Lingkup Baru #6

"Dari kejauhan ... ternyata dia cukup imut ya ..., dengan mengenakan hoodie berwarna putih polos itu," gumam Bobi yang terlihat terkesima saat melihat Nadia dari kejauhan.

.

"Iya sih ..., coba aku berada di posisi Berlin, bahagia selalu pasti ...," lanjut Adam yang pada saat itu bersamanya.

"Sial, aku baru kali ini ... melihat pacarnya Berlin secara langsung, cantik juga ...," cetus Aryo yang lalu berjalan menjauh dari kedua temannya itu.

"Bob, kamu lagi lihatin apa sih, serius banget ...?" sela Kina yang menghampiri salah satu dari kedua teman laki-lakinya itu.

.

"Huh, eng-enggak ..., nggak lihat apa-apa .., hehehe ...," sahut Bobi yang terlihat kaget dan panik saat mengetahui kehadiran Kina secara tiba-tiba berada di sampingnya.

"Itu tuh ..., Bobi lagi fokus lihatin Nadia, yang imut katanya ...," cetus Adam.

"Oh gitu ..., ikut aku sebentar yuk ..!" sahut Kina dengan sikap yang sangat dingin serta menarik Bobi menjauh dari teman-teman yang lain.

Bobi terlihat sangat ketakutan dengan ekspresi dan sikap dingin yang diberikan oleh Kina pada saat menariknya. Temannya Adam hanya tertawa terbahak-bahak pada saat dirinya ditarik atau bahkan diseret oleh Kina.

.

~

Kimmy sedikit mempercepat langkahnya dengan berlari-lari kecil untuk menghampiri sahabatnya Nadia yang sudah menunggu sedari tadi. Karena lapangan yang sangat luas itu membuat jarak yang cukup jauh dari Nadia berada dan dirinya, jadi cukup menguras tenaga untuk berjalan ke sana.

Di saat dirinya berjalan menuju halaman depan dari lapangan itu, dari kejauhan pun ia sudah dapat melihat Nadia yang telihat kebingungan saat sedang menunggunya. Kimmy merasa kalau dirinya sudah membuat sahabatnya itu menunggu terlalu lama, karena ada sedikit masalah yang sempat terjadi.

"Hai, maaf membuatmu menunggu lama," sapa Kimmy kepada sahabatnya itu.

Nadia terlihat kedinginan dan mencoba untuk menghangatkan tubuhnya dengan terus memasukkan tangannya ke dalam saku dari hoodie yang ia kenakan.

"Tidak apa-apa, aku sendiri masih bingung dengan tempat ini ...," ucap Nadia yang terlihat sangat asing dengan tempat itu.

Melihat Nadia yang terlihat kesepian, Kimmy pun segera mengajaknya untuk berkumpul dengan yang lain.

"Yaudah ayo ...," ujar Kimmy mengajak Nadia untuk berkumpul bersama teman-teman yang lainnya.

Kimmy pun berjalan kembali memasuki lapangan bersama dengan Nadia, dan menuju ke halaman paling belakang dari tempat tersebut. Suasana yang sangat sunyi dan senyap sangat dapat dirasakan menyelimuti tempat itu, dengan langit senja yang sudah berganti tertelan oleh kegelapan malam.

"Ini sebenarnya tempat apa, sih ..?" tanya Nadia saat berjalan bersamanya.

"Lapangan ..., kamu bisa lihat 'kan ...?" jawab Kimmy saat mereka melewati lapangan itu.

"Tapi kok ..., sunyi begini ...?" cetusnya kembali dengan rasa bingungnya.

"Ya ... memang begini tempatnya, cukup kelam ya ...?" sahut Kimmy.

.

"Iya, hehehe ....," gumamnya sambil merapikan rambut miliknya yang terurai sampai ke bahu.

Melihat temannya yang tampak bingung seperti itu, menurutnya adalah hal yang wajar ketika seseorang mendatangi suatu tempat yang sangat asing baginya. Tempat atau lapangan yang cukup luas itu digunakan Kimmy sebagai titik kumpul kedua untuk kelompoknya.

Dikarenakan letak lokasi gudang atau markas mereka sudah diketahui oleh polisi, maka dari itu Kimmy memindahkan sementara titik kumpul mereka di tempat itu. Sisi lain dari tempat atau lapangan yang mereka jadikan titik kumpul adalah lokasinya yang cukup terpelosok. Walau letak dari tempat tersebut berada di tengah kota, namun jarang atau bahkan tidak semua orang tahu adanya tempat atau lapangan itu.

