"Si-siapa kau?!" Xin Chen terkejut melihat tiba-tiba saja seseorang telah berdiri di belakangnya. Sosok roh dengan hawa merah gelap tersebut hanya memperlihatkan tubuhnya hingga ke lutut. Seperti sebuah bayangan hitam yang semakin memudar hingga ke bawah kaki.
Wajar saja Xin Chen kehabisan napas melihatnya.
"Aku adalah roh dalam topeng yang kau pakai itu," jelasnya singkat. Tak menerima respon dia berkata lagi, "Kalau jiwamu sudah cocok dengan topeng ini lantas di mana Pedang Manusia Iblis? Aku tak melihatnya berada bersamamu."
"Tu-tunggu? Pedang Manusia Iblis? Itu milik ayahku, bukan milikku. Dan apa kaitannya denganmu?"
"Cih... Ternyata si tua bangka itu masih digunakan."
"Siapa yang kau sebut tua bangka?" Xin Chen diacuhkan begitu saja, roh tersebut mengalihkan pandangannya ke pintu.
Dari matanya dia dapat melihat jelas apa yang terjadi di luar.
Qiu Xi ingin masuk ke dalam memastikan barang-barang yang dia dapatkan aman, meskipun yakin tempat ini aman tapi tidak ada salahnya memeriksa.
Dikarenakan artefak yang diperlukan untuk bertransaksi dengan Lembah Para Dewa berada di dalam, dia harus memastikan barang itu masih aman atau tidak.
Saat pintu terbuka mata Qiu Xi melotot kuat, menyadari semua barang telah lenyap tak bersisa, jantungnya seakan ingin meloncat dari rongganya. "SIAL! APA YANG TERJADI? KE MANA PERGINYA SEMUA HARTA DARI SINI?" serunya kencang, membuat orang-orang ikut panik. Qiu Xi meremas rambut begitu frustrasi, dia menyesali perbuatannya tadi.
Seandainya pria yang dipenggalnya tadi masih hidup setidaknya mereka memiliki gambaran pelaku pencurian ini. Hanya ciri-ciri anak kecil saja yang diingatnya, tidak lebih.
Ayahnya baru saja memasuki bagian dalam ruangan dan memang tak salah melihat, semua barang telah raib. Dia menengok anaknya dengan tatapan penuh kecaman. "Cari pencuri itu segera! Kalau tidak aku yang akan memancung kalian semua, CEPAAAT!"
Rombongan berkuda dan para pendekar utusan segera bergerak dari Asosiasi Pagoda Perak.
Teriakan Qiu Xinzhi nyatanya lebih mengerikan dibandingkan auman singa sekalipun.
Di tempat lain Xin Chen berhasil keluar dari pagoda tersebut dan dalam perjalanan kembali menuju penginapan. Dia menyadari sesuatu sedang terjadi di belakangnya dan benar saja beberapa pendekar sedang bergerak dengan kecepatan tinggi. Mencari pelaku pencurian harta milik asosiasi.
Xin Chen bergidik ngeri, dia segera berjalan di tempat tersembunyi dan memasuki penginapan yang memang tak begitu jauh jaraknya dari Pagoda tersebut.
Ketika masuk ke kamar, hal pertama yang menyambutnya adalah tatapan menusuk dari Rubah Petir. Siluman itu sudah lebih dahulu tahu mengapa terjadi keributan di luar sana dan mencurigai Xin Chen sebagai pelakunya.
"Apa yang kau lakukan seharian ini?"
Tatap tajam Rubah Petir tak berubah, bahkan setelah Xin Chen membuka topeng dan memperlihatkan senyuman bodohnya. "Aku mencari informasi, tapi tidak ketemu dan malah mendapatkan topeng ini."
Rubah Petir mengangsurkan bola mata peraknya pada topeng tersebut, sebuah energi yang terasa tak asing terasa olehnya. Rubah Petir tak tahu jelas mengapa Topeng di tangan Xin Chen memiliki aura yang sama dengan Pedang Manusia Iblis dan Kitab Terlarang.
"Masuklah dan tutup pintu."
Xin Chen menuruti perintah Rubah Petir, dia sadar membantahi siluman itu hanya akan menghabiskan waktu. Xin Chen mengeluarkan pedang miliknya yang selama ini dia simpan di cincin ruang bersamaan dengan tiga pedang lainnya yang dia dapatkan dari pagoda sebelumnya.
Kualitas tiga pedang tersebut sebenarnya tidak buruk akan tetapi jika dibandingkan dengan miliknya masih lebih rendah kualitasnya. Xin Chen menyayangkan hal tersebut, mungkin barang-barang ini kelak bisa dijualnya dengan harga tinggi.
"Darimana kau mendapatkan ini semua?" Rubah Petir mulai membuka suara, "Katakan dengan jujur, dari mana kau pergi tadi siang?"
