Membunuh atau Dibunuh #15

"Bos, semua sudah siap!" cetus Kimmy yang memasuki ruangan Berlin secara tiba-tiba.

Namun Berlin hanya terdiam dengan sebuah buku yang tergeletak tepat di atas meja hadapannya.

.

Kimmy yang merasa Berlin marah karena tiba-tiba memasuki ruangannya pun meminta maaf dan segera pergi, "Oh.. maaf, Bos.. mengganggu waktunya."

Saat Kimmy berjalan keluar ruangan, Berlin menghentikan langkah Kimmy dengan bertanya, "Memang informasi terakhir gimana?"

.

Kimmy tidak jadi keluar dari ruangan, dan berbalik kearah Berlin dengan menunjukkan sebuah tablet yang berisikan berita terbaru dari kasus penyanderaan.

Dalam berita tersebut berisikan informasi dari pihak kepolisian, yang berhasil mengamankan tiga tersangka sekaligus sembilan sandera. Namun di berita ini menyebutkan kalau kelompok dari tersangka terdiri dari 56 orang, dan bahkan dalam berita tertulis kalau jumlah itu masih tidak pasti.

.

Disaat yang bersamaan, suara sirine polisi kembali terdengar dan sangat dekat dengan markas. Teman-teman yang mendengarnya langsung beberapa berlari keluar untuk melihat situasi, sedangkan Berlin dan Kimmy naik menuju rooftop untuk melihat.

"Bos, pengejaran di sekitar kita ya... banyak polisi juga," ujar Aryo di radio.

.

"Iya iya.. kalian kalo perlu jangan keluar deh, masuk aja.. kalo polisi lihat.. bisa kita yang ketangkap," sahut Berlin di radio.

Dari rooftop Berlin bisa melihat seberapa banyaknya mereka kelompok hitam yang sedang di kejar oleh polisi. Polisi terlihat kesusahan untuk menangkapnya, tetapi jumlah dari anggota yang mengejar juga tidak kalah banyak.

.

Suara tembakan tiba-tiba terdengar, sontak itu membuat Berlin kaget. Karena suara tembakan itu tidak jauh dari tempatnya berada.

Nadia terlihat ketakutan saat melihat banyaknya bagian dari mereka menembaki polisi. Berlin mendekati Nadia dan mengatakan, "Ya.. aku sebenarnya juga merasa seperti itu.."

.

"Apa yang kamu bicarakan?!" cetusnya dengan nada yang terdengar menutupi rasa takutnya.

.

Mendengar apa yang dikatakan Nadia, Berlin merasa dirinya tidak boleh terlihat lemah dihadapan Nadia.

"Oke.. semua siap-siap ya! kita akan ikut aksi dalam adegan mereka!!" celetuk Berlin di Radio dengan nada yang sungguh bersemangat.

.

"Huh?! kamu mau ngapain?!" sahut Nadia dengan menarik tangan Berlin.

...

"Siap, Bos! mobil siap!" sahut Adam yang berteriak di radio.

.

"Gas kah...?! sudah lama menunggu ya.." gumam Faris di radio.

.

"Sarung tangan woy... kalian!" suara kimmy yang terdengar di radio.

.

"Masker, topeng jangan lupa di pakai!" teriak Salva di radio.

...

Dengan mengatakan, "Ayo.. aku antar kamu pulang ya..." Berlin menggandeng Nadia untuk menuju mobil, tetapi Nadia menolak dengan melepas tangan Berlin. Nadia tahu apa yang dipikirkan oleh Berlin, benar ada rasa takut dalam diri Nadia, tetapi Nadia khawatir kalau Berlin akan melakukan hal yang bisa membahayakan dirinya sendiri.

"Nggak.. aku nggak mau pulang pokoknya," ujar Nadia dengan nada kesal.

.

"Terus..? kota sekarang dalam keadaan bahaya, kamu tau kan?!" sahut Berlin dengan emosi yang masih dapat tertahan.

.

"Justru itu.. kamu malah memberadakan dirimu kedalam keadaan lebih bahaya..." sela Nadia dengan sedikit menahan tangis.

Nadia tiba-tiba memeluk Berlin dengan mencoba menahan air mata yang mulai menetes membasahi pipi, dan disaat ini Berlin hanya bisa terdiam.

.

"Bos? let's move?" sela Kimmy kepada Berlin.

.

"Tunggu di bawah aja, Kim!" sahut Berlin.

Kimmy pun berjalan menuju mobil serta meninggalkan Berlin dan Nadia di rooftop.

.

Dengan tersenyum, Berlin melepas pelukannya serta mengusap air mata yang membasahi pipi dan mengatakan, "Aku tau... kamu tidak perlu takut atau khawatir... aku akan selalu berada di dekatmu.." ucapnya kepada Nadia.

.

"Aku janji semuanya akan baik-baik saja, oke...?" imbuhnya kepada Nadia.

Berlin bersama dengan Nadia pun turun dari lantai atas menuju mobil yang sudah siap di garasi. Seharusnya Berlin menggunakan motornya, tetapi Berlin yakin kalau hal itu pasti tidak diperbolehkan oleh Nadia.

Dengan terpaksa, Berlin harus membawa Nadia untuk ikut bersamanya sementara ini. Berlin juga yakin kalau semuanya akan berjalan dengan lancar, dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

...

Berlin mengirim beberapa orang dari kelompoknya terlebih dahulu untuk keluar dari markas, dan memeriksa bagian luar sampai ke jalanan. Empat orang menggunakan motor diberangkatkan terlebih dahulu.

"Di tempatku ada satu anggota polisi yang down tertembak nih!" teriak Galang di radio.

.

"Oke, kau rampas aja barang bawaan sama senjatanya kalau ada, mobil ke dua Bobi sama Kina evakuasi tuh... kita bawa ke Rumah Sakit!" sahut Berlin di radio.

Bobi dan Kina langsung bergegas menuju ke lokasi Galang berada. Berlin memilih untuk mengevakuasi salah satu anggota polisi yang tertembak itu, karena menurutnya polisi bukan musuh atau bagian dari kelompok yang melakukan penembakan tadi. Tetapi tetap, Berlin mencari-cari serta mengambil keuntungannya.

"Ayo.. tujuan kita menuju ke koordinat 5014! tapi tetap.. kalo ada sesuatu selama perjalanan, kita hajar aja!" ujar Berlin di radio.

.

"Ini aku antar dulu nih polisi yang kena tembak tadi, takutnya dia kehabisan darah terus.. mati kan repot," sahut Bobi di radio.

Tiga mobil Ford dan empat motor BMW GS digunakan oleh Berlin dan kawan-kawannya, mulai melaju melewati jalanan kota yang sangat sepi pada malam ini. Tetapi tidak terlalu sepi karena malam ini kota diwarnai dengan suara sirine polisi, serta banyaknya orang-orang mencurigakan mengenakan penutup wajah dan membawa senjata, yang berkeliaran keseluruh area kota.

Bobi dan Kina yang membawa korban polisi tersebut menuju ke Rumah Sakit, diikuti oleh Berlin dan yang lainnya yang menunggu tepat di seberang jalan Rumah Sakit Kota.

.

Sedikit lama menunggu, berkali-kali terlihat banyaknya pengejaran yang sedang terjadi diantara banyaknya polisi, dan beberapa pengendara yang mengenakan topeng hitam serta terlihat membawa senjata api.

"Eh, banyak kali.. pengejaran ini?!" pekik Adam yang berada di dalam mobil yang sama dengan Berlin.

.

"Hahaha.. kau siap nggak, Dam?! ini yang nyetir kau ya.. jadi kau bawa empat nyawa sekaligus dalam dirimu..." sahut Kimmy dengan sedikit memukul bahu Adam yang berada di sampingnya.