...

Mengetahui kedatangan dari Nadia, semua orang yang berada di sana langsung menyambut baik kehadirannya.

"Halo, apa kabar ...?" sapa Adam yang mengulurkan tangannya untuk berjabat dengan Nadia, serta sikapnya yang tiba-tiba berubah sangat ramah.

Nadia sendiri sangat bingung karena dari semua orang yang berada di sana, hanya Kimmy yang ia kenal. Namun dirinya menghiraukan serta berjabatan tangan dengan orang yang menyapanya itu.

"B-baik ...," jawabnya dengan berjabat tangan dengan orang yang menyapanya itu.

Pada saat berjabat tangan dengan Nadia, Adam tiba-tiba terdiam dengan tatapan yang terus menatap kedua mata yang sangat indah milik Nadia.

"Um ... mohon maaf, tangan saya tidak dapat dilepas," ujar Nadia kepadanya.

"Oh, maaf ...," jawab Adam yang lalu melepas genggamannya.

"Adam ..., jangan sampai membuatnya risih, awas aja kau !" cetus Kimmy.

.

"Untung lagi nggak ada Berlin ...," lanjut Salva.

Kimmy dan beberapa temannya yang lain sempat menertawakan momen tersebut, karena mereka baru pertama kali dapat melihat ekspresi Adam yang benar-benar terkesima dan dengan sikap yang tiba-tiba berubah.

"Nadia 'kan ...?" cetus Faris dan menghampirinya.

.

"Iya ..., kenapa ?"

Nadia merasa sangat bingung karena semua orang di sana dapat mengetahui serta mengenalnya. Kimmy yang di sampingnya pun mulai menjelaskan kepadanya tentang siapa mereka semua, dan hubungan mereka dengan Berlin.

"Jadi ..., kami semua ini adalah kelompok ... atau kami lebih menyebutnya sebagai keluarga, yang Berlin dirikan."

.

"Apa Berlin sudah memberitahukan mu tentang ini ...?" lanjut Kimmy.

Nadia sendiri sudah begitu mengetahui tentang kelompok yang diketuai oleh kekasihnya itu. Namun hanya saja dirinya tidak pernah bertemu dengan mereka sebelumnya. Nadia juga tidak begitu mengenal dekat mereka semua, dan hanya Kimmy yang ia kenal.

"Iya, sudah kok ..., kalian Ashgard 'kan ...?" jawab Nadia dengan sedikit sikap lugunya.

.

"Iya, kamu tenang aja, tidak perlu takut dengan kami ...," sahut Aryo dengan tatapan tajam serta tiba-tiba perlahan melangkah untuk lebih mendekatinya.

Nadia sedikit melangkah mundur untuk menjaga jarak pada saat teman dari sahabatnya itu tiba-tiba mendekatinya. Kimmy yang melihat sahabatnya merasa tidak nyaman, ia pun menarik Aryo dan menyuruhnya untuk berkeliling lapangan.

"Aryo, sekarang giliran mu berkeliling, cepat sana ...!" titah Kimmy.

.

"Astaga ..., yaudah deh ...," sahut Aryo dengan mengambil pistol dan lampu senter miliknya, yang lalu mulai berkeliling sekitar area lapangan.

...

Kimmy pun memperkenalkan satu-persatu semua teman-temannya kepada Nadia, dan tidak hanya itu ia juga memberi peringatan kepada semua teman-temannya. Dirinya sendiri berharap agar Nadia dapat merasa nyaman saat bersamanya dan dengan yang lain.

Mereka semua menyambut kehadiran Nadia dengan sangat ramah, begitupun dengan Nadia sendiri. Seketika ia seperti mendapatkan banyak teman walau dirinya sendiri belum begitu mengenal mereka.

Kimmy dapat melihat ekspresi sahabatnya yang terlihat sangat ceria. Nadia terlihat sedang menghangatkan diri di depan sebuah perapian, serta sedang asik berbincang dengan Kina dan Bobi yang saat itu menghampirinya.

"Kim, kau serius, Nadia sudah bukan polisi lagi ?" tanya Rony yang saat itu berada di sampingnya.

.

"Iya, ayolah ... kau jangan terlalu panik gitu, tenang aja ...," jawab Kimmy dengan meletakkan pistol miliknya di atas meja kecil yang terletak dekat dengan perapian.

"Lalu ... untuk masalah ini ... bagaimana ..?" cetus Kent yang duduk disebuah bangku di tepi lapangan.

Sasha dan Vhalen pun ikut mendekat kepada ketiga orang temannya yang sedang membicarakan tentang masalah yang sedang terjadi.

"Silahkan untuk kalian pikirkan masing-masing terlebih dahulu untuk jalan keluar tersebut maunya bagaimana, dan aku akan coba pertimbangkan itu ...," ujar Kimmy di depan keempat temannya yang sedang terlihat khawatir dan ketakutan.

Mereka berempat terlihat terdiam berpikir keras untuk jalan keluar dari masalah yang sedang menimpa mereka. Kimmy sendiri mengikuti cara Berlin dalam menangani masalah tersebut. Dirinya mencoba untuk menerima serta menampung semua ide atau saran dari semua teman-temannya, serta mempertimbangkan semua saran tersebut.

Pada saat tertimpa sebuah masalah yang menimpa kelompoknya, Berlin selalu menggunakan cara tersebut untuk mengatasi semua masalah yang sedang menimpa kelompoknya. Kimmy mencoba untuk meniru cara tersebut, walau dirinya sendiri telah memikirkan jalan keluarnya dengan tingkat resiko yang tinggi tentunya.

"Kalau gitu ... aku tinggal dulu untuk ngobrol sebentar sama Nadia, kalau sudah ... semua saran dan pemikiran kalian ... akan aku tampung dan pertimbangkan secara bersama." Kimmy pun mulai berjalan pergi untuk menghampiri Nadia yang terlihat sedang berbincang dengan Kina dan Bobi.

Saat Kimmy melangkah berjalan perlahan, berkali-kali dirinya bergumam sendiri dengan meluapkan semua curahan hatinya. Tidak hanya itu ia juga sangat mengharapkan kehadiran Berlin di saat-saat seperti ini.

.

"Berlin, jujur ... aku bingung harus bagaimana ...."

