakan ... kepadamu, Prawira ...."
~
Di sebuah wilayah yang sangat jauh dari perkotaan dan pemukiman warga. Terdapat sebuah tempat yang sangat mengerikan bagi semua orang yang mendekatinya, atau bahkan memasuki wilayah tersebut. Karena wilayah ini dikuasai oleh suatu komplotan bersenjata, yang sangat kejam terhadap siapapun itu yang memasuki wilayah kekuasaan mereka.
Personil atau anggota dari komplotan tersebut sangat-sangatlah banyak, sampai tidak dapat dihitung dengan jari. Pihak berwajib seperti polisi pun sangat takut untuk berada di dalam wilayah mereka, bahkan untuk menginjakkan kaki ke wilayah mereka saja tidak ada yang berani.
Mereka juga menguasai sebuah gudang persenjataan ilegal dari ketiga wilayah yaitu Paletown, Shandy Shell, dan Kota Metro. Kelompok mereka juga sangat ditakuti dan disegani oleh semua penjahat kota, karena mereka yang memegang seluruh perdagangan jual beli persenjataan ilegal.
Kabar tentang penyerangan atau peperangan yang dialami oleh sebagian anggota dari mereka, dan menghasilkan 10 korban tewas dari satu pihak yaitu berasal dari pihak mereka. Sudah mulai tersebar ke seluruh penjuru kota, dan salah satunya adalah komplotan ini yang mendengarnya.
Ada beberapa orang yang selamat dari peperangan tersebut, dan mereka mengadu atau lapor kepada Bos mereka sendiri. Mereka juga memberitahukan kalau pemimpin regu mereka yang bernama Alex Matrix Lucario, juga ikut tewas dalam kejadian itu. Beserta sembilan orang lainnya.
"Bos, kami benar-benar mohon maaf.."
"Tapi.. mereka benar-benar penuh taktik.. saat menyerang kami.."
"Iya.. dan kemampuan mereka juga.. tidak bisa diremehkan, Bos.."
"Tembakan-tembakan yang mereka lontarkan benar-benar.. tepat sasaran.."
"Dan itu membuat kami kewalahan, kami benar-benar meminta maaf, Bos.."
*Beberapa anak buah mereka meminta maaf dan berlutut ketakutan di hadapan Bos Besar.
"Bukannya kalian berangkat dari sini dengan jumlah 20 orang ...?! terus ... kalian terbantai dengan mereka yang lebih sedikit daripada kalian?!" bentak Bos mereka yang terlihat sangat marah dan kesal dengan hasil yang mereka dapatkan.
"Kalian dibantai sama siapa emangnya?! sampai si Alex bisa tewas begitu," sela seorang laki-laki lainnya yang berdiri tepat di samping Bos mereka.
"Kami tidak begitu melihat jelas mereka, tapi ... mereka mengenakan Hoodie berwarna biru lengan putih."
Mendengar ciri-ciri yang disebutkan oleh salah satu dari anak buahnya, Bos mereka sedikit terlihat sedikit ketakutan. Namun Sang Bos lebih memperlihatkan rasa kesal dan amarahnya, saat mendengar ciri-ciri yang disebutkan.
"Asal kalian tau ... saya sangat menginginkan.. Ketua dari mereka untuk mati, karena dia telah merebut seseorang yang sangat berharga dariku ... dan mengkhianatiku di masa lalu." Lanjut Sang Bos dengan berteriak meluapkan semua amarah dan kekesalannya terhadap anak buahnya.
Sang Bos pun memilih untuk mengumpulkan seluruh anak buahnya yang berjumlah lebih dari 30 orang, dan mulai menyampaikan rencananya di depan mereka semua.
"Sebentar lagi ... tepat pada pukul 02:20 nanti ... kita akan memulai rencana yang sudah kita siapkan! yaitu kita akan melakukan teror kepada seluruh warga, terutama kepada anggota atau seluruh orang mereka ... Ashgard!" Lantangnya di depan semua anak buahnya.
Seluruh anak buahnya pun mulai bersiap, sesuai dengan tugas yang sudah mereka bagi dan dapatkan. Seluruh persenjataan dan bahan peledak juga sudah siap untuk digunakan. Mereka hanya tinggal menunggu waktu dan jam, dimana permainan yang sudah mereka susun serta rencanakan akan dimulai.
Seorang laki-laki tiba-tiba menghampiri Sang Bos dengan bertanya, "Kenapa ... anda tidak secara langsung membunuh 'Ketua' mereka..?"
Bos pun menjawab pertanyaan itu dengan mengatakan, "Hal seperti itu sebenarnya bisa saja kulakukan dengan mudah, namun ... aku ingin menghabisinya secara perlahan ... dan ... aku ingin dia merasakan semua teror yang ku buat ...."
Akan tetapi, jawaban itu hanya ia buat untuk menutupi rasa takutnya di mata anak buahnya sendiri. Karena Sang Bos mengingat serta takut dengan mitos atau ramalan, yang berasal dari keluarga terdahulunya itu benar-benar terjadi.
Namun di sisi lain, Sang Bos juga menyimpan dendam kepada 'Ketua' dari mereka. Karena 'dia' sudah merebut seseorang yang sangat berharga darinya. Tidak hanya itu, 'dia' juga mengkhianatinya saat masih berada dalam satu keluarga bersamanya.
Sekarang Sang Bos harus kehilangan orang kepercayaannya sendiri yaitu, Alex Matrix Lucario. Yang memiliki peran sangat penting terhadap dirinya sekaligus kelompoknya. Namun Alex harus tewas di tangan komplotan mereka, yaitu "Ashgard".
"Jangan pura-pura lupa tentang semua yang terjadi di masa lalu kita, Berlin ...," gumam Sang Bos dengan penuh rasa kesal dan amarah di dalam hati.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Andropist
lanjut thor
2021-06-12
1