.

"Tenang... mobil kita 'kan anti peluru, kau juga jangan lupa.. siapa raja jalanan yang selalu menang dalam balap ..." jawab Adam dengan nada sedikit bercanda.

.

"Bukannya Berlin ya..? kau itu masih di bawahnya Asep, Bodoh..." sahut Kimmy lalu tertawa terbahak-bahak menertawakan Adam.

...

Adam Aguero adalah salah satu orang kepercayaan Berlin dalam mengendarai kendaraan, baik itu mobil atau motor. Dulunya, Adam, Asep, dan Berlin sering melakukan balap liar, mereka selalu bersaing memperebutkan posisi tiga keatas di setiap balap liar yang mereka ikuti.

.

Kimmy R. Rinna juga salah satu orang kepercayaan Berlin, dia berperan sebagai sekertaris dan biasa mencatat keluar masuknya barang-barang brankas di markas. Bukan hanya itu, Kimmy juga sering membantu Berlin dalam mendata setiap orang di kelompoknya. Berlin juga sempat mempercayakan posisinya sebagai ketua kepada Kimmy, selama dirinya berada di luar negeri.

...

"Hei... melamunin apasih?" tanya Berlin kepada Nadia yang sedang melamun melihat kearah luar jendela mobil.

.

"Tidak ada, ini kali pertamaku... melihat begitu banyaknya penjahat.. yang berkeliaran..."

.

Berlin tiba-tiba memberikan taser gun miliknya kepada Nadia dengan mengatakan, "Apapun yang terjadi nanti, saat aku menyuruhmu atau tidak.. aku ingin kamu menggunakannya, aku percaya.. kamu bisa menggunakan senjata ini dengan bijak."

Dengan rasa sedikit keraguan, Nadia menerima senjata itu. Berlin mempercayakan senjata taser miliknya kepada Nadia, dengan tujuan agar Nadia dapat melakukan perlawanan, jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

"Aku sudah lama tidak memegang senjata seperti ini, aku ragu.. bisa menggunakannya atau tidak..." gumamnya.

.

"Aku tau.. tapi aku percaya denganmu, aku juga tidak akan jauh-jauh darimu kok.. tenang aja.." sahut Berlin sambil menggenggam kedua tangan dari Nadia.

"*Ekhm* jadi kita nggak di anggap ini, Dam?" bisik Kimmy kepada Adam.

.

"Iya kayaknya.. kalo dunia udah milik berdua emang susah, kita bikin dunia baru aja gimana, Kim? hahahaha..." celetuk Adam.

"Udah ya... Bobi mana sih? lama banget, dah.." sahut Berlin.

.

"Itu banyak polisi kayaknya Bobi sama Kina ketangkap sih... mereka 'kan bawa senjata ilegal," celetuk si Adam kembali.

.

"Gila.. kau, Dam..." sahut Kimmy dengan memukul bahu milik Adam kembali, namun dengan sedikit keras.

Tidak lama kemudian, Berlin melihat mobil Ford yang di kendarai oleh Bobi dan Kina. Mereka terlihat berjalan perlahan menjauh dari Rumah Sakit, dan tidak mendekat kearah Berlin dan yang lainnya.

"Bob, kau kemana itu?!" teriak Galang di radio.

.

"Aku jalan duluan, soalnya tadi hampir di geledah sama polisi," jawab Bobi di radio.

.

"Yaudah.. kita langsung jalan menuju Paletown.. tapi cek Shandy Shell dulu, kalo aman... kita yang cari-cari orang seperti biasa," ujar Berlin di radio.

Berlin dan kawan-kawannya pun pergi meninggalkan Rumah Sakit Kota menuju Paletown. Paletown adalah sebuah kota kecil, yang terletak di sebelah utara dari pegunungan dekat dengan Shandy Shell. Kedua wilayah antara Paletown dan Shandy Shell ini dipisahkan oleh sebuah gunung, yang terletak dekat dengan danau Shandy Shell.

