Masalah #8

"Jadi ... Kami sepakat untuk tidak mengganti nama kependudukan ...!" ujar Rony dengan duduk di sebuah sofa bekas yang terletak di belakang lapangan.

"Yaudah kalau begitu, itu memang sudah menjadi konsekuensi kita ...," sahut Kimmy.

"Udahlah ... lupakan saja."

.

"Kalau aku santai aja sih ... nggak terlalu ambil pusing," lanjut Kent yang terlihat sangat santai dan berjalan perlahan mengelilingi perapian.

"Tapi ... kalau sekalinya tertangkap ... hukuman dua kali lipat," cetus Sasha dengan menunjukkan ekspresi cukup cemas dan khawatir.

.

"Iya juga sih ..., mati sudah ...," sambung Vhalen dengan bersandar di samping dari sofa yang diduduki oleh Rony.

"Oi, oi, tenang saja ... kita keluarga, 'kan ?" sela Adam dengan berjalan tegap menghampiri Kimmy.

.

"Tentu ... semua akan berjalan dengan mudah, jika kita melaluinya bersama ...," sambungnya.

Menjadi orang yang dicari-cari oleh kepolisian adalah hal yang wajar bagi Kimmy dan kawan-kawan. Karena profesi pekerjaan mereka yang sangat bertentangan dengan hukum, tentu itu sudah menjadi konsekuensi mereka masing-masing.

Berlin sendiri juga pernah berkali-kali menghadapi masalah tersebut, namun ia tidak begitu memikirkannya. Karena masalah seperti itu hanya ia anggap pemanis reputasi sebagai orang yang bercampur tangan dalam dunia kriminalitas seperti mereka.

Berlin sempat mengatasi masalah yang mirip dengan sangat tenang, dan dengan mencoba untuk mempertimbangkan semua masukkan dari teman-temannya. Kimmy pun juga mencoba mengatasinya dengan cara yang diperlihatkan oleh Berlin, di saat dirinya masih di posisi jabatan terendah dalam kelompoknya.

.

...

Di tengah mereka sedang asik berbincang dan saling bercanda satu sama lain, tiba-tiba muncul masalah baru yang baru saja datang dari arah yang tidak terduga.

Salva yang sedang berjalan santai di area halaman parkir dari lapangan tempat mereka berkumpul. Dari kejauhan ia dikagetkan dengan munculnya dua orang dengan mengenakan pakaian dan jubah serba hitam, serta dengan menggenggam sebuah pistol berwarna putih.

Mengetahui keberadaan dari dua orang yang sangat asing baginya, dan dua orang asing itu membawa senjata api. Salva pun melaporkan apa yang ia lihat kepada semua temannya melalui radio.

"Aku lihat dua orang berpakaian serba hitam, dan membawa pistol ... siapa ya ?!" tanyanya dengan bersembunyi di balik semak pepohonan yang tidak jauh dari halaman parkir.

"Di mana ?!" sahut Kimmy yang mendengar kabar tersebut.

.

"Halaman parkir !" sahut temannya itu.

Kimmy terlihat bingung dengan laporan informasi yang ia terima dari temannya. Karena dari kelompoknya termasuk sahabatnya yaitu Nadia tidak mengenakan pakaian hitam, dan baik dari teman-temannya termasuk dirinya sendiri tidak ada yang mengundang orang lain lagi.

"Yang benar kau !"

"Kita tidak ada yang menggunakan pakaian serba hitam di sini !"

Teman-temannya langsung menanggapi laporan yang diterima dari Salva, dan beberapa dari mereka juga langsung berlari mengambil posisi untuk melihat secara langsung dua orang yang dimaksud.

"Dua orang saja, 'kan ?!"

"Kita mau langsung datangi ramai-ramai, 'kah?"

Mendengar beberapa percakapan dari beberapa temannya yang menginginkan untuk langsung menghampiri dua orang asing tersebut. Kimmy langsung membantah percakapan mereka, dan memberikan perintahnya melalui radio yang ia genggam.

.

"Tunggu, tahan posisi kalian, kita lihat dahulu gerak-gerik mereka berdua ... dan jangan melakukan provokasi dalam bentuk apapun itu !" titah Kimmy di radio.

"Oh, oke ...."

"Siap, Kim !"

Mengetahui teman-teman di sekelilingnya terlihat gelisah dan berlarian mengambil senjata yang sebelumnya mereka letakkan di meja dekat dengan perapian. Nadia terlihat kebingungan dengan situasi yang sedang ia hadapi sekarang. Karena dirinya tidak tahu apa-apa tentang apa yang membuat mereka gelisah.

