Aku Pulang #9

Kimmy mengambil secarik kertas atau surat yang sepertinya dengan sengaja dijatuhkan oleh kedua orang misterius itu. Di saat ia mengambil secarik kertas tersebut, dirinya cukup terkejut saat secara tidak langsung membaca beberapa kalimat tulisan yang tertulis di atas dari kertas yang ia ambil.

Kimmy juga sangat terkejut saat surat tersebut tenyata ditujukan untuk Nadia, yaitu sahabatnya sendiri. Dirinya sempat bingung dengan motif dari kedua orang misterius tersebut, sampai-sampai membuat surat yang sangat mencurigakan serta ditujukan untuk Nadia.

"Apa maksudnya ini ?!" gumam Kimmy sendiri saat membaca kalimat tulisan yang tertulis di secarik kertas tersebut.

Setelah membaca surat yang tidak seharusnya ia baca, karena tidak ditujukan untuk dirinya. Kimmy pun segera berlari kecil menghampiri Nadia dan memberikan surat tersebut kepadanya.

"Nadia, sepertinya ... kau harus lebih berhati-hati !" cetus Kimmy saat menyodorkan secarik kertas tersebut kepada sahabatnya itu.

"Huh ?" gumam Nadia yang tengah asik berbincang dengan Sasha.

Nadia pun menerima secarik kertas yang diberikan oleh Kimmy, dan membaca isi dari surat tersebut. Isi dari sebuah surat yang dijatuhkan oleh orang-orang yang misterius, tentu juga sangat mencurigakan.

Di saat ia membaca per kata dan kalimat yang tertulis di surat tersebut, Nadia dibuat kaget sekaligus bingung maksud dari surat yang ditujukan untuk dirinya.

"Ini maksudnya apa, Kim ?" cetusnya.

"Surat itu dijatuhkan oleh dua orang tadi, aku nggak tahu maksudnya, tapi ... kalimat yang tertulis di situ sangat tidak pantas, 'kan?" jawab Kimmy.

Apa yang dikatakan oleh Kimmy memang benar, dan surat tidak jelas tersebut sangat termasuk ke dalam sebuah ancaman.

Nadia sendiri cukup terkejut saat membaca isi dari surat yang diberikan sahabatnya. Secara tidak langsung, dirinya menyimpan ketakutan dan kecemasan tersendiri setelah membaca surat tersebut.

"Lebih baik surat ini aku buang saja," sela Kimmy yang lalu menyahut secarik kertas tersebut dari genggaman Nadia.

"O-oke ...," gumamnya saat surat tersebut diambil dari kedua tangannya.

"Setelah ini, kami antarkan kamu untuk pulang saja, ya?" ucap Sasha dengan merangkul Nadia yang terlihat melamun setelah membaca surat tersebut.

Nadia hanya mengangguk pelan dan dengan tatapan kosong melihat ke perapian yang tidak jauh dari dirinya berdiri.

.

...

"Sudah sangat lama sekali aku tidak bertemu dengan mu, Nadia. Mungkin kamu tidak tahu siapa aku yang menulis surat ini, namun sebenarnya kita berdua pernah bertemu beberapa tahun yang lalu. Aku sendiri sempat menyimpan rasa kepadamu, tapi perasaan itu terbuang begitu saja secara sia-sia. Harapan ku yang pernah tinggi terhadap dirimu, tiba-tiba jatuh hancur begitu saja dan kamu tidak menghiraukannya."

"Aku sendiri berharap kau lebih berhati-hati, dan juga aku akan selalu mengetahui keberadaan mu, Nadia. Oh iya, sampaikan salamku untuk Berlin mu tersayang. Yah, walau mungkin kau tidak akan kembali bertemu dengannya lagi."

Semua isi dari surat tersebut telah sampai dan dibaca langsung oleh Nadia, dan rasa kecemasan serta ketakutan tiba-tiba muncul di dalam dirinya setelah membaca surat tersebut secara lengkap.

...

.

.

~

.

Di keesokan harinya adalah hari yang sangat cerah dengan cuaca dan angin yang sangat bersahabat. James Wiky adalah seorang anggota polisi yang sangat dekat dengan seseorang dari kelompok milik Berlin. Dirinya berperan sebagai layaknya seorang informan untuk kelompok Ashgard.

