"Sial... Kepala batu ini malah menambah masalah saja." Hanya umpatan kecil terdengar dari mulut Rubah Petir, tak begitu lama terlihat dirinya membuang napas panjang.
"Kalau kau merasa ini adalah kesalahanmu, selesaikan sendiri tanpa meminta bantuanku."
"Ta-tapi bagaimana aku bisa melakukannya, Guru. Tunggu ini..."
"Kau mengatakan ingin menyelamatkan mereka tapi tak memiliki rencana untuk mengalahkan musuh?"
Xin Chen menyengir lebar pertanda apa yang dikatakan Rubah Petir tepat sekali.
"Kalau begitu kau harus berlatih bertarung, aku akan memberimu waktu sepuluh menit untuk mengalahkan dua orang tersebut sedangkan di luar aku yang akan mengurusnya."
Xin Chen tersedak napasnya sendiri, bola matanya melebar saat Rubah Petir mengatakannya semudah itu. "Sepuluh menit? Sepuluh jam saja belum tentu aku bisa mengalahkan mereka."
"Gunakan otakmu dan manfaat apa yang kau punya. Tidak ada waktu lagi, kau harus membunuh mereka. Sepuluh menit dari sekarang aku akan datang lagi setelah menyelamatkan anak-anak di depan dan kita harus pergi dari tempat ini."
Belum sempat berceloteh lebih dulu Rubah Petir telah menghilang. Tatapan Xin Chen berganti ke arah dua pendekar menengah di depannya, melebarkan senyuman canggung.
"H-hai apa kabar?"
"Bukan saatnya berbasa-basi!" Kapak penghancur langsung bergerak membelah udara, nyaris memotong tubuh bagian depan Xin Chen dalam satu kali serangan.
Xin Chen mundur ketakutan, nyalinya masih terlalu kecil untuk berhadapan dengan dua orang dewasa di depannya. 'Celaka! Seandainya Zhan Gege ada di sini...' batinnya berharap demikian. Selama ini dia selalu bergantung pada kekuatan kakaknya.
Desahan napasnya terasa berhenti ketika lagi-lagi senjata tajam menyerbu lehernya, dia menunduk cepat-cepat. Saat menyadari dirinya dalam bahaya Xin Chen terpaksa menggunakan pedangnya, dia mengarahkan mata pedang sembarangan namun tak satu pun mengenai musuhnya.
Justru sebuah tangan berhasil menangkapnya, Xin Chen berusaha melepas akan tetapi pria tersebut mencengkeramnya menggunakan tenaga dalam. Membuat dagingnya seperti sedang dihancurkan dari dari dalam.
Beberapa saat melakukan perlawanan tak berarti Xin Chen hampir tak memiliki kesempatan untuk melarikan diri, memenangkan pertarungan dua lawan satu dengan pria dewasa saja sudah terdengar tak mungkin. Sejak awal Xin Chen sudah membaca kekalahannya.
Kekecewaan Rubah Petir karena ketidakmampuannya melawan dua orang ini bisa dia pikirkan belakangan. Xin Chen menendang dada pria tersebut, berusaha turun dari gendongannya.
Berhasil melepaskan diri Xin Chen segera berlari menjauh, sejenak dirinya teringat akan Ayahnya. Mungkin dia akan malu melihat Xin Chen yang seperti ini. Xin Chen akan malu pada orang-orang yang merendahkannya. Pada Xin Zhan, dan Xin Xia apalagi Ibunya.
Tangan anak itu terkepal sedemikian erat hingga memutih, dia membalikkan badan dengan tatapan membunuh, berpikir dua orang itu akan mengolok-oloknya seperti kebanyakan orang.
"Aku bukan pengecut..."
Dua orang tersebut saling menatap, tak memedulikan ucapan Xin Chen keduanya maju menyerang. Dua pria bertubuh kekar tersebut memang akan menang mudah melawan Xin Chen yang nyatanya memang masih kecil.
Xin Chen mencengkram pedangnya, berusaha memberanikan diri untuk mengayunkan pedang seperti sebagaimana yang pernah dilatih oleh Ayahnya.
Perlawanan Xin Chen mulai menjadi sedikit lebih liar dari sebelumnya, kerap kali tendangan bebas meluncur di pipi dua pendekar tersebut. Namun tak begitu lama dari situ, mereka mulai serius bertarung dengan jurus. Merasa Xin Chen berbahaya jika dilawan dengan tangan kosong.
Benar saja, baru beberapa langkah Xin Chen berhasil ditangkap kembali. Anak itu meronta-ronta, sebentar lagi Rubah Petir akan datang dan dia harus melenyapkan dua pendekar ini.