Berlin dan yang lainnya mulai meninggalkan perbatasan kota melalui daerah peternakan desa, untuk menuju ke wilayah Shandy Shell. Namun sesampainya di perbatasan, rombongan Berlin tiba-tiba di provokasi oleh kedua pengendara motor bertopeng merah, dengan pakaian serba hitam.

Kedua pengendara motor itu mencoba memberhentikan mobil yang dikendarai oleh Bobi dan Kina, dengan cara menodongkan senjata api. Berlin yang melihat kejadian itu mencoba untuk membantu Bobi.

.

Namun salah satu dari pengendara motor itu tiba-tiba langsung menembak kearah mobil yang dinaiki oleh Berlin.

"Nembak ya!" cetus Kimmy di radio.

.

"Izin menembak balik, Bos!" teriak Kina di radio.

Berlin belum menjawab atau memberikan izinnya, Kina sudah menembaki kedua pemotor itu. Alhasil mereka berdua mencoba untuk menjauh dan melarikan diri dari kelompok Berlin.

"Asep! Aryo! Galang! Rony! kejar mereka berdua ya! kalian pakai motor bisa itu," teriak Berlin di radio.

Empat nama yang ditunjuk Berlin pun mendahului rombongan untuk mengejar kedua pemotor itu. Dari mereka berempat, terlihat Asep yang paling bersemangat saat mengejarnya.

Dengan menyalip mobil dari Berlin, Asep berteriak, "Suspect on visual, Bos!" teriak Asep.

Asep K. Dy adalah salah satu orang yang paling atau bahkan sering bersemangat di kelompok Berlin. Walau jarang berbicara, tetapi Asep sebenarnya sangat banyak omong jika di posisi sedang tidak bekerja. Selain itu, dia juga sering memberikan ide-ide atau teori-teori yang terkadang tidak masuk akal, tetapi tingkat keberhasilannya tinggi. Walaupun juga belum pernah terbukti.

.

"Buset.. semangat betul, Asep," cetus Kimmy di mobil.

.

"Kita nggak ada yang tertembak 'kan tadi?" tanya Adam.

.

"Aman.. kau lupa? mobil yang kita pakai ini 'kan anti peluru," sahut Berlin.

.

"Iya sih.. tapi ban nggak anti peluru, Dam, kau yang benar nyetirnya.." imbuh Kimmy.

.

"Santai..." sahut Adam.

Adam, Kimmy, dan Berlin terlihat santai-santai saja, tetapi Nadia terlihat tidak santai dan tenang, dia terlihat takut bercampur khawatir. Berlin yang menyadarinya malah sedikit menertawakannya, "Hahaha.. tadi 'kan aku sudah bilang, aku ingin antar kamu pulang aja.. tapi kamu menolak," celetuk Berlin dengan nada yang sangat menyindir.

.

"Ih kamu ya.. malah diketawain!" sahut Nadia dengan memasang ekspresi marah bercampur kesal.

.

"Marah, 'kah? jangan marah dong.." ucap Berlin sambil membelai rambut Nadia yang sedikit terurai menutupi matanya.

Ditengah Berlin yang sedang menggoda Nadia, Asep yang mengejar dan semakin mendekati pemotor itu pun memberikan pembaruan informasinya di radio.

"Target di visual dan positif untuk diberhentikan!" teriak Asep yang mengejar salah satu dari pemotor itu di radio.

Namun pengendara yang dikejar melakukan beberapa tembakan ke arah Asep dan Faris. Untungnya tidak ada satupun peluru yang mengenai mereka berdua.

"Sep, tarik ulur dulu!" teriak Faris.

.

"Awas dipancing ya!" sahut Aryo di radio.

Berlin merasa curiga kepada kedua pemotor yang baru saja melakukan penembakan kepadanya. Kedua pemotor itu tidak terlihat seperti ingin melakukan pembegalan, atau pemberhentian kepada Bobi yang dari awal sempat akan diberhentikan.

