"Sial... Mimpi apa aku semalam?!" Xin Chen memegang ranting pohon agar bisa bertahan, bebatuan dan kayu-kayu mulai tertarik ke belakang nyaris menghantam kepalanya.
Tanpa dia ketahui juga, Xin Zhan berada dalam situasi bahaya. Dahan kayu yang dia gunakan untuk bertahan mulai retak sedangkan di ujung sana mulut Naga telah terbuka lebar-lebar. Bersiap memakan mereka.
Xin Zhan tak dapat mempertahankan pegangannya, selain perisai roh yang berhasil dia ciptakan dengan bantuan Xin Xia tidak ada jurus untuk melindungi diri lagi. Tangannya terlepas dari dahan kayu.
"Kakak!" Xin Chen berteriak kencang, ikut melepaskan pegangannya dan menyelamatkan Xin Zhan bagaimanapun caranya. Dia memang tak memiliki kekuatan. Bahkan untuk sekedar menghadapi anjing liar saja sudah kewalahan.
Hanya satu hal yang dia miliki selama ini. Yaitu keberanian. Xin Zhan rasa hal itu sama sekali tidak berguna, akan tetapi ketika melihat adiknya itu datang dan menyingkirkan tubuhnya dari mulut naga membuat Xin Zhan tersadar akan sesuatu.
Xin Chen masuk ke dalam mulut Naga, angin kencang telah berhenti bersama dengan terdengarnya bunyi retakan dari mulut naga berukuran raksasa tersebut.
"Sayangnya satu saudaramu sudah mati. Andai kalian menurut tidak akan ada korban jiwa hari ini, aku hanya ingin menyandera kalian, tapi mau bagaimana lagi... Sekarang datanglah padaku baik-baik atau kau akan bernasib sama dengannya."
"Xin Chen! Si bodoh itu... Hei, keluarlah! Aku tidak mau hidup dengan pengorbanan seperti itu!" marah Xin Zhan, dia tak mengelakkan pandangannya dari sang Naga. Percaya Xin Chen pasti masih selamat di dalam sana.
Mulut naga masih mengunyah isi di dalamnya, membuat Xin Zhan meringis membayangkan apa yang tengah terjadi di dalamnya. "Chen... Jangan bilang kau-"
"Cuih! Apa-apaan bau naga ini! Menjijikkan! Huekk!"
Semua pandangan tertuju di satu titik, Xin Chen keluar lewat kuping sang naga sambil menjepit hidungnya.
"Bau naga ini seperti bau pakaian dalam yang tidak dicuci setahun. Menjijikkan! Hish!"
Setelah berkata demikian dia turun dari sana buru-buru, baginya bukan perkara sulit untuk melarikan diri dari naga seukuran benteng kota itu.
Xin Zhan dapat melihat adiknya selamat meski berjalan terpincang-pincang. Di pergelangan kaki adiknya itu terbuka sebuah luka yang dalam bekas gigitan.
"Kau masih hidup? Kukira tulangmu sudah remuk di dalam."
"Kenapa mukamu kecewa begitu? Kau ingin aku mati? Lagipula yang dia kunyah itu hanya ranting kayu, tidak perlu berpikiran yang tidak-tidak. Kita harus melarikan diri segera."
"Kalian pikir bisa melarikan diri?"
"Seharusnya aku yang berkata begitu! Tunggu saja sampai Ayah datang! Dia akan membunuhmu dalam sekejap mata!"
"Ayahmu? Dia tidak mungkin datang, aku sudah menyibukkannya dengan hal lain agar tak bisa menemukan kalian, kelinci percobaanku."
"Pantas telingaku panas, rupanya di sini ada yang membicarakan ku."
Loncatan kekuatan besar menyulut dari arah belakang sosok tersebut, merembes keluar membuat lawannya merasakan dengan nyata kematian yang amat mencekam. Hawa pembunuh yang tidak manusiawi ini menjadi semakin hebat dari saat terakhir kali mereka berjumpa.
Xin Fai melihat teliti wajah sang monster tersebut, perlahan bola matanya berubah seperti bisa mengenali siapa dia.
Akan tetapi tebakan itu masih sedikit keliru, tidak mungkin mencurigai sosok yang tengah dikekang dengan penjagaan ketat di penjara tanah paling bawah Kekaisaran Shang. Dan lagipula orang yang dia curigai tak memiliki kekuatan besar untuk melakukan ini semua.
"Kau... Siapa kau sebenarnya?" Xin Fai masih berusaha sabar, pertarungan tanpa mendapatkan informasi apa-apa sama saja dengan tak memiliki hasil. Sebaik mungkin dia harus mengorek informasi dari mahkluk ini, mungkin saja ini akan menjadi petunjuk atas kejadian-kejadian ganjil yang terjadi belakangan di Kekaisaran Shang.
"Aku? Aku adalah orang yang kehilangan segalanya dari kalian semua."
"Katakan dengan jelas! Apa tujuanmu yang sebenarnya?" Nada pria itu mulai meninggi, dia tahu pasti akan terjadi malapetaka besar jika membiarkan sosok itu terus hidup. "Kau pelaku dari pembunuhan yang akhir-akhir ini terjadi?"