"Aku hanya berkeliling sebentar di desa ini." Tampaknya Xin Chen tak terlalu memerhatikan wajah Rubah Petir yang siap mencakarnya kapan saja.
"Katakan atau aku akan membawamu ke orang-orang itu."
Xin Chen bergidik ngeri kala mendengarnya, mau tak mau Xin Chen berkata terus terang. Dia menceritakannya dari awal sampai akhir, pastinya dengan ragu-ragu takut rubah itu menikamnya. Rubah Petir pasti akan memarahinya setelah ini.
"Artefak? Jadi... Intinya dari semua harta yang kau curi, mereka sangat membutuhkan artefak itu?"
"Benar sekali, Guru. Entah kenapa dari semua harta mereka sangat mengincar barang ini." Xin Chen berniat mengeluarkan artefak tersebut dari cincin ruang namun Rubah Petir menahan tangannya.
"Kita tidak tahu artefak itu berbahaya atau tidak, untuk jaga-jaga jangan pernah keluarkan benda itu sebelum kita meninggalkan desa ini, paham?"
Xin Chen mengangguk, "Baiklah aku mengerti. Ehm... Dan satu lagi," ujar Xin Chen ragu-ragu.
"Satu lagi-!? Sebenarnya ada berapa banyak masalah yang kau perbuat seharian ini?" Rubah Petir setengah berteriak, nyaris ingin menjewer telinga Xin Chen ketika itu juga.
"Hehehe... Ini tentang Topeng Hantu Darah, apa kau tahu sesuatu tentang ini?"
"Topeng Hantu Darah?"
Rubah Petir antara yakin tak yakin pernah mendengarnya, jika benar pun dia takkan ingat pasti karena hanya mendengarnya sekilas. "Memangnya ada apa dengan topeng itu?"
"Aku bisa membuat penggunaku layaknya seorang hantu pembunuh, seperti Tuanku sebelumnya, dengan bayaran jiwa korban yang harus kuambil setelahnya."
Rubah Petir memundurkan Xin Chen dengan secepat kilat saat tanpa diduga-duga sebuah energi besar yang jahat muncul. Jelas dia lebih tahu seberapa berbahayanya roh perempuan yang sedang melayang di depannya, tepat di tulang selangka perempuan itu terdapat sebuah mantra penyegel yang mengikat jiwa spiritualnya dalam topeng.
"Kau–!"
"Anak kecil itu sudah menjadi milikku, dia akan menjadi Tuanku sampai akhir hidupnya."
"Hei kata siapa aku Tuanmu?" Xin Chen memprotes, dia merasa tak mengenali roh tersebut sama sekali.
"Ketika kau menggunakan kekuatan dari topeng ini, kau sudah menjadi Tuanku. Meskipun kau membuang topeng ini sampai ke ujung dunia sekalipun, dia akan terus muncul di hadapanmu."
Xin Chen kehabisan kata-katanya sendiri, dia hanya bisa menelan ludah sambil berharap Rubah Petir memberikan jalan keluar. Semua hal terjadi begitu cepat hingga Xin Chen tak bisa berpikir jernih.
"Apa kau berniat membunuh anak ini?"
Roh tersebut menggelengkan kepalanya pelan. "Pembuat topeng ini tak mengizinkannya."
Rubah Petir berpikir sejenak sebelum akhirnya menoleh ke belakang, berbicara pelan pada Xin Chen. "Masalah ini harus kita bicarakan pelan-pelan, berurusan dengan roh pembunuh sepertinya sangat berbahaya."
"Apa kau bisa mengusirnya?" Xin Chen berbisik kecil sekali. "Tidak bisa. Dalam artian lain, jiwa roh itu sudah terikat padamu dan tidak bisa terlepas jika kau belum bisa mengendalikannya."
Pundak Xin Chen terasa begitu berat, dia menelan kenyataan pahit ini dan mengingat ucapan pedagang topeng tadi dalam penyesalan.
Akhirnya Xin Chen dan Rubah Petir duduk sambil membicarakan hal ini lebih lanjut. Terlebih mengenai asal-usul roh penghuni topeng ini, ada begitu banyak hal yang ingin Xin Chen tanyakan.
Termasuk perkataan roh tersebut saat mereka sedang berada di gudang harta Asosiasi Pagoda Perak. Tampaknya roh ini memiliki kaitan dengan senjata pusaka langit milik Ayahnya.
"Begini, tadi saat di gudang harta kau menyebutkan Pedang Manusia Iblis dan Ayahku dan juga orang yang kau sebut dengan si tua bangka. Sekarang bisa kau menjelaskannya padaku?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 372 Episodes
Comments
Ymn Goh
pohon tumbuh tidak jauh dari buahnya
2023-03-11
0
Alan Bumi
napas lagi
2022-11-03
0
zamal78901
👍👍👍👍👍👍👍
2021-12-11
0