Di hari ini secara tiba-tiba dan mendadak, diselenggarakannya sebuah konferensi pers terbuka tentang pembubaran kelompok kejahatan yaitu Ashgard. Konferensi pers tersebut dibuat secara mendadak dan sepihak oleh seorang petinggi bernama Bagas.

Bagas sendiri adalah orang yang diberikan kepercayaan oleh Prawira untuk menggantikan posisi jabatan tertinggi dalam struktur kepolisian. Tidak hanya dia sendiri, Prawira juga mempercayai seseorang bernama Kibo untuk mendampinginya di kursi jabatan tersebut.

Prawira adalah seseorang yang menduduki kursi tertinggi dan paling tinggi dalam struktur Kepolisian Metro. Dia adalah orang yang mengurus serta mengembangkan para anggota polisi, serta membagi mereka semua ke dalam berbagai divisi dan unit.

Tidak hanya itu, kehadiran Prawira juga sangat penting dalam instansi tersebut. Karena tanpa kehadirannya, akan terjadi beberapa masalah kecil internal yang tidak dapat dihindarkan. Dan jika masalah-masalah kecil tersebut tidak segera teratasi, maka akan berkembang menjadi sebuah masalah yang sangat serius.

...

Siang hari ini akan menjadi hari yang cukup panjang dan sibuk bagi James. Karena ia ditugaskan untuk bergabung ke dalam unit penjagaan selama konferensi pers tersebut berlangsung. Informasi tentang konferensi pers tersebut, dan juga tentang satu tersangka yang diamankan, masuk kepada James.

Di saat ia menerima kabar tentang diselenggarakannya konferensi tersebut, James cukup terkejut. Karena hal itu sangat mendadak tanpa persiapan di hari-hari sebelumnya, dan juga hadirnya satu tersangka yang tidak diketahui asal-usulnya.

James pun segera membocorkan kabar atau berita tentang konferensi pers tersebut, kepada salah satu temannya yang menjadi bagian dari Ashgard.

"Asep, akan ada konferensi pers soal pembubaran dari kelompok mu, Ashgard."

"Juga ada satu orang yang tertangkap, apakah salah satu dari kalian ada yang tertangkap atau hilang kabar?"

James menulis kedua pesan teks dan mengirimkannya kepada Asep, salah satu teman dekatnya yang juga bagian dari kelompok Ashgard.

James sendiri memiliki keterikatan rahasia dengan Berlin, dan sekaligus seluruh anggota di kelompok tersebut. Dirinya sangat tidak keberatan untuk menjadi informan bagi Ashgard, karena beberapa hal yang Berlin lakukan kepadanya sangat mengubah alur cerita hidupnya.

Tidak menunggu waktu lama, temannya yaitu Asep pun membalas pesan teks yang ia kirimkan.

.

"Siap, terima kasih banyak informasinya, sebaiknya kau lebih berhati-hati dalam melangkah."

Setelah menerima dan membaca pesan balasan tersebut, James pun berjalan menuju loker untuk mengambil perlengkapan pakaian bertugasnya.

...

"James, akan ada banyak masa yang berkumpul di depan Kantor Pusat. Kau siap, 'kan ?" cetus rekannya saat James berjalan memasuki ruang loker.

"Iya ... Aku tahu, saatnya kita kembali bertugas, semoga tidak terjadi kericuhan," sahut James dengan berjalan menghampiri lokernya, dan mengambil serta memakai rompi miliknya.

"Ya ..., lagian konferensi pers itu sangat mendadak, kita jadi terlihat sangat kurang persiapan," cetus salah satu rekan lainnya yang berdiri di sebelah James.

"Banyak anggota yang tidak tahu soal tersangka yang berhasil diamankan. Apa itu memang benar, atau ...?" celetuk salah satu sahabatnya yaitu Ardi yang pada saat itu baru memasuki ruang loker.

.

"Sudahlah ... kita hanya bisa lakukan tugas masing-masing saja," sela James yang lalu berjalan keluar dari ruangan tersebut.

...

Konferensi pers yang diselenggarakan belum dimulai, namun sudah banyak masyarakat yang berkumpul di depan dari Kantor Polisi Pusat. Cukup banyak anggota polisi yang juga berjaga untuk tetap membuat situasi dalam keadaan kondusif.