"Tunggu ..., ada apa ...?" tanya Nadia yang menghampiri Kimmy dengan sedikit berlari kecil mendekatinya.

Saat Nadia berlari kecil menghampirinya, Kimmy sendiri hampir lupa kalau sahabatnya itu saat ini sedang berada bersamanya. Ia pun berusaha untuk tidak mengambil keputusan yang sembarangan, dan berpikir secara matang jika sampai terjadi hal yang tidak diinginkan. Karena jika terjadi sesuatu dan sampai membuat Nadia terluka, dirinya bisa membuat Berlin sangat marah besar kepadanya.

"Entahlah ... ada dua orang tidak dikenal masuk, dan mereka membawa senjata ...," jawab Kimmy kepada Nadia yang terlihat bingung dengan situasi di sekelilingnya.

.

"Kau tunggu di sini saja, ya !" sambung Kimmy dan memintanya kepada Nadia.

"Oh ... baiklah ...," jawab Nadia dengan sikap yang sangat polosnya.

"Sasha, kau tunggu sini aja, sama Nadia !" titah Kimmy yang lalu berlari menghampiri Adam yang sudah berada di posisinya.

.

"Oke, siap ...," jawab Sasha.

...

Dua orang mencurigakan yang membawa senjata tersebut, terlihat mendekati serta mengelilingi satu mobil sedan berwarna putih yang terparkir di depan.

Kimmy sendiri dapat melihat ciri-ciri pakaian dan fisik dari kedua orang yang mencurigakan tersebut, namun dirinya tidak mengenal bahkan tidak tahu-menahu asal dari mereka berdua.

"Apakah butuh ... umpan atau semacamnya ?" tanya Galang kepada Kimmy yang pada saat itu bersamanya.

.

"Sepertinya butuh ..., tolong kerjasamanya ya ...?" jawab Kimmy tanpa pikir panjang.

"Aryo! Bobi! Kalian mau aksi nggak ?!" cetus Galang yang terlihat sangat bersemangat kepada kedua orang temannya itu melalui radio.

"Selalu ... kapan panggung kita ?" jawab Bobi di radio.

.

"Ayo aja, siap sedia sih ...!" sambung Aryo.

Kimmy hanya sedikit tertawa kecil saat mendengar ketiga temannya, dan mengatakan, "semoga berhasil ...!" ucapnya di radio mereka.

Galang bersama dengan kedua teman lainnya yaitu Aryo dan Bobi pun langsung berjalan menghampiri kedua orang tersebut, dengan beberapa skenario yang sudah mereka bertiga buat sendiri.

.

...

"Selamat malam, ada perlu apa ?" tanya Aryo yang angkat bicara terlebih dahulu kepada mereka berdua.

Mengetahui kedatangan dari Aryo dan kedua temannya, kedua orang mencurigakan tersebut terlihat langsung menyembunyikan tangan kanan mereka di balik dari jubah yang mereka kenakan.

Aryo juga bisa melihat dengan jelas ternyata kedua orang mencurigakan yang memasuki wilayah milik kelompoknya, juga mengenakan masker yang menutupi penuh wajah identitas mereka.

"Oh, kami hanya ingin mengetahui saja pemilik dari mobil ini ..!" jawab salah satu dari mereka berdua.

Terlihat kedua orang misterius tersebut sedang mencari pemilik dari mobil sedan berwarna putih, yang terparkir tepat di samping mereka berdua berdiri.

Mendengar apa yang dikatakan oleh salah satu dari kedua orang mencurigakan tersebut, Aryo dan Bobi cukup terkejut. Karena mereka tahu siapa pemilik mobil sedan berwarna putih yang terparkir di hadapan mereka bertiga.

"Memangnya ada perlu apa dengan pemilik mobil ini ?" tanya Bobi dengan berjalan perlahan mengelilingi serta melirik ke seluruh bagian dari mobil tersebut.

"Itu bukan urusan kalian !" gusar mereka berdua dengan tangan yang terlihat seperti bersiap dari balik jubah hitam yang mereka pakai.

"Oh, bukan urusan kami ?" sahut Aryo.

.

"Tapi ... mohon maaf sekali, kebetulan pemilik mobil ini adalah orang yang juga dekat dengan kami. Namun orang tersebut sedang tidak berada disini, karena mobil ini sedang saya pinjam, jadi mau bagaimana ?" sambung Kina dengan tatapan tajam dan melangkah lebih dekat dengan kedua orang mencurigakan tersebut.

"Yah ... sayang sekali ya ...," gumam Bobi yang terus-menerus perlahan mengelilingi serta berjalan mendekati kedua orang tersebut dari belakang mereka.

Kedua orang tersebut terlihat sangat panik dengan gerak-gerik yang sangat menonjol dari mereka. Kedua tangan kanan mereka juga terlihat terus menerus disembunyikan di balik jubah yang mereka kenakan, dan seakan-akan mengeluarkan senjata yang sebelumnya dilihat oleh Salva.

"Mm-hmm, jika kalian membuat masalah di wilayah ini ... maka kalian tahu akibatnya 'kan ?!" cetus Aryo dengan lirikkan yang terus melihat ke arah tangan yang mereka sembunyikan.

.

"Tata krama kalian berdua saja sudah cukup membuat kami kesal, berbicara dengan orang lain ... alangkah baiknya melepas topeng yang kalian pakai !" sambung Adam dengan berteriak secara tiba-tiba saat berjalan mendekati ketiga temannya, dan kedua orang tidak dikenal tersebut.

...

.

Kedua orang mencurigakan tersebut langsung mengeluarkan pistol yang mereka simpan di balik jubah mantel berwarna hitam yang mereka pakai. Terlihat sangat jelas pistol berwarna putih mengkilap yang mereka bawa. Mereka secara tidak segan-segan langsung melakukan penodongan terhadap ketiga teman Kimmy yang melakukan peran mereka.

Menyadari ancaman dari kedua orang itu, Kimmy dan teman-teman lainnya langsung keluar dari posisi persembunyian mereka dan menodong kedua orang mencurigakan tersebut.

Bobi sendiri tidak mengambil pistol yang ia simpan di kantong, dan hanya melipat lengan serta menatap tajam ke arah dua orang yang ada di hadapannya.

"Amankan saja, dan sebisa mungkin jangan sampai ada tembakan yang pecah !" titah Kimmy kepada teman-temannya.

"Berlutut kalian cepat !" bentak Asep dengan berjalan perlahan ke arah dua orang tersebut.

"Sial ...!" gumam salah satu dari mereka berdua di saat terpojok.

Namun secara tiba-tiba mereka berdua langsung berlari dan mencoba untuk melarikan diri begitu saja, menuju motor yang mereka parkir di balik dari semak belukar yang tak jauh dari halaman parkir tersebut.

"Hey, mau kemana kalian, pecundang !"

"Akh ... tembak saja sudah, lama ...!"

Melihat kedua target di depan matanya berlari dan melarikan diri, hampir semua rekannya langsung membidik kedua orang tersebut serta tinggal menarik pelatuk mereka.

"Jangan buka tembakan !" teriak Kimmy kepada teman-temannya yang sudah berlarian di depannya, dan siap menembak dengan pistol yang mereka bawa.

"A-apa ?"

"Kim ?"

"Huh ?"

"Oh ... oke ...."

Mendengar perintah tersebut, semua teman-temannya menghentikan langkah mereka untuk mengejar, serta menurunkan pistol dan senjata yang sempat mereka angkat.

"Sudah, jangan dikejar !" sambung Kimmy yang berjalan perlahan menghampiri ketiga temannya yang sempat menerima penodongan tersebut.

Mereka semua sempat terdiam sejenak melihat kedua orang yang sebelumnya telah melakukan penodongan itu pergi melarikan diri begitu saja menggunakan motor mereka. Namun di saat mereka terdiam melihat kedua orang tersebut melarikan diri, tiba-tiba entah disengaja atau tidak, terdapat secarik kertas seperti surat yang dijatuhkan oleh orang yang berada di boncengan.

Kimmy pun menghampiri serta mengambil secarik kertas tersebut, dan membaca beberapa kalimat yang tertulis di atas dari kertas yang yang ia genggam.

"Apa maksudnya ini ?!" gumamnya sendiri setelah membaca serta melihat isi dari surat yang sengaja mereka jatuhkan.

...

Tetapi di sisi lain, Kimmy sendiri cukup merasa senang saat mengetahui perintah yang terlontar dari mulutnya, dilaksanakan secara baik oleh semua rekannya. Dirinya memerintahkan hal tersebut kepada teman-temannya, karena tempat yang mereka pakai untuk berkumpul adalah satu-satunya tempat tersisa yang dapat ia dan teman-temannya pakai.

"Ya ampun ..., kenapa kau memerintahkan kita semua untuk tidak menembak ?" cetus Faris berjalan menghampiri Kimmy yang terlihat bersandar di mobil sendan yang terparkir.