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Arista

Arista

jgn menyerah

2021-12-06

0

Arista

Arista

lanjutkan

2021-12-06

0

Arista

Arista

Semangat

2021-12-06

0

lihat semua
Episodes
1 Kenangan #1
2 Kejam #2
3 Hari yang Berat #3
4 Pilihan #4
5 Salah Paham #5
6 Lingkup Baru #6
7 Pemimpin #7
8 Masalah #8
9 Aku Pulang #9
10 Tempat Baru #10
11 Kembali Bertemu #11
12 Malam yang Tenang #12
13 Keluarga #13
14 Prioritas #14
15 Membunuh atau Dibunuh #15
16 Villa #16
17 Mimpi #17
18 Dendam #18
19 Misi Lama Terlaksana #19
20 Bergerak #20
21 Meledak #21
22 Kacau #22
23 Sebuah Ramalan #23
24 Anak Ramalan #24
25 Anak Laki-laki #25
26 Kakak yang Payah #26
27 Saat Pertama Bertemu #27
28 Bingung #28
29 Rencana Kedua #29
30 Pria Misterius #30
31 Boneka Berdarah #31
32 Bersamamu (bagian satu) #32
33 Bersamamu (bagian dua) #33
34 Sinar Matahariku #34
35 Menyesal #35
36 Takut dan Bersalah #36
37 Diserang #37
38 Pelarian #38
39 Objektif Selesai #39
40 Deklarasi #40
41 Malam yang Indah #41
42 Pertemuan Singkat #42
43 Hasil Pertemuan #43
44 Lekas Pulih #44
45 Surat #45
46 Keinginan #46
47 Anak-anak #47
48 Penghambat #48
49 Nostra #49
50 Dunia Malam #50
51 Kediaman Gates #51
52 Rencana #52
53 Latihan Menembak #53
54 Awal yang Buruk #54
55 Ragu #55
56 Ingin Terus Bersamanya #56
57 Penawaran Menarik #57
58 Persiapan #58
59 Tim Pengintai #59
60 Mimpi Buruk #60
61 Mafioso in Action #61
62 Sifat yang Tiba-tiba Berubah #62
63 Tawanan #63
64 Penolakan yang Menyakitkan #64
65 Aku Di Sini Menjemput Mu #65
66 Saudara #66
67 Helikopter Militer, Kota Kacau #67
68 Bagian Timur Kota #68
69 Meluapkan Amarah #69
70 Ajaran Pengorbanan Diri #70
71 Manusia, Bom Waktu? #71
72 Bulan yang Terang Di Antara Percikan Api #72
73 Menyesal, Kesalahan Masa Lalu #73
74 Membalikkan Keadaan #74
75 Akhirnya Berhadapan #75
76 Duel Pedang #76
77 Ketenangan Malam yang Kembali #77
78 Akhir, Kejelasan #78
79 Terima Kasih #79
80 Koneksi #80
81 Kelompok Putih #81
82 Kepastian #82
83 Pekerjaan Tetap? #83
84 Kesempatan? #84
85 Lenggang #85
86 Di Balik Kabut #86
87 Kesempatan untuk Ashgard #87
88 Semua Tentang yang Ia Lupakan #88
89 Tempat yang Dijanjikan #89
90 Ancaman? #90
91 Rumit #91
92 Pesta Pernikahan #92
93 Penguntit #93
94 Khawatir? #94
95 Pulau yang tak Terpetakan? #95
96 Tiba-tiba Risau #96
97 Bertamu #97
98 Surat Lagi dan Lagi #98
99 Sebelum Hari Esok #99
100 Hari yang Sangat Penting #100 (END)
101 #Chapter Bonus
102 Pengumuman Untuk Pembaca!
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Kenangan #1
2
Kejam #2
3
Hari yang Berat #3
4
Pilihan #4
5
Salah Paham #5
6
Lingkup Baru #6
7
Pemimpin #7
8
Masalah #8
9
Aku Pulang #9
10
Tempat Baru #10
11
Kembali Bertemu #11
12
Malam yang Tenang #12
13
Keluarga #13
14
Prioritas #14
15
Membunuh atau Dibunuh #15
16
Villa #16
17
Mimpi #17
18
Dendam #18
19
Misi Lama Terlaksana #19
20
Bergerak #20
21
Meledak #21
22
Kacau #22
23
Sebuah Ramalan #23
24
Anak Ramalan #24
25
Anak Laki-laki #25
26
Kakak yang Payah #26
27
Saat Pertama Bertemu #27
28
Bingung #28
29
Rencana Kedua #29
30
Pria Misterius #30
31
Boneka Berdarah #31
32
Bersamamu (bagian satu) #32
33
Bersamamu (bagian dua) #33
34
Sinar Matahariku #34
35
Menyesal #35
36
Takut dan Bersalah #36
37
Diserang #37
38
Pelarian #38
39
Objektif Selesai #39
40
Deklarasi #40
41
Malam yang Indah #41
42
Pertemuan Singkat #42
43
Hasil Pertemuan #43
44
Lekas Pulih #44
45
Surat #45
46
Keinginan #46
47
Anak-anak #47
48
Penghambat #48
49
Nostra #49
50
Dunia Malam #50
51
Kediaman Gates #51
52
Rencana #52
53
Latihan Menembak #53
54
Awal yang Buruk #54
55
Ragu #55
56
Ingin Terus Bersamanya #56
57
Penawaran Menarik #57
58
Persiapan #58
59
Tim Pengintai #59
60
Mimpi Buruk #60
61
Mafioso in Action #61
62
Sifat yang Tiba-tiba Berubah #62
63
Tawanan #63
64
Penolakan yang Menyakitkan #64
65
Aku Di Sini Menjemput Mu #65
66
Saudara #66
67
Helikopter Militer, Kota Kacau #67
68
Bagian Timur Kota #68
69
Meluapkan Amarah #69
70
Ajaran Pengorbanan Diri #70
71
Manusia, Bom Waktu? #71
72
Bulan yang Terang Di Antara Percikan Api #72
73
Menyesal, Kesalahan Masa Lalu #73
74
Membalikkan Keadaan #74
75
Akhirnya Berhadapan #75
76
Duel Pedang #76
77
Ketenangan Malam yang Kembali #77
78
Akhir, Kejelasan #78
79
Terima Kasih #79
80
Koneksi #80
81
Kelompok Putih #81
82
Kepastian #82
83
Pekerjaan Tetap? #83
84
Kesempatan? #84
85
Lenggang #85
86
Di Balik Kabut #86
87
Kesempatan untuk Ashgard #87
88
Semua Tentang yang Ia Lupakan #88
89
Tempat yang Dijanjikan #89
90
Ancaman? #90
91
Rumit #91
92
Pesta Pernikahan #92
93
Penguntit #93
94
Khawatir? #94
95
Pulau yang tak Terpetakan? #95
96
Tiba-tiba Risau #96
97
Bertamu #97
98
Surat Lagi dan Lagi #98
99
Sebelum Hari Esok #99
100
Hari yang Sangat Penting #100 (END)
101
#Chapter Bonus
102
Pengumuman Untuk Pembaca!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!