Beberapa anggota polisi juga menaruh rasa curiga dengan diselenggarakannya konferensi pers tersebut secara mendadak tanpa ada informasi sebelumnya. Kecurigaan itu juga sangat dirasakan oleh beberapa anggota yang masih dalam naungan keluarga besar kepolisan.

"Apa maksud dari Bagas untuk membuat konferensi pers ini ...?" gumam hati James dengan menyimpan rasa kecurigaan yang cukup tinggi.

Sebelumnya James juga sempat melihat sendiri serta mengetahui tentang Nadia yang dikeluarkan secara sepihak oleh Bagas sendiri, tanpa sepengetahuan atau seizin Prawira sebagai orang yang menjabat jabatan paling atas di atas dari jabatan milik Bagas.

James juga merasa sangat kasihan serta prihatin dengan kondisi dari Nadia saat menghadapi Bagas, dan terlihat sangat tersiksa oleh apa yang dilakukan Bagas kepada dia.

Bagas memang salah satu atasan yang cukup kejam dan tegas saat menghadapi anggota, jika anggota tersebut melakukan kesalahan. Namun dengan cara atau kekerasan yang dia lakukan kepada Nadia itu tidak ada di dalam catatan Standar Operasional Prosedur. Apalagi yang sedang dia hadapi adalah seorang wanita dan sangat tidak pantas untuk mendapatkan kekerasan tersebut.

Dahulu dan bahkan berkali-kali Prawira menegaskan tentang Standar Operasional Prosedur, jika sedang dihadapkan dengan seorang anggota yang melakukan kesalahan, baik kesalahan yang sangat fatal atau ringan. Prawira juga sangat menghindari terjadinya kekerasan terhadap bawahan atau anggotanya, jika anggotanya telah melakukan kesalahan. Maka dari itu ia selalu menegaskan untuk menggunakan atau membuat sebuah Surat Peringatan, terhadap salah seorang anggota jika telah melakukan kesalahan.

Walau James adalah salah satu seorang Perwira, tetapi dirinya tidak dapat melakukan apapun atau menentang apa yang diperbuat oleh Bagas. Karena dirinya tidak memiliki otoritas atau kuasa untuk menentang serta melarang hal tersebut terjadi.

.

~

.

Kimmy yang mendapatkan informasi dari temannya yaitu Asep, tentang diselenggarakannya konferensi pers terbuka tersebut. Ia berencana untuk melihat serta mendengarkan isi dari konferensi pers tersebut, serta menyaksikan sendiri kebenaran apa yang didapat dari konferensi pers yang diselenggarakan.

"Kita lihat konferensi tersebut lah !" titah Kimmy kepada teman-temannya yang berkumpul.

"Setuju sih ...."

"Katanya ada yang tertangkap, tetapi ... kita lengkap di sini."

"Pengalihan isu, 'kah ...?"

"Kimmy, tapi ... di sana pasti banyak orang, kalian akan sangat terlihat jika tidak melakukan penyamaran," sela Nadia yang datang berjalan menghampiri sahabatnya tersebut.

"Ide bagus !" sahut Bobi dengan bersemangat.

"Iya sih ..., Kita jangan memakai atribut Ashgard !" titah Kimmy dengan melepaskan hoodie bertuliskan Ashgard miliknya, serta melipat dan menyimpannya di dalam mobil.

"Um ... aku ... aku harus pulang dulu, aku ... tidak memakai baju lain selain ... hoodie ini, hehehe ...," cetus Sasha dengan canggung menutup tubuhnya menggunakan kedua tangannya.

"Huh ?"

"Serius ?"

Semua teman laki-lakinya tertegun secara tiba-tiba saat Sasha berkata seperti itu.

"Oh, tidak apa-apa, lepas saja di sini," celetuk Adam dengan seidkit merayu temannya tersebut.

"Gila kau, Dam!" sahut Vhalen.

"G*bl*k, Adam !"

"Nggak gitu juga, Adam Bodoh ...!"

Kimmy hanya geleng kepala saat melihat kelakukan temannya yang sangat acak tersebut.

.

"Yaudah ... tidak apa, kau pulang saja dahulu ... ditemani sama Kina, ya?" ucap Kimmy dengan berjalan mendekati temannya tersebut.

"He'em, aku permisi dulu ya, Kim," jawab Sasha dengan mengangguk dan pergi bersama Kina untuk mengganti pakaian.

...