"Oke, Asep dan Faris tarik mundur! untuk Galang dengan Aryo silahkan cek area perbukitan!" ujar Berlin yang memberikan perintahnya di radio.

.

"Siap, Bos! aku langsung naik ke bukit," sahut Aryo yang berboncengan dengan Galang.

Akan tetapi Asep dan Faris sudah terlanjur terlalu dekat dengan target yang mereka kejar. Mereka berdua dengan tidak sengaja memasuki perangkap yang dibuat musuh.

.

Suara tembakan terdengar dari arah atas perbukitan, tembakan yang dikeluarkan tidak hanya satu atau dua kali, tetapi terdengar berkali-kali sudah seperti suara petasan.

"Bos, aku sama Faris ditembaki dari arah bukit!" teriak Asep yang terdengar panik di radio.

.

"Sep, mundur! kita mati kalo disini, bodoh!" teriak Faris kepada Asep melalui radio.

"Hey.. kalian berdua mundur! Bobi, Kina, naik ke atas bukit untuk cari clear shot, kalo dapat langsung tembak!" tegas Berlin di radio.

Terlihat sekelompok orang berpakaian serba hitam, berjumlah lebih dari 10 yang sedang menembaki Asep dan Faris dari atas bukit. Aryo dan Galang yang mendapatkan posisi terbaik dari atas bukit untuk melakukan tembakan ke arah mereka.

.

Tanpa berpikir panjang, Aryo langsung membuka tembakan dan berhasil mengenai satu orang dari salah satu mereka.

"Down satu!" teriak Aryo di radio.

Sekelompok orang itu terlihat panik dan kebingungan saat Aryo dan Galang menembaki mereka. Mereka langsung berlari dan berpencar ke segala arah.

"Dam, kita langsung terobos.. berani 'kah kau?!" tanya Berlin kepada Adam.

.

"Selalu siap!" sahut Adam dan menginjak pedal gas.

.

"Aryo, Galang, kalian siap tembak perlindungan ya! kita terobos!" ujar Kimmy kepara Aryo, dan Galang melalui radio.

.

"Aku sama Faris merapat!" sela Asep di radio.

.

"Raptor dua siap bantu!" sahut Bobi di radio.

.

"Ingat ya! target kita yang baju hitam," cetus Berlin di radio.

Berlin berniat untuk menerobos langsung ke tempat dimana sekelompok orang itu melakukan penembakan. Adam langsung memacu mobilnya naik menuju ke arah perbukitan, dan menabrak sejumlah kendaraan mereka.

.

Saat sampai di tempat, mobil yang dinaiki Adam, Berlin, Nadia, dan Kimmy mendapatkan sambutan dengan beberapa tembakan.

"Nadia, merunduk!" teriak Berlin dan menarik Nadia untuk berlindung dari jendela mobil.

Posisi yang diambil dari Berlin sangat-sangat terdesak karena tindakan yang diambilnya cukup nekat. Peluru berkali-kali dihujani ke arahnya, tapi karena mobil yang dipakai anti peluru, jadi itu bisa dijadikan perlindungan sementara untuk mereka.

Suara tembakan tiba-tiba terdengar lagi namun dari arah yang berbeda, yaitu berasal dari bukit paling atas.

"Tenang, Bos! kita bantu dari atas," ujar Galang kepada Berlin melalui radio.

Dari sisi jalanan juga terlihat dua motor yang langsung merapat ke tempat dimana Berlin berada.

"Jangan lupakan, Asep!" teriak Asep di radio.

.

"Faris juga ya.. parah sih kau, Sep!" cetus Faris di radio.

Satu mobil Ford Raptor juga terlihat ikut masuk, dan merapat ke lokasi Berlin.

"Kita dilupakan 'kah?" teriak Bobi, Salva, dan Kina secara bersamaan di radio.