"Menurutmu?"
Xin Fai mengambil satu kesimpulan hingga detik ini, dia harus menumpas habis sosok di hadapannya sebelum memunculkan lebih banyak petaka lagi.
Kedamaian yang telah susah payah dibangunnya akan terancam. Lagi-lagi manusia akan mengalami kesengsaraan seperti dulu, saat nyawa manusia berada dalam genggaman tangan manusia iblis. Dia tidak bisa membiarkan hal ini terjadi lagi.
Sebuah pedang yang sangat melegenda akhirnya keluar saat itu, Xin Fai sengaja menyimpannya di cincin ruang karena tahu pendekar aliran putih sekalipun masih ingin memperebutkan senjata yang diyakini paling terkuat itu. Sedangkan dalam pertarungan biasa dia hanya menggunakan senjata pusaka bumi.
"Akhirnya... Kau mengeluarkannya..." Terdengar nada serakah dalam perkataannya. "Tapi sayangnya waktuku sudah habis, aku tidak memiliki waktu untuk mengurus manusia rendahan sepertimu."
Xin Fai tidak membiarkannya melarikan diri, dengan kecepatan petirnya dia segera berdiri di sebelah musuh. Menebaskan pedangnya ke bawah.
Terdengar geraman dari mulut Xin Fai, pedangnya hanya sebatas menghancurkan kamuflase dari makhluk tersebut. Sebuah bongkahan es biru dengan suhu tinggi, berdiri satu meter saja siapapun akan terkena dampaknya.
"Manusia kembali berada dalam ancaman... Ini benar-benar gawat, aku harus memberitahu Senior Yong dan yang lainnya."
Sebuah suara terdengar di belakangnya, sedikit kesakitan. "Ayah, sebenarnya apa yang sedang terjadi?"
Xin Chen lebih dulu bertanya sedangkan kakaknya masih belum pulih dari keterkejutan. Melihat Naga dan sosok yang lebih menakutkan dari siluman penghuni dasar laut membuatnya tak mampu mengeluarkan kata-kata. Hanya sekedar menyimak percakapan saja.
"Tenang saja, kalian tidak perlu takut. Aku berjanji akan melindungi kalian dan ibu kalian juga." Senyuman yang terasa menenangkan itu membuat Xin Chen merasa aman, dia menghampiri kakaknya terseok-seok. Lalu menepuk pundaknya.
"Tidak perlu cemas-"
Xin Zhan menepis tangan adiknya, memasang wajah tak bersahabat dan berlalu begitu saja. Sikap tersebut sedikit membuat Xin Chen murung padahal dirinya sedang berusaha menghibur kakaknya, lagipun dia mengenal dengan baik bagaimana sikap kakaknya itu dan memilih tak memasukkannya ke hati.
Mungkin kepada orang-orang dia masih baik, Xin Chen masih bersyukur asalkan kakaknya tidak dibenci orang lain karena hal itu.
Xin Chen melemparkan pandangannya ke belakang, Naga yang tadi hampir memakannya telah menghilang bersama dengan pemiliknya. Entah pergi ke mana mereka pergi tapi dia yakin dari wajah Ayahnya saja sesuatu yang besar telah terjadi. Sejenak dia merenung, mengingat kata-kata Ayahnya dalam keheningan malam.
Kecemasan di raut wajah Ayahnya memang tak bisa dielakkan, Xin Chen yang masih kecil menggenggam tangan pria itu. Berusaha menguatkannya, seperti yang sering Ayahnya lakukan setiap hari. Saat semua orang mencemooh Xin Chen karena kelemahannya.
"Ayah tidak perlu takut, aku akan melindungimu, ibu dan juga kakak, lalu semua orang juga termasuk paman Lan An yang sudah berbaik hati membelaku. Tidak akan kubiarkan siapapun melukai kalian, aku berjanji."
Raut wajah tegas dan memiliki bertekad kuat seperti Ren Yuan membuat Xin Fai tertawa kecil, dia benar-benar mirip ibunya itu. Cerewetnya bahkan bisa membuatnya semalaman tidak tidur.
"Ayah kenapa tertawa? Ya... Aku tahu memang tidak mungkin, anggap saja aku sedang menghiburmu."
Sinar rembulan malam telah bersinar sepenuhnya, menerangi gelap malam dipenuhi bintang kecil. Xin Fai menepuk pelan kepala anaknya. "Bukannya aku tak percaya, kau pasti bisa melakukannya. Sampai saat itu tiba, tolong bantu ayahmu ini, ya?"
Xin Chen tersenyum sangat lebar, rasa percaya dirinya memuncak tinggi diberikan kepercayaan seperti itu.
"Baik!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 372 Episodes
Comments
Jasman
ga jelas sekali ceritanya. makluknya ntah kemana
2022-03-15
1
Ruuly Herliana
infosibel
2021-12-10
0
Endanks
mantap thor'lanjutin lagi yah 😘
2021-12-03
0