Sesuai dengan ide yang diberikan oleh Nadia, dan perintah dari Kimmy. Semua teman-temannya pun melepas hoodie yang mereka pakai, dan berganti dengan baju atau pakaian biasa.

"Langsung saja, kita bertemu di halaman parkir Taman Kota !" titah Kimmy yang lalu masuk ke dalam mobil bersama dengan Nadia.

"Siap, kalian duluan aja, aku belakangan," sahut Adam.

"Nanti aku juga menyusul saja, aku harus simpan senjata dulu," ujar Faris.

Kimmy pun pergi dengan mengendarai mobilnya bersama Nadia, menuju Taman Kota yang letaknya cukup jauh namun juga tidak terlalu jauh dari titik kumpulnya dengan teman-teman.

Dengan tidak menggunakan seragam atau atribut yang biasa mereka pakai. Mereka pun segera berangkat menuju Kantor Polisi Pusat, secara terpisah dan sesuai dengan perintah dari Kimmy.

Kantor Polisi Pusat, sesuai dengan namanya, kantor tersebut terletak di Pusat Kota Metro, dan juga letaknya tidak jauh dari Taman Kota yang cukup luas tersebut. Jarak antara Kantor Polisi Pusat dan Taman Kota sangat bisa dijangkau hanya dengan berjalan kaki, dan itu tidak memakan banyak waktu.

...

Tidak berselang lama kemudian, Kimmy pun akhirnya sampai di halaman parkir Taman Kota bersama dengan Nadia. Situasi di taman tersebut terlihat cukup ramai dengan banyaknya orang yang sedang bersantai menikmati suasana taman yang sangat rindang akan pepohonan

Asep dan ketiga teman lainnya pun juga akhirnya sampai serta menemui Kimmy di halaman parkir tersebut.

"Aku tadi sempat lihat, dan ... cukup sangat ramai, sih ...," ujar Asep.

Mungkin Asep telah melewati jalan yang sama dilewati oleh Kimmy sebelumnya, dan sempat melihat keramaian yang terjadi di depan Kantor Polisi.

"Ya ..., mungkin ... cukup beberapa saja dari kalian yang ke sana, sisanya pantau area sekita aja ...!" titah Kimmy kepada teman-temannya.

"Oke, tenang aja ...," jawab Rony.

"Aku mau ke sana dulu ya, Kim. Penasaran mau lihat seperti apa ...," ucap Nadia yang lalu berjalan pergi.

.

"Ayo sama aku, aku juga ingin tahu apa yang terjadi di sana !" sahut Kimmy yang lalu ikut berjalan di samping sahabatnya itu.

Mereka berdua pun berjalan menghampiri kerumunan warga, untuk menyaksikan sendiri konferensi pers yang diadakan oleh pihak kepolisian.

Kimmy sendiri juga menyimpan rasa curiga dan penasaran terhadap konferensi pers tersebut. Karena dari informasi yang disampaikan oleh James kepada temannya yaitu Asep, terdapat satu tersangka yang berhasil diringkus dalam konferensi pers pembubaran kelompoknya. Akan tetapi tidak ada satu pun dari rekannya yang tertangkap oleh polisi, dan itu menimbulkan rasa kecurigaannya terhadap pihak kepolisian.

...

Dari kejauhan sudah dapat terlihat dengan jelas kerumunan warga dan banyak wartawan serta paparazi yang berkumpul di depan Kantor Polisi. Para paparazi tersebut juga terlihat sangat serius dan berkali-kali memotret atau mengabadikan konferensi pers yang sedang diselenggarakan.

Tidak hanya para warga dan pihak wartawan saja yang berkumpul, tetapi juga terlihat cukup banyak anggota polisi yang berjaga di sekitarnya. Namun itu sama sekali tidak membuat Kimmy dan beberapa temannya kesusahan untuk menyaksikan jalannya konferensi pers tersebut.

"Ya ampun ..., ramai sekali ...," gumam Nadia yang terlihat cukup pusing dengan keramaian tersebut.

"Ya ... mau bagaimana lagi ...?" sahut Kimmy.

Dengan langkah-langkah kecilnya, Nadia berjalan mendekati kerumunan massa tersebut untuk melihat konferensi pers yang sedang berlangsung.