Adam mencoba turun dari mobil dan melakukan tembakan balasan ke arah sekelompok hitam.

"Tunggu dulu, Bos!" ujar Adam kepada Berlin lalu melakukan tembakan.

.

"Dengar, kamu tetap tunggu di mobil ya!" tegas Berlin kepada Nadia lalu turun dari mobil bersama dengan Kimmy.

Berlin yang turun langsung menembak ke arah salah satu dari mereka yang sangat dekat dengannya. Orang tersebut berhasil Berlin lumpuhkan dengan tembakan yang dilontarkan Berlin, namun tidak langsung membuatnya terbunuh.

.

Berlin tidak langsung membunuh orang tersebut, karena ia ingin bertanya sesuatu kepadanya. Berlin menduga kalau kelompok yang sedang ia lawan ini adalah salah satu bagian dari kelompok milik Carlos, yaitu Mafioso.

Teman-teman Berlin juga berhasil melumpuhkan, dan bahkan Asep dan Faris yang merasa kesal, langsung membunuh beberapa dari mereka di tempat, dengan menembak mereka tepat di kepala.

Nadia melihat peperangan yang terjadi disekitarnya, banyak sekali korban berjatuhan dari pihak mereka, darah berceceran dimana-mana, dan suara tembakan juga terdengar berkali-kali sudah bagaikan peperangan. Nadia sendiri tidak percaya bisa menyaksikan ini semua dengan sangat dekat, bahkan dia berada di tengah-tengah dari mereka.

Sadar akan posisinya sangat terkunci dan jika tetap bertahan sama dengan mati. Sekelompok orang itu tiba-tiba langsung pergi begitu saja, meninggalkan banyak teman-teman mereka yang jatuh tertembak di lokasi.

Faris yang masih geram karena dirinya ditembaki oleh mereka, berusaha mengejar kembali.

"B**gs*t, mau kemana kalian!" teriak Faris dengan rasa penuh dendam dan amarah.

.

Namun usaha Faris untuk mengejar dihentikan dan dicegah oleh Berlin.

"Nggak usah dikejar! mau mati kayak mereka yang ada di sini?!" sahut Berlin.

.

"Oke, langsung rampas! habis itu kita harus pergi, keburu polisi datang," cetus Adam di radio.

Karena situasinya di malam hari, mereka juga sangat susah untuk terlihat dengan baju serba hitam mereka. Berlin menyuruh kepada rekan-rekannya untuk tetap waspada, dan tetap memantau keadaan sekitar dari kehadiran polisi.

Berlin dengan perlahan menghampiri salah satu dari mereka yang sempat ia lumpuhkan. Orang itu terlihat sedang merangkak untuk menjauh dari Berlin, namun sudah tidak bisa karena tangan dan kakinya sudah di tembak oleh Berlin.

"Eh, mau kemana sih? buru-buru amat," celetuk Berlin.

.

Namun orang itu tidak menghiraukan perkataan Berlin. Berlin yang kesal mencoba untuk menarik paksa, serta melempar dan membenturkannya ke sebuah pohon yang tidak jauh dari tempatnya berada.

"Kalian bagian dari Mafioso, 'kan?!" tanya Berlin dengan berusaha mengintimidasinya

Tapi tetap saja, orang itu tidak menjawab pertanyaan dari Berlin. Orang itu juga masih saja bersembunyi dibalik topeng yang ia kenakan, Berlin juga penasaran siapa di balik topeng itu. Berlin pun membuka paksa topeng itu, dan didapati orang bernama 'Axel Matrix Lucario' dibaliknya. Berlin mengetahuinya karena orang ini sering dicari-cari oleh kepolisan berkat tindakan kriminal yang sering dia lakukan.

"Sesuai dugaanku kalau ini dirimu, Berlin," ujar Alex dengan sedikit merintih menahan sakit di tangan dan kakinya.