'Gunakan otakmu dan apa yang kau punya... Memangnya apa yang bisa kugunakan di situasi seperti ini?' ucapnya dalam hati, Xin Chen berhenti bergerak sebentar lalu menatap Topeng Hantu Darah yang melekat di pinggangnya.
Pria yang sedang menggotong Xin Chen terheran-heran saat tangannya tak memegang Xin Chen lagi, dia menoleh ke belakang tepat di saat mata pedang siap menembus dari tenggorokan hingga ubun-ubun kepalanya.
Pedang Xin Chen tergeletak di atas lantai berlumuran darah, pria yang baru saja ditusuknya itu berteriak kesakitan. Pertama kalinya membunuh seperti ini menimbulkan rasa takut besar dalam diri Xin Chen, anak itu memundurkan diri melihat kematian tersebut. Membuat celah terbuka lebar dan Xin Chen tak menyadari teman pria itu tengah menghujam mata pedang ke arahnya.
Ketika senjata tersebut berhasil menembus tubuh Xin Chen, tidak terlihat setetes pun darah dari tubuhnya, pria itu terkejut hebat. Kini dia mengerti bagaimana Xin Chen bisa memasuki ruang penyimpanan harta mereka tanpa melewati pintu. Berpikir untuk mengabarkan hal ini pada Ketuanya juga sudah tak mungkin, Xin Chen bergerak lebih dulu menendang kepalanya, membuat pria itu jatuh tersungkur terbaring di lantai.
Xin Chen menikam kepala pria itu tanpa berpikir panjang, membuat cuatan darah membasahi sebagian besar wajahnya. Di kala itu Rubah Petir datang, nyaris tak percaya dengan penglihatannya sendiri.
"Kau benar-benar membunuh mereka?"
"Guru, kau yang menyuruhku
melakukan ini."
"Lupakan saja, kita harus segera pergi dari sini sebelum mereka mengirimkan lebih banyak orang." Setelah menyampaikannya Xin Chen dan Rubah Petir segera meninggalkan desa tersebut. Setidaknya anak-anak yang ditahan berhasil diselamatkan oleh Rubah Petir dan musuh sendiri masih tidak mengetahui pelaku pencurian itu adalah Xin Chen.
Selama perjalanan Rubah Petir dibuat kesusahan akan anak manusia berkepala batu di belakangnya, bagaimana tidak, setiap satu menit sekali dia terus mengeluh ini itu kepadanya. Seolah-olah tak terjadi apapun tadi pagi dan melupakan semuanya Xin Chen masih sempat-sempatnya meminta beristirahat.
"Ayolah, Guru. Kita sudah berjalan terlalu jauh tidak mungkin juga mereka masih mengikuti sampai sini... Kau tahu, tulang-tulangku seperti ingin lepas sekarang."
Bola mata Rubah Petir menatap malas. Sebenarnya tidak ada salahnya juga untuk berhenti. Dia memutuskan untuk menuruti permintaan Xin Chen. Melihat anak itu mulai mencemaskan sesuatu saat itu.
"Sudah tiga hari berlalu tapi aku masih tidak mendapatkan petunjuk siapa yang meracuni kakakku."
Mendengarnya membuat Rubah Petir juga turut cemas, dari apa yang didengarnya racun di tubuh Xin Zhan berbahaya. Tubuh manusia sendiri hanya bisa bertahan tujuh hari hingga racun tersebut menyebar dan menghancurkan saraf serta organ-organ vital.
"Empat hari tersisa, kau masih memiliki kesempatan." Terdengar Rubah Petir berbicara, Xin Chen menoleh singkat sebelum kembali menundukkan kepalanya.
Sebenarnya sekelebatan ingatan saat membunuh dua pendekar tadi masih terngiang jelas di kepalanya, Xin Chen berusaha menutupinya dengan terus mengoceh. Menyibukkan diri dengan hal lain. Dibandingkan itu, masalah terbesarnya justru belum menemukan titik temu.
Xin Chen melepas Topeng Hantu Darah, menarik napas segar dalam-dalam. Belum sempat menarik napas keduanya dikejutkan oleh satu serangan tak diduga, sebuah peledak membakar pohon yang sedang mereka singgahi.
Berkat Rubah Petir tidak ada satu pun dari mereka yang terluka, hanya saja Topeng Hantu Darah terlepas dari tangan Xin Chen dan jatuh di bawah pohon tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 372 Episodes
Comments
Muhammad kenzo al fatih
Mantul lanjutkan sukses selalu jangan lupa ngopi thour dan terima kasih sudah menberikan bacaan yang menarik
2024-01-05
0
Muhammad kenzo al fatih
free Palestine
2024-01-05
0
Alan Bumi
nafasnya
2022-11-03
0