Tidak lama kemudian, seorang polisi terlihat memasuki meja dan memulai konferensi pers tersebut. Nadia sangat mengetahui orang tersebut, karena beberapa waktu sebelumnya dirinya sempat bermasalah dengan dia. Orang tersebut adalah Bagas, seorang perwira tinggi dan memiliki posisi tepat sebelum Prawira, sekaligus atasannya saat dirinya masih sebagai seorang anggota polisi.

"Bukannya dia ... Bagas ?" cetus Kimmy kepada Nadia.

"Iya ...," jawaban singkat dari Nadia di tengah kerumunan, dan dengan tatapan sinis ke arah seseorang yang bernama Bagas tersebut.

Terlihat juga satu tersangka yang dihadirkan di depan semua orang dengan mengenakan baju tahanan, serta masker yang menutup penuh wajahnya. Dari ciri-ciri fisik yang sangat terlihat, Kimmy tidak mengenal siapa orang di balik topeng atau masker tersebut. Dirinya juga bisa memastikan dan sangat yakin kalau orang tersebut bukan bagian dari kelompoknya.

"Dia adalah satu tersangka yang berhasil kami amankan di sebuah gudang yang terletak tepat di selatan dari pusat kota. Tidak hanya itu, kami juga mengamankan beberapa barang bukti seperti senjata dan barang-barang ilegal lainnya."

.

"Karena berhasilnya dilakukan penggrebekan serta pengamanan dari gudang atau tempat yang tidak salah lagi menjadi markas mereka. Kelompok bernama Ashgard ... telah resmi kami bubarkan !"

Bagas melaksanakan pidatonya di depan masyarakat serta wartawan, dan diikuti oleh beberapa sorak-sorai dari mereka semua sesaat setelah Bagas selesai berpidato.

"Ya ...!"

"Dasar kriminal !"

"Hukum mati sudah !"

"Berikan hukuman yang pantas kepadanya !"

Semua yang dikatakan Bagas tentang senjata dan beberapa barang ilegal yang telah berhasil diamankan, memang benar adanya. Kimmy sendiri juga sudah menghitung atau menjumlahkan semua barang yang berhasil diamankan oleh polisi.

Namun anehnya, orang yang menjadi tersangka tersebut bukanlah salah satu bagian dari Ashgard. Pada saat pelarian dan peperangan singkat yang terjadi di terowongan, semua teman-temannya berhasil lolos dari kejaran polisi.

Kimmy juga sudah mengabsen ulang semua rekannya, sesaat setelah terjadinya pengejaran dan peperangan singkat tersebut. Maka dari itu ia dapat memastikan, tersangka yang berhasil diamankan bukanlah bagian dari kelompoknya Ashgard.

...

"Kim, sepertinya ... aku ..., aku kembali ke mobil saja ...," ucap Nadia dengan sangat gemetaran serta memegang erat pundak milik Kimmy untuk menopang tubuhnya yang terlihat cukup lemas.

"Huh, kamu kenapa ?" sahut Kimmy dengan melingkarkan tangannya untuk membantu Nadia.

"Hehe ..., Aku lupa ... aku tidak kuat ... dengan keramaian ..., kepalaku pusing ...," jawab Nadia sedikit menertawakan dirinya sendiri, dan dengan nada yang terdengar cukup lemas.

"Ya sudah, kita kembali saja, ya?" ucap Kimmy yang lalu menuntun Nadia secara perlahan untuk keluar dari kerumunan, dan kembali menuju mobil.

Kimmy pun segera menuntun Nadia keluar dari kerumunan orang-orang, dan mengantarnya untuk beristirahat kembali menuju mobil miliknya yang terparkir.

"Astaga ..., Kamu sakit, 'kah?" cetus Kimmy dengan memberikan sebotol air minum kepada Nadia yang duduk di dalam mobil.

"Nggak ... aku nggak sakit, hanya saja ... aku memang tidak tahan jika berada di tengah kerumunan kayak gitu, hehehe ... maaf merepotkan," jawab Nadia dengan sedikit tertawa kecil menertawakan kondisi dirinya.

"Tenang aja ..., yang penting kamu baik-baik saja, 'kan ?" sahut Kimmy dengan bersandar di pinggir dari pintu mobil yang dibiarkan terbuka.

.

"He'em ..., aman kok," jawab Nadia kembali dengan mengangguk perlahan dan bersandar di jok belakang mobil.