Mendengar apa yang dikatakan Alex, Berlin bingung dan tidak paham maksudnya. Namun tiba-tiba disaat yang bersamaan, tanpa sepengetahuan Berlin dan teman-temannya. Ternyata masih tersisa satu orang yang mengenakan baju serba hitam, yang mencoba menikam Berlin dari belakang.

.

Orang tersebut sudah siap menggenggam sebuah pisau di tangannya, lalu menusuk Berlin dari belakang tanpa sepengetahuan teman-temannya. Berlin yang tidak tahu, tidak bisa berbuat apa-apa dan tidak sempat melakukan perlawanan sama sekali.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Mommy Gyo

Mommy Gyo

like hadir lagi thor jangan lupa mampir ya 🙏

2021-08-04

1

Andropist

Andropist

lanjut

2021-06-16

1

lihat semua
Episodes
1 Kenangan #1
2 Kejam #2
3 Hari yang Berat #3
4 Pilihan #4
5 Salah Paham #5
6 Lingkup Baru #6
7 Pemimpin #7
8 Masalah #8
9 Aku Pulang #9
10 Tempat Baru #10
11 Kembali Bertemu #11
12 Malam yang Tenang #12
13 Keluarga #13
14 Prioritas #14
15 Membunuh atau Dibunuh #15
16 Villa #16
17 Mimpi #17
18 Dendam #18
19 Misi Lama Terlaksana #19
20 Bergerak #20
21 Meledak #21
22 Kacau #22
23 Sebuah Ramalan #23
24 Anak Ramalan #24
25 Anak Laki-laki #25
26 Kakak yang Payah #26
27 Saat Pertama Bertemu #27
28 Bingung #28
29 Rencana Kedua #29
30 Pria Misterius #30
31 Boneka Berdarah #31
32 Bersamamu (bagian satu) #32
33 Bersamamu (bagian dua) #33
34 Sinar Matahariku #34
35 Menyesal #35
36 Takut dan Bersalah #36
37 Diserang #37
38 Pelarian #38
39 Objektif Selesai #39
40 Deklarasi #40
41 Malam yang Indah #41
42 Pertemuan Singkat #42
43 Hasil Pertemuan #43
44 Lekas Pulih #44
45 Surat #45
46 Keinginan #46
47 Anak-anak #47
48 Penghambat #48
49 Nostra #49
50 Dunia Malam #50
51 Kediaman Gates #51
52 Rencana #52
53 Latihan Menembak #53
54 Awal yang Buruk #54
55 Ragu #55
56 Ingin Terus Bersamanya #56
57 Penawaran Menarik #57
58 Persiapan #58
59 Tim Pengintai #59
60 Mimpi Buruk #60
61 Mafioso in Action #61
62 Sifat yang Tiba-tiba Berubah #62
63 Tawanan #63
64 Penolakan yang Menyakitkan #64
65 Aku Di Sini Menjemput Mu #65
66 Saudara #66
67 Helikopter Militer, Kota Kacau #67
68 Bagian Timur Kota #68
69 Meluapkan Amarah #69
70 Ajaran Pengorbanan Diri #70
71 Manusia, Bom Waktu? #71
72 Bulan yang Terang Di Antara Percikan Api #72
73 Menyesal, Kesalahan Masa Lalu #73
74 Membalikkan Keadaan #74
75 Akhirnya Berhadapan #75
76 Duel Pedang #76
77 Ketenangan Malam yang Kembali #77
78 Akhir, Kejelasan #78
79 Terima Kasih #79
80 Koneksi #80
81 Kelompok Putih #81
82 Kepastian #82
83 Pekerjaan Tetap? #83
84 Kesempatan? #84
85 Lenggang #85
86 Di Balik Kabut #86
87 Kesempatan untuk Ashgard #87
88 Semua Tentang yang Ia Lupakan #88
89 Tempat yang Dijanjikan #89
90 Ancaman? #90
91 Rumit #91
92 Pesta Pernikahan #92
93 Penguntit #93
94 Khawatir? #94
95 Pulau yang tak Terpetakan? #95
96 Tiba-tiba Risau #96
97 Bertamu #97
98 Surat Lagi dan Lagi #98
99 Sebelum Hari Esok #99
100 Hari yang Sangat Penting #100 (END)
101 #Chapter Bonus
102 Pengumuman Untuk Pembaca!
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Kenangan #1
2
Kejam #2
3
Hari yang Berat #3
4
Pilihan #4
5
Salah Paham #5
6
Lingkup Baru #6
7
Pemimpin #7
8
Masalah #8
9
Aku Pulang #9
10
Tempat Baru #10
11
Kembali Bertemu #11
12
Malam yang Tenang #12
13
Keluarga #13
14
Prioritas #14
15
Membunuh atau Dibunuh #15
16
Villa #16
17
Mimpi #17
18
Dendam #18
19
Misi Lama Terlaksana #19
20
Bergerak #20
21
Meledak #21
22
Kacau #22
23
Sebuah Ramalan #23
24
Anak Ramalan #24
25
Anak Laki-laki #25
26
Kakak yang Payah #26
27
Saat Pertama Bertemu #27
28
Bingung #28
29
Rencana Kedua #29
30
Pria Misterius #30
31
Boneka Berdarah #31
32
Bersamamu (bagian satu) #32
33
Bersamamu (bagian dua) #33
34
Sinar Matahariku #34
35
Menyesal #35
36
Takut dan Bersalah #36
37
Diserang #37
38
Pelarian #38
39
Objektif Selesai #39
40
Deklarasi #40
41
Malam yang Indah #41
42
Pertemuan Singkat #42
43
Hasil Pertemuan #43
44
Lekas Pulih #44
45
Surat #45
46
Keinginan #46
47
Anak-anak #47
48
Penghambat #48
49
Nostra #49
50
Dunia Malam #50
51
Kediaman Gates #51
52
Rencana #52
53
Latihan Menembak #53
54
Awal yang Buruk #54
55
Ragu #55
56
Ingin Terus Bersamanya #56
57
Penawaran Menarik #57
58
Persiapan #58
59
Tim Pengintai #59
60
Mimpi Buruk #60
61
Mafioso in Action #61
62
Sifat yang Tiba-tiba Berubah #62
63
Tawanan #63
64
Penolakan yang Menyakitkan #64
65
Aku Di Sini Menjemput Mu #65
66
Saudara #66
67
Helikopter Militer, Kota Kacau #67
68
Bagian Timur Kota #68
69
Meluapkan Amarah #69
70
Ajaran Pengorbanan Diri #70
71
Manusia, Bom Waktu? #71
72
Bulan yang Terang Di Antara Percikan Api #72
73
Menyesal, Kesalahan Masa Lalu #73
74
Membalikkan Keadaan #74
75
Akhirnya Berhadapan #75
76
Duel Pedang #76
77
Ketenangan Malam yang Kembali #77
78
Akhir, Kejelasan #78
79
Terima Kasih #79
80
Koneksi #80
81
Kelompok Putih #81
82
Kepastian #82
83
Pekerjaan Tetap? #83
84
Kesempatan? #84
85
Lenggang #85
86
Di Balik Kabut #86
87
Kesempatan untuk Ashgard #87
88
Semua Tentang yang Ia Lupakan #88
89
Tempat yang Dijanjikan #89
90
Ancaman? #90
91
Rumit #91
92
Pesta Pernikahan #92
93
Penguntit #93
94
Khawatir? #94
95
Pulau yang tak Terpetakan? #95
96
Tiba-tiba Risau #96
97
Bertamu #97
98
Surat Lagi dan Lagi #98
99
Sebelum Hari Esok #99
100
Hari yang Sangat Penting #100 (END)
101
#Chapter Bonus
102
Pengumuman Untuk Pembaca!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!