Langit hampi gelap Vanessa berserta teman-teman sekelasnya berhamburan meninggalkan kelas.
“Jadi ambil cuti ?” tanya Nathan yang tengah duduk di kursi samping Vanessa.
“Gue gak mau selamanya di gangguin arwah nyebelin kaya lo, meski pun gue akui lo sedikit tampan,” jawab Vanessa sambil memasukan beberapa buku ke dalam tasnya.
Nathan tersenyum tipis mendengar pujian Vanessa terhadapnya.
Vanessa berdiri dari duduknya dan berjalan meninggalkan kelas, sementara Nathan mencoba mensejajarkan tubuhnya agar berjalan beriringan dengan Vanessa.
Vanessa mengetuk pintu ruangan Pak Budi setelah mendengar suara Pak Budi yang mempersilahkan masuk Vanessa langsung membuka pintu dan berjalan kearah meja Pak Budi.
“Duduk,” Vanessa mengikuti ucapan Pak Budi.
“Saya mau ajukan cuti pak, untuk semester ini,”ucap Vanesa tanpa basa-basi pada Pak Budi.
Pak Budi melihat kearah Vanessa sambil menggelengkan kepalanya, “Gak salah kamu ambil cuti ? semester ini baru berjalan dua minggu!”
“Ini masalahnya menyangkut hidup dan mati saya Pak, dengan sangat terpaksa saya harus ambil cuti.”
“Lebay banget hidup lo!” Vanessa melirik kearah Nathan kesal.
“Sialan juga ni arwah gentayangan!”batin Vanessa.
Vanessa sudah mempersiapkan satu kotak brownis mahal dan mendorongnya ke hadapan Pak Budi.
“Kamu nyogok saya lagi?” sindir Pak Budi pada Vanessa.
Ini bukan pertama kalinya Vanessa mengajukan cuti mendadak seperti ini, jadi Vanessa tau kelemahan Pria di hadapannya ini.
“Bukan pak,” Vanessa menggelengkan kepalanya dan tersenyum kearah Pak Budi, “Ini oleh-oleh dari orang tua saya.”
“Bukan nyogok saya kan?” tanya Pak Budi.
“Yaelah ribet amat, ambil aja langsung Pak!” batin Vanessa.
“Bukan pak Serius,” ucap Vanessa meyakinkan Pak Budi.
Vanessa tersenyum senang mendengar suara printer yang sedang bekerja, Vanessa membulatkan matanya menatap Nathan yang berdiri dibelakang Pak Budi, meletakan kedua tangannya di telinga dan mejulurkan lidahnya sambil menggoyangkan kepalanya ke kanan dan kekiri.
“Hahaha,” Pak Budi menatap Vanessa tajam.
Vanessa menutup mulutnya saat mendengar Pak Budi menggebrak meja, “Kamu berani ngetawain saya?”
“Engga pak,” jawab Vanessa cepat sambil menggelengkan kepalanya.
“Awas lo Nathan!,” batin Vanessa kesal.
“Terus kenapa kamu ketawa?” tubuh Vanessa terasa mengecil dipandangi Pak Budi dengan wajah marahnya.
“I-itu pak, tadi saya keingetan lawakan temen saya di kelas, maaf ya pak.”
Setengah kesal Pak Budi melemparkan amplop berisi surat cuti milik Vanessa ke atas meja.
“Makasih pak, saya permisi,” pamit Vanessa berusaha tersenyum padahal dirinya sudah ketakutan setengah mati.
Melihat tatapan mata Pak Budi yang mengarah ke pintu, dengan seribu satu langkah Vanessa buru-buru keluar dari ruangan Pak Budi.
Vanessa kesal mendengar Nathan yang menertawakannya, Vanessa berjalan cepat meninggalkan Nathan dan masuk ke kamar mandi perempuan untuk mencuci wajahnya.
“Sialan lo Nathan, kenapa lo bisa-bisanya ngelawak di saat yang tidak tepat.”
Vanessa tersenyum mengingat wajah Nathan tadi, “Baru kali ini gue liat wajah konyol Nathan, biasanya kan datar gitu, paling tampan pas lagi senyum,” Vanessa memegang pipinya yang tampak memerah.
“Nes lo jangan jatuh cinta sama Nathan dia bukan manusia,” batin Vanessa.
Wajah Vanessa cemberut mengingat Nathan bukan manusia, faktanya di dunia nyata dia tidak mungkin bisa bersama Nathan.
“Gue gak jatuh cinta ko sama Nathan!,” ucap Vanessa pada cermin di depannya berusaha menutupi kesedihan di dalam hatinya.
“Gue udah mulai suka sama Nathan, dia terlalu-
“Woi, lagi ngapain lo?”
Vanessa menghela nafasnya mengatur jantungnya yang memburu karena ulah sahabatnya Putri.
“Astaga gue kaget Put!”
“Ya sorry, gue kan becanda,” ujar Putri tanpa merasa bersalah.
“Gak lucu,” Vanessa berjalan meninggalkan Putri di toilet, “Tungguin gue,” teriak Putri dan berjalan mengampiri Vanessa.
“Kok lo bau amis banget ?” tanya Nathan sambil melihat ke sekeliling.
“Kecium banget emangnya? Gue lagi haid soalnya,” Vanessa menatap kearah Nathan.
Putri melihat Vanessa yang berbicara sendiri, memberanikan diri untuk bertanya , “Ada Nathan?”
“Ada,” jawab Vanessa singkat karena masih kesal pada Putri.
“Pantesan dari tadi penunggu toilet liatin lo terus.”
Vanessa melihat kesekitar toilet mencari orang yang dimaksud Nathan, “Mana?” tanya Vanessa kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Ryanty Syuryanty
Vanessa jadi dianggap gak waras tu nanti sama orang yang liatin ngomong sendiri.
2023-01-22
0
Agra Zainkrenz
jangan asuu, celeng aja kalo ngga jancok bagus tuuuu😁
2022-04-15
0
Darra Cyntia
putri kok gak ikut ke pulau brarti dia gak Setia kawan
2021-11-13
0