Nadia terlihat sungguh lemas saat berjalan dituntun oleh Kimmy sampai menuju mobil yang terparkir tidak jauh. Keringatnya juga terlihat membasahi sekujur tubuhnya, serta dirinya terus menopang kepalanya yang terasa cukup pusing.

.

Hal ini ia rasakan bukan untuk pertama kalinya, namun sudah beberapa kali di saat dirinya berada di tengah kerumunan atau keramaian orang.

"Kamu nggak mau lanjut ke sana, 'kah ?" cetus Nadia kepada Kimmy.

Kimmy menengok ke arah Nadia dan menjawab, "tidak perlu ... aku sudah paham dengan semua inti dari konferensi pers itu."

.

"Lagi pula ... udah banyak teman kita yang tersebar di sekitar area sana, santai saja ...," sambungnya.

Di tengah Kimmy sedang berbincang asik dengan Nadia. Tiba-tiba ponsel genggam miliknya yang ia simpan di dalam saku celana, bergetar karena ada panggilan masuk.

"Bentar ya ...!" titahnya kepada Nadia yang lalu berjalan menjauh untuk menerima panggilan suara tersebut.

"Okey ...," jawab Nadia yang lalu perlahan memejamkan matanya untuk beristirahat.

Di saat ia mengambil dan melihat siapa yang menghubungi dirinya melalui panggilan suara. Kimmy sangat terkejut, senang, sekaligus lega saat membaca nomor dan kontak yang meneleponnya.

"Huh, ini ... beneran ... ?!" gumamnya yang lalu segera mengangkat panggilan masuk tersebut.

.

~

.

Beberapa waktu sebelumnya, dan di sebuah tempat ternama yaitu Bandara Internasional Metro.

.

Dengan menghirup kembali udara segar yang menyelimuti kota tercinta, dan sangat merasa rindu dengan ruang lingkup bebas perkotaan serta pedesaan yang ada. Akhirnya ia dapat melangkahkan serta menginjakkan kakinya kembali ke kota yang sangat ia rindukan.

"Huh ..., akhirnya ...," gumam Berlin setelah menghembuskan napas panjang.

"Hei, Berlin !" Terdengar tiba-tiba suara seorang pria yang memanggilnya dari belakang.

Karena merasa terpanggil oleh seseorang yang berada di belakangnya, Berlin pun menoleh untuk melihat siapa yang memanggilnya.

Di saat dirinya berbalik badan untuk melihat siapa yang memanggilnya. Berlin dapat melihat seseorang pria yang sangat ia kenal, dari balik keramaian orang-orang di bandara. Ia cukup terkejut kepada orang tersebut, lantaran orang yang menyapanya sama-sama membawa sebuah koper kecil seperti dirinya.

"Prawira ?" cetusnya saat melihat orang tersebut.

"Yo !" sahut Prawira dengan sedikit melambaikan tangannya.

...

Dengan menenteng koper kecil miliknya, Prawira berjalan menghampiri Berlin yang tertegun melihat kehadirannya. Dirinya baru saja mendarat dan sampai di bandara tersebut, karena cukup banyaknya tugas yang harus ia selesaikan di luar negeri.

"Apa kabar, Bos !" sapa Prawira yang lalu bersalaman dengan Berlin.

"Jangan pakai panggilan seperti itu lah, Pak. Kesannya jadi kayak ... gimana gitu ...," sahut Berlin dengan nada sedikit canggung.

Prawira sedikit tertawa dengan tanggapan Berlin, dan mengatakan, "santai saja ..., kau juga tidak perlu bersikap formal seperti itu," ucapnya dengan merangkul pundak Berlin.

Prawira sendiri adalah orang yang cukup atau bahkan sangat dekat dengan Berlin. Dirinya pun juga sudah menganggap Berlin seperti saudara atau keluarganya sendiri.

"Kau habis ini ... naik apa ?" tanya Prawira sesaat setelah melepas rangkulan tersebut.

"Um ... taksi lah, saya nggak bawa mobil ke sini," jawab Berlin dengan berjalan perlahan menuju gerbang pintu masuk bandara, dengan menenteng koper kecil miliknya.

"Udah ... kali ini aku antar saja !" ujar Prawira dengan menepuk pundak milik Berlin, dan lalu berjalan menuju halaman parkir.

"Loh, tu-tunggu, Pak !" pekik Berlin dengan sedikit berlari kecil mengejar Prawira.

.

"Ti-tidak usah ..., saya bisa sendiri," sambungnya.

