Rubah Petir mengitari sekitarnya dengan jeli, merasakan suatu hawa aneh mulai bermunculan. Menggunakan penciumannya yang tajam bukan hal sulit lagi untuk mencium bau darah dari kejauhan.
"Apa kau menciumnya juga?" tanya Rubah Petir pada Xin Chen, namun lawan bicaranya itu tak dapat mencium apapun. Selain karena memang dirinya tak begitu fokus, Xin Chen sendiri masih mengalami tekanan berat saat membunuh seseorang.
Menyadari hal itu Rubah Petir dapat memakluminya, umur Xin Chen masih terbilang muda. Kelak dia akan terbiasa sendiri dengan darah dan kematian, Rubah Petir dapat melihatnya, di balik mata yang masih berbinar terang itu suatu saat akan berubah seperti Ayahnya. Menjadi sosok Pedang Iblis yang ditakuti semua orang, membunuh untuk sebuah arti perdamaian. Tak lama lagi tangan kecilnya akan dipenuhi oleh darah.
"Ikuti aku," kata Rubah Petir kemudian. Xin Chen tak sempat menyadari Rubah Petir telah menarik tangannya dan berlari dengan kecepatan petir. Kecepatan tinggi ini membuat dia tak bisa mengambil napas dalam jangka waktu lama.
Dengan penciuman tajam Rubah Petir mereka akhirnya mencapai sebuah titik di mana satu bangunan besar berdiri, lebih terlihat seperti rumah namun ukurannya lebih besar.
"Akhir-akhir ini sepertinya situasi kalian sedang tidak stabil..." Rubah Petir menengadah di depan rumah besar tersebut, seperti menelaah berbagai kemungkinan yang sedang terjadi di dalam sana.
"Ti-tidak stabil bagaimana?" Xin Chen memegangi dadanya karena sulit menghirup udara, bahunya naik turun.
Meskipun penerangan di jalan tersebut agak minim sehingga Xin Chen kesulitan untuk melihat tetapi dia sendiri bisa menebak apa yang dirasakan Rubah Petir. Ada sebuah kesedihan dari caranya mengucapkan sesuatu. "Mungkin... Selama ini aku selalu berharap pada orang-orang sepertimu dan juga Ayahmu, kalian yang ingin mempertahankan kedamaian ini agar terus berlangsung, jika justru orang-orang yang menjadi musuh kalian yang akhirnya memenangkan perang ini... Pihak para siluman pun takkan mampu bertahan di dunia yang keji ini."
Xin Chen terdiam beribu bahasa, entah bagaimana dia harus mengatakan pada Rubah Petir bahwa dia sendiri juga menyadari situasi Kekaisaran Shang sudah berbeda dari yang dulu. Pembunuhan kembali merajalela dengan sebab yang tak jelas. Mungkin hal inilah yang ditakutkan Rubah Petir.
Rubah Petir menepuk pundaknya pelan, "Perang lahir dari keinginan kita untuk melindungi orang yang kita sayangi.”
Sebelum memasuki rumah besar tersebut Rubah Petir berbicara kembali, "Sampai api perang mulai berhembus. Kau harus sudah lebih dulu mengasah pedangmu. Aku yakin kau
mengerti apa yang sedang kubicarakan."
Ketika pintu depan didobrak oleh Rubah Petir sesuatu yang mengejutkan menghampiri mereka, di dalam rumah tersebut telah tergeletak dua nyawa anak perempuan tak bersalah. Sedangkan satu pria berumur di tengah ruang tamu dicekik ke atas hingga tak memiliki pijakan.
Persis di hadapan pria tersebut berdiri dua sosok berjubah hitam, sangat mirip dengan orang yang Xin Chen temui di bawah pohon. Mereka membawa sebuah kepingan baja berbentuk setengah dari ukiran burung. Dengan kekuatan spiritual berwarna kebiruan muda, sesuatu terhisap dari kepala pria malang di hadapan mereka.
Sedangkan sosok wanita yang tak begitu jauh darinya menangis tanpa bisa berbuat apa-apa, dia seperti memegang sebuah kalung dan menangis padanya.
"Berhenti! Apa yang kalian lakukan!?" Teriakan Xin Chen menggema di seluruh penjuru, membuat gelombang kejut di sekitarnya dan berhasil membuat dua pria tersebut kehilangan fokus.
"Kau lakukan sisanya, biar aku urus bocah itu." Bisik pria dalam jubah itu pada teman wanitanya, sedangkan temannya itu sibuk menyerap sesuatu dari sang korban yang telah meninggal. Tampaknya mereka lebih dulu melakukan kekerasan terhadap sekelompok orang dalam rumah tersebut.
Rubah Petir bahkan tak sempat memberitahu Xin Chen bahwa musuh yang dia hadapi sekarang ini memiliki level kekuatan yang tinggi, untuk anak kecil yang kekuatannya bisa disamakan dengan pendekar kecil sepertinya tentu keadaan takkan berimbang. Xin Chen akan dikalahkan dengan mudah olehnya.
Namun Rubah Petir sendiri harus mengurusi wanita yang satu itu selagi Xin Chen mengatasi yang satunya lagi.
Dengan cambuk petir, wanita tersebut mulai terkecoh beberapa detik. Terdengar decakan dari bibirnya sebelum akhirnya kekuatan dahsyat muncul, wanita itu menciptakan perisai angin di sekitarnya dan ditambah dengan rantai api dalam waktu bersamaan.
"Perisai angin dan Rantai Api-? Darimana mereka mempelajari jurus ini?" Rubah Petir menangkis salah satu rantai api yang menyerbunya. "Jurus-jurus ini sering dipakai oleh Xin Fai dalam pertarungan, kemungkinan besar mereka meniru gaya bertarungnya... Tapi untuk apa?"
Ketika sedang sibuk berpikir keras tak dia sadari Xin Chen terpental jauh ke arahnya, membuat mereka berdua bertabrakan keras.
Xin Chen memuntahkan darah segar, baru dia sadari memang dirinya masih sangat amatir dalam hal berpedang.
Lawannya itu menunjukkan teknik pedang yang sangat mulus, cepat seperti elang dan tangkas seperti singa. Membuat dirinya yang hanya bisa sekedar mengayunkan pedang jatuh ambruk. Xin Chen berusaha bangun, melibaskan pedangnya lebih kuat lagi.
"Guru, aku akan menahannya. Selagi itu tolong hentikan wanita tua itu!"
"Wanita tua katamu-!?' bentakan kencang terdengar hingga akhirnya salah satu dari rantai api menyerbu Xin Chen. Di waktu bersamaan pula pria yang menjadi lawannya ikut menyerang.
Xin Chen memilih tindakan cepat, dia menghindari rantai api terlebih dahulu tapi sayangnya pria di depannya menarik tangan Xin Chen dan melemparkannya ke arah wanita tersebut.
Segera saja temannya menyambut, tiga rantai api sekaligus bersiap menusuk Xin Chen yang tengah terdorong. Di detik itu Xin Chen menyadari nyawanya sudah di ