Xin Chen mengamati sekitarnya dengan hati-hati, takut sekaligus cemas akan suara-suara di balik semak yang membuat lututnya terasa bergetar. Anak itu menyingkirkan dedaunan yang menutup pandangan sembari berjalan mengendap-endap.
Tak disangka tiba-tiba saja kakinya terlilit oleh sebuah perangkap, membuat tubuhnya tertarik dan menggantung terbalik di dahan pohon.
"Lepaskan aku! Sial, malah jadi begini! Ayaaah!"
"Sssttt! Jangan berisik, bodoh! Diam sebentar aku akan menyelamatkanmu."
Sebuah suara yang hampir mirip dengannya terdengar, ternyata itu adalah Xin Zhan.
"Kakak? Apa yang terjadi? Kenapa tanganmu berdarah dan-"
"Berisik, dasar cerewet!"
"Kakak!"
"Diam sebentar!" Xin Zhan hendak maju lebih dekat lagi. Namun adiknya kembali berseru padanya, membuat kuping anak itu mulai panas terbakar.
"Kakak, dengarkan aku! Kau mundur saja dan beritahu ini pada Ayah! Lari! Aku akan menunggu di sini!"
"Apa maksudmu?"
"Di belakangmu ada seseorang! Cepat lari!"
Belum sempat menengok ke belakangnya, Xin Zhan merasakan sebuah tangan membungkam mulutnya. Anak itu menggigit tulang jari orang tersebut dan dengan cepat melindungi dirinya dengan perisai roh.
Xin Zhan berupaya menyeimbangkan dirinya sambil melihat sosok yang sedang mengincar keduanya, bola mata terangnya tak dapat berkedip selama beberapa detik. Dia terkejut sehingga tak mampu bergerak dalam beberapa saat.
"Bukan saatnya melihat pertunjukan! Kakak, lari! Dia bukan manusia lagi!"
Xin Zhan tersadar dari lamunannya, dia segera mengejar Xin Chen dengan langkah yang lebih cepat. Keduanya saling berlarian tak tentu arah untuk kembali ke rumah yang sedikit jauh jaraknya jika ditempuh dengan kaki.
Sebenarnya jembatan ini adalah penghubung Kota Renwu dan desa kecil di seberangnya. Xin Fai mengenalkan tempat ini pada keduanya saat mereka berumur 7 tahun. Sehingga baik Xin Chen maupun Xin Zhan selalu mendatangi tempat ini saat sore tiba. Sekedar untuk melepas penat usai latihan pedang.
Aksi kejar-kejaran menjadi sangat mengerikan karena Xin Chen tak dapat melihat dengan jelas jalan yang dilaluinya. Tubuhnya mulai berdarah akibat goresan daun tajam dari pepohonan dan batang tumbuhan. Dia tak dapat melihat kakaknya lari ke mana dengan jelas.
Xin Zhan berlarian menjauhi arah adiknya pergi, demi memastikan sosok misterius itu tak mengejar adiknya. Dia paham betul, Xin Chen terlalu lemah untuk menghadapi musuh ini. Meskipun dia sendiri belum memiliki cara untuk selamat selain menunggu Xin Chen kembali bersama Ayahnya.
Namun hanya sampai di sana saja rencananya hingga tiba di tepi jurang yang buntu. Xin Zhan hendak memutar arah akan tetapi di hadapannya telah berdiri sosok misterius berkekuatan dahsyat, energi yang asing meletup-letup di telapak tangannya.
Selama ini Xin Zhan tidak pernah percaya akan cerita yang turun temurun diceritakan para pendahulunya bahwa di masa dulu manusia pernah hidup berdampingan dengan mahluk-mahkluk asing.
Termasuk pertarungan Ayahnya dengan Naga Es, siluman tingkat dewa yang tak pernah dia lihat. Xin Zhan tak percaya pada itu semua. Dan juga kebenaran bahwa di dunia ini sesungguhnya masih ada kekuatan yang mampu menandingi Ayahnya.
Beberapa tahun terakhir justru hal itulah yang Xin Fai khawatirkan, dia mulai menyadari adanya kekuatan tak biasa bermunculan.
Bersama murid-murid Yong Tao mereka bersama-sama menelusuri kemunculan pembantaian berapi yang tidak pernah diketahui siapa dalangnya serta di saat bersamaan pula terdengar kabar bahwa sebuah desa hancur menjadi abu es dalam satu jam saja.
Tidak ada pelaku, tidak ada jejak dan tidak ada darah. Semua berjalan seperti hantu yang melakukannya.
"Kau percaya akan kematian?"
Xin Zhan mulai merasakan pundaknya ditimpa batu besar, pelipisnya pun turut mengeluarkan keringat dingin saat merasakan hawa membunuh yang amat menusuk.
"Kau pernah merasakan keputusasaan? Kekecewaan? Atau rasa seperti ingin membabi buta, ketika dunia ini bukan lagi menjadi tempat untukmu tinggal?"
"Apa yang kau bicarakan?" Xin Zhan mengangkat kepalanya dengan berat sekali, dia mulai mengerti mengapa orang-orang yang seumuran dengan Ayahnya sangat takut saat membicarakan musuh-musuh lama mereka dulu.
"Aku akan katakan padamu, sebelum kepada Ayahmu... Akan tercipta sebuah dunia di mana mayat-mayat menari dalam penderitaan. Kalian akan sama tersiksanya denganku dan hingga hari itu tiba..."
Krakk
Bunyi ranting terdengar dari arah belakang, sontak saja mereka menoleh ke arah Xin Chen yang mulai panik. Lebih ketakutan lagi saat melihat wujud mengerikan di depannya, dia merasa seperti ingin pingsan saja.
"Le-lepaskan kakakku!"
"Bocah kecil yang keras kepala. Kau datang di saat yang tepat."
Xin Chen menyanggah cepat-cepat. "Apa salah kami?! Kurasa aku tidak membuat masalah apapun denganmu!"
"Salahmu?" Mahkluk itu memiringkan wajahnya, mendekati Xin Chen perlahan tapi menakutkan. Bunyi derap kakinya terdengar berat terseret-seret. Xin Chen mencuri pandang ke belakang di mana Xin Zhan tengah mencari celah untuk melarikan diri.
Selagi itu dia akan terus mengalihkan perhatian musuh. Xin Chen mengangkat kepalanya saat menyadari cuaca malam mulai berubah mencekam. Bisik-bisik angin bercampur dengan suara aneh. Di waktu itu pula sebuah topan besar muncul di tengah-tengah hutan. Menghancurkan segalanya yang dilewatinya.
Xin Zhan bergerak cepat menjauhi monster tersebut, perlahan demi perlahan suara menggema terdengar di seisi penjuru angin.
Dengan jelas terdengar bunyi jeritan naga dari langit, Xin Chen membuka matanya lebar-lebar saat melihat dengan nyata seekor naga dengan garis-garis biru api tengah merangkak naik ke atas dari dalam angin topan.
"Ini... Ini sama seperti yang ibu ceritakan... Mahkluk seperti mereka benar-benar ada..." Xin Chen tak mampu menutupi keterkejutannya, tak menunggu waktu lama kakaknya segera datang dan menyeretnya pergi.
Tetapi sosok musuh masih terus mengawasi, libasan cakram es mulai menyerbu mereka berdua. Saat melewati kepala Xin Chen, dia dapat merasakan panas api yang luar biasa.
"Sedikit saja terkena Api Es Abadi ini, tulangmu pun akan lenyap tak bersisa dibuatnya." Dia tertawa puas melihat dua bocah itu mulai takut terhadapnya. "Aku yakin kalian anak baik-baik, sekarang ikuti apa kataku. Datanglah kemari. Kuhitung sampai tiga."
Xin Chen dan Xin Zhan saling menatap sebentar, keduanya jelas tidak ingin menurut tapi menghadapi musuh pun tak mungkin. Mereka sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk hidup jika membangkang.
"Kalau menurutmu melawan dan menurut pun salah, apa yang seharusnya kita lakukan?"
"Dua..." sosok di belakang mereka masih terus menghitung.
Xin Zhan berpikir keras, dia mulai berpikir untuk saling berpecah dengan Xin Chen hingga nanti Ayahnya datang. Sebelumnya Xin Zhan sudah mengeluarkan petasan sebagai peringatan bahaya, hanya menunggu waktu beberapa saat hingga bala bantuan datang.
"Satu-satunya jawabannya adalah LARI!!! Selamatkan nyawamu kalau masih ingin memakan sup buatan Ibu!" teriakan Xin Chen terdengar lebih besar dari naga di belakang mereka.
"Malah memikirkan makanan di saat-saat seperti ini!" gerutu Xin Zhan mengikuti langkah Xin Chen dari belakang.
"Dasar bocah nakal!!" geraman di belakang terdengar amat murka, mereka berdua memilih tak menengok ke belakang. Naga biru api mulai bereaksi, membuat angin kencang di sekitarnya hingga pohon-pohon bergerak tak karuan. Angin-angin tersebut berhembus ke arah belakang mereka, menarik Xin Chen dan Xin Zhan agar kembali ke tempat semula.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 372 Episodes
Comments
VirgoRaurus 31Smile
loh...kan Xin Chen sedang tergantung di pohon dengan kepala di bawah...kok keduanya bisa kabur, yg melepas perangkap / jebakan siapa...?
2025-04-25
0
VirgoRaurus 31Smile
OOO api es abadi...jelaskan dong...di atas cuma disebutkan cakram es...
2025-04-25
0
VirgoRaurus 31Smile
cakram es tp rasanya seperti api.....bingung aku.
2025-04-25
0