"Sudah lah ... kapan lagi diantarkan langsung sama jenderal, banyak orang yang menginginkan hal tersebut, tetapi ... kebanyakan wanita sih ..., Hehehe ...," sahut Prawira dengan sedikit berkelakar.

Berhubung halaman parkir dengan pintu masuk bandara sangat dekat atau bisa dibilang tidak jauh. Prawira pun menghampiri mobil istimewanya yang terparkir di tempat yang cukup khusus tersebut.

"Jadi ... ini mobil jenderal ?" celetuk Berlin saat membuka pintu mobil tersebut yang terasa cukup berat.

Sebuah mobil SUV tersebut berwarna hitam serta berbentuk seperti layaknya mobil-mobil biasa yang dimiliki oleh orang lain pada umumnya. Namun terdapat beberapa perbedaan yang sangat mencolok, seperti terpasangnya lampu isyarat milik polisi yang berwarna biru jika dinyalakan, serta juga dengan sirine, dan plat nomor yang sangat berbeda dengan dihiasi oleh empat bintang berwarna emas.

"Sudahlah ..., ayo naik !" titah Prawira yang sudah siap di bangku kemudi.

Setelah memasukkan koper milikinya, Berlin pun segera naik ke bangku penumpang tepat di sebelah Prawira, dan lalu pergi dengan diantarkan oleh rekannya tersebut.

...

"Mau diantarkan ke mana, Bos?" cetus Prawira dengan fokus mengendarai mobilnya

.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

mutoharoh

mutoharoh

kimmy

2021-06-25

1

Irma Kirana

Irma Kirana

Hadir Thor..