"Jika sampai terjadi beberapa baku tembak di sini, maka ... tempat titik kumpul terakhir yang kita miliki ... akan ternodai, dan ... bisa saja tempat kita dibubarkan oleh polisi ... lagi ...," jelas Kimmy dengan kembali menyimpan pistol miliknya di kantong hoodie yang ia kenakan.

"Uh ... ada benarnya sih ...," sahut Kina.

"Pemikiran yang cukup bagus, Kim !" ucap Kent secara tiba-tiba.

"Tidak biasanya kau ikut bicara, Kent, hahaha ...," celetuk Rony dengan bergurau dan menepuk punggung dari Kent secara tiba-tiba.

"Setidaknya ... aku masih bisa bicara, 'kan?" sahut Kent demikian.

"Ya ... untungnya kau tidak bisu," ujar Galang kepada temannya tersebut.

.

"Gila kau ..., nggak gitu juga ngomongnya !" sahut Kent dengan sedikit membentaknya.

"Tapi ... sayang sekali mereka kabur, padahal aku ingin banget bisa rampas pistol milik mereka," gusar Aryo yang terlihat cukup kecewa.

.

"Kau mau pistol seperti apa ? Emas ? Perunggu ?" sahut Kina kepadanya.

Mereka sempat saling bercanda dan tertawa bersama, walau sesaat sebelumnya dalam situasi yang sebenarnya cukup mengancam. Kimmy merasa sangat lega setelah semua yang telah terjadi sepanjang hari, bersama dengan teman-temannya yang sudah ia anggap sebagai keluarga sendiri.

Dengan menggenggam secarik kertas atau surat yang dijatuhkan oleh kedua orang mencurigakan sebelumnya, Kimmy berjalan menghampiri Nadia yang terlihat cukup bingung dengan situasi sebelumnya.

"Nadia, sepertinya ... kamu harus lebih berhati-hati," cetusnya kepada Nadia dengan memberikan secarik kertas tersebut.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Arista

Arista

makin seruuu

2021-12-06

3

Arista

Arista

makin menarii

2021-12-06

1

Andropist

Andropist

up lagi seru

2021-06-01

1

lihat semua
Episodes
1 Kenangan #1
2 Kejam #2
3 Hari yang Berat #3
4 Pilihan #4
5 Salah Paham #5
6 Lingkup Baru #6
7 Pemimpin #7
8 Masalah #8
9 Aku Pulang #9
10 Tempat Baru #10
11 Kembali Bertemu #11
12 Malam yang Tenang #12
13 Keluarga #13
14 Prioritas #14
15 Membunuh atau Dibunuh #15
16 Villa #16
17 Mimpi #17
18 Dendam #18
19 Misi Lama Terlaksana #19
20 Bergerak #20
21 Meledak #21
22 Kacau #22
23 Sebuah Ramalan #23
24 Anak Ramalan #24
25 Anak Laki-laki #25
26 Kakak yang Payah #26
27 Saat Pertama Bertemu #27
28 Bingung #28
29 Rencana Kedua #29
30 Pria Misterius #30
31 Boneka Berdarah #31
32 Bersamamu (bagian satu) #32
33 Bersamamu (bagian dua) #33
34 Sinar Matahariku #34
35 Menyesal #35
36 Takut dan Bersalah #36
37 Diserang #37
38 Pelarian #38
39 Objektif Selesai #39
40 Deklarasi #40
41 Malam yang Indah #41
42 Pertemuan Singkat #42
43 Hasil Pertemuan #43
44 Lekas Pulih #44
45 Surat #45
46 Keinginan #46
47 Anak-anak #47
48 Penghambat #48
49 Nostra #49
50 Dunia Malam #50
51 Kediaman Gates #51
52 Rencana #52
53 Latihan Menembak #53
54 Awal yang Buruk #54
55 Ragu #55
56 Ingin Terus Bersamanya #56
57 Penawaran Menarik #57
58 Persiapan #58
59 Tim Pengintai #59
60 Mimpi Buruk #60
61 Mafioso in Action #61
62 Sifat yang Tiba-tiba Berubah #62
63 Tawanan #63
64 Penolakan yang Menyakitkan #64
65 Aku Di Sini Menjemput Mu #65
66 Saudara #66
67 Helikopter Militer, Kota Kacau #67
68 Bagian Timur Kota #68
69 Meluapkan Amarah #69
70 Ajaran Pengorbanan Diri #70
71 Manusia, Bom Waktu? #71
72 Bulan yang Terang Di Antara Percikan Api #72
73 Menyesal, Kesalahan Masa Lalu #73
74 Membalikkan Keadaan #74
75 Akhirnya Berhadapan #75
76 Duel Pedang #76
77 Ketenangan Malam yang Kembali #77
78 Akhir, Kejelasan #78
79 Terima Kasih #79
80 Koneksi #80
81 Kelompok Putih #81
82 Kepastian #82
83 Pekerjaan Tetap? #83
84 Kesempatan? #84
85 Lenggang #85
86 Di Balik Kabut #86
87 Kesempatan untuk Ashgard #87
88 Semua Tentang yang Ia Lupakan #88
89 Tempat yang Dijanjikan #89
90 Ancaman? #90
91 Rumit #91
92 Pesta Pernikahan #92
93 Penguntit #93
94 Khawatir? #94
95 Pulau yang tak Terpetakan? #95
96 Tiba-tiba Risau #96
97 Bertamu #97
98 Surat Lagi dan Lagi #98
99 Sebelum Hari Esok #99
100 Hari yang Sangat Penting #100 (END)
101 #Chapter Bonus
102 Pengumuman Untuk Pembaca!
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Kenangan #1
2
Kejam #2
3
Hari yang Berat #3
4
Pilihan #4
5
Salah Paham #5
6
Lingkup Baru #6
7
Pemimpin #7
8
Masalah #8
9
Aku Pulang #9
10
Tempat Baru #10
11
Kembali Bertemu #11
12
Malam yang Tenang #12
13
Keluarga #13
14
Prioritas #14
15
Membunuh atau Dibunuh #15
16
Villa #16
17
Mimpi #17
18
Dendam #18
19
Misi Lama Terlaksana #19
20
Bergerak #20
21
Meledak #21
22
Kacau #22
23
Sebuah Ramalan #23
24
Anak Ramalan #24
25
Anak Laki-laki #25
26
Kakak yang Payah #26
27
Saat Pertama Bertemu #27
28
Bingung #28
29
Rencana Kedua #29
30
Pria Misterius #30
31
Boneka Berdarah #31
32
Bersamamu (bagian satu) #32
33
Bersamamu (bagian dua) #33
34
Sinar Matahariku #34
35
Menyesal #35
36
Takut dan Bersalah #36
37
Diserang #37
38
Pelarian #38
39
Objektif Selesai #39
40
Deklarasi #40
41
Malam yang Indah #41
42
Pertemuan Singkat #42
43
Hasil Pertemuan #43
44
Lekas Pulih #44
45
Surat #45
46
Keinginan #46
47
Anak-anak #47
48
Penghambat #48
49
Nostra #49
50
Dunia Malam #50
51
Kediaman Gates #51
52
Rencana #52
53
Latihan Menembak #53
54
Awal yang Buruk #54
55
Ragu #55
56
Ingin Terus Bersamanya #56
57
Penawaran Menarik #57
58
Persiapan #58
59
Tim Pengintai #59
60
Mimpi Buruk #60
61
Mafioso in Action #61
62
Sifat yang Tiba-tiba Berubah #62
63
Tawanan #63
64
Penolakan yang Menyakitkan #64
65
Aku Di Sini Menjemput Mu #65
66
Saudara #66
67
Helikopter Militer, Kota Kacau #67
68
Bagian Timur Kota #68
69
Meluapkan Amarah #69
70
Ajaran Pengorbanan Diri #70
71
Manusia, Bom Waktu? #71
72
Bulan yang Terang Di Antara Percikan Api #72
73
Menyesal, Kesalahan Masa Lalu #73
74
Membalikkan Keadaan #74
75
Akhirnya Berhadapan #75
76
Duel Pedang #76
77
Ketenangan Malam yang Kembali #77
78
Akhir, Kejelasan #78
79
Terima Kasih #79
80
Koneksi #80
81
Kelompok Putih #81
82
Kepastian #82
83
Pekerjaan Tetap? #83
84
Kesempatan? #84
85
Lenggang #85
86
Di Balik Kabut #86
87
Kesempatan untuk Ashgard #87
88
Semua Tentang yang Ia Lupakan #88
89
Tempat yang Dijanjikan #89
90
Ancaman? #90
91
Rumit #91
92
Pesta Pernikahan #92
93
Penguntit #93
94
Khawatir? #94
95
Pulau yang tak Terpetakan? #95
96
Tiba-tiba Risau #96
97
Bertamu #97
98
Surat Lagi dan Lagi #98
99
Sebelum Hari Esok #99
100
Hari yang Sangat Penting #100 (END)
101
#Chapter Bonus
102
Pengumuman Untuk Pembaca!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!