2021-05-31

1

lihat semua
Episodes
1 Kenangan #1
2 Kejam #2
3 Hari yang Berat #3
4 Pilihan #4
5 Salah Paham #5
6 Lingkup Baru #6
7 Pemimpin #7
8 Masalah #8
9 Aku Pulang #9
10 Tempat Baru #10
11 Kembali Bertemu #11
12 Malam yang Tenang #12
13 Keluarga #13
14 Prioritas #14
15 Membunuh atau Dibunuh #15
16 Villa #16
17 Mimpi #17
18 Dendam #18
19 Misi Lama Terlaksana #19
20 Bergerak #20
21 Meledak #21
22 Kacau #22
23 Sebuah Ramalan #23
24 Anak Ramalan #24
25 Anak Laki-laki #25
26 Kakak yang Payah #26
27 Saat Pertama Bertemu #27
28 Bingung #28
29 Rencana Kedua #29
30 Pria Misterius #30
31 Boneka Berdarah #31
32 Bersamamu (bagian satu) #32
33 Bersamamu (bagian dua) #33
34 Sinar Matahariku #34
35 Menyesal #35
36 Takut dan Bersalah #36
37 Diserang #37
38 Pelarian #38
39 Objektif Selesai #39
40 Deklarasi #40
41 Malam yang Indah #41
42 Pertemuan Singkat #42
43 Hasil Pertemuan #43
44 Lekas Pulih #44
45 Surat #45
46 Keinginan #46
47 Anak-anak #47
48 Penghambat #48
49 Nostra #49
50 Dunia Malam #50
51 Kediaman Gates #51
52 Rencana #52
53 Latihan Menembak #53
54 Awal yang Buruk #54
55 Ragu #55
56 Ingin Terus Bersamanya #56
57 Penawaran Menarik #57
58 Persiapan #58
59 Tim Pengintai #59
60 Mimpi Buruk #60
61 Mafioso in Action #61
62 Sifat yang Tiba-tiba Berubah #62
63 Tawanan #63
64 Penolakan yang Menyakitkan #64
65 Aku Di Sini Menjemput Mu #65
66 Saudara #66
67 Helikopter Militer, Kota Kacau #67
68 Bagian Timur Kota #68
69 Meluapkan Amarah #69
70 Ajaran Pengorbanan Diri #70
71 Manusia, Bom Waktu? #71
72 Bulan yang Terang Di Antara Percikan Api #72
73 Menyesal, Kesalahan Masa Lalu #73
74 Membalikkan Keadaan #74
75 Akhirnya Berhadapan #75
76 Duel Pedang #76
77 Ketenangan Malam yang Kembali #77
78 Akhir, Kejelasan #78
79 Terima Kasih #79
80 Koneksi #80
81 Kelompok Putih #81
82 Kepastian #82
83 Pekerjaan Tetap? #83
84 Kesempatan? #84
85 Lenggang #85
86 Di Balik Kabut #86
87 Kesempatan untuk Ashgard #87
88 Semua Tentang yang Ia Lupakan #88
89 Tempat yang Dijanjikan #89
90 Ancaman? #90
91 Rumit #91
92 Pesta Pernikahan #92
93 Penguntit #93
94 Khawatir? #94
95 Pulau yang tak Terpetakan? #95
96 Tiba-tiba Risau #96
97 Bertamu #97
98 Surat Lagi dan Lagi #98
99 Sebelum Hari Esok #99
100 Hari yang Sangat Penting #100 (END)
101 #Chapter Bonus
102 Pengumuman Untuk Pembaca!
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Kenangan #1
2
Kejam #2
3
Hari yang Berat #3
4
Pilihan #4
5
Salah Paham #5
6
Lingkup Baru #6
7
Pemimpin #7
8
Masalah #8
9
Aku Pulang #9
10
Tempat Baru #10
11
Kembali Bertemu #11
12
Malam yang Tenang #12
13
Keluarga #13
14
Prioritas #14
15
Membunuh atau Dibunuh #15
16
Villa #16
17
Mimpi #17
18
Dendam #18
19
Misi Lama Terlaksana #19
20
Bergerak #20
21
Meledak #21
22
Kacau #22
23
Sebuah Ramalan #23
24
Anak Ramalan #24
25
Anak Laki-laki #25
26
Kakak yang Payah #26
27
Saat Pertama Bertemu #27
28
Bingung #28
29
Rencana Kedua #29
30
Pria Misterius #30
31
Boneka Berdarah #31
32
Bersamamu (bagian satu) #32
33
Bersamamu (bagian dua) #33
34
Sinar Matahariku #34
35
Menyesal #35
36
Takut dan Bersalah #36
37
Diserang #37
38
Pelarian #38
39
Objektif Selesai #39
40
Deklarasi #40
41
Malam yang Indah #41
42
Pertemuan Singkat #42
43
Hasil Pertemuan #43
44
Lekas Pulih #44
45
Surat #45
46
Keinginan #46
47
Anak-anak #47
48
Penghambat #48
49
Nostra #49
50
Dunia Malam #50
51
Kediaman Gates #51
52
Rencana #52
53
Latihan Menembak #53
54
Awal yang Buruk #54
55
Ragu #55
56
Ingin Terus Bersamanya #56
57
Penawaran Menarik #57
58
Persiapan #58
59
Tim Pengintai #59
60
Mimpi Buruk #60
61
Mafioso in Action #61
62
Sifat yang Tiba-tiba Berubah #62
63
Tawanan #63
64
Penolakan yang Menyakitkan #64
65
Aku Di Sini Menjemput Mu #65
66
Saudara #66
67
Helikopter Militer, Kota Kacau #67
68
Bagian Timur Kota #68
69
Meluapkan Amarah #69
70
Ajaran Pengorbanan Diri #70
71
Manusia, Bom Waktu? #71
72
Bulan yang Terang Di Antara Percikan Api #72
73
Menyesal, Kesalahan Masa Lalu #73
74
Membalikkan Keadaan #74
75
Akhirnya Berhadapan #75
76
Duel Pedang #76
77
Ketenangan Malam yang Kembali #77
78
Akhir, Kejelasan #78
79
Terima Kasih #79
80
Koneksi #80
81
Kelompok Putih #81
82
Kepastian #82
83
Pekerjaan Tetap? #83
84
Kesempatan? #84
85
Lenggang #85
86
Di Balik Kabut #86
87
Kesempatan untuk Ashgard #87
88
Semua Tentang yang Ia Lupakan #88
89
Tempat yang Dijanjikan #89
90
Ancaman? #90
91
Rumit #91
92
Pesta Pernikahan #92
93
Penguntit #93
94
Khawatir? #94
95
Pulau yang tak Terpetakan? #95
96
Tiba-tiba Risau #96
97
Bertamu #97
98
Surat Lagi dan Lagi #98
99
Sebelum Hari Esok #99
100
Hari yang Sangat Penting #100 (END)
101
#Chapter Bonus
102
Pengumuman Untuk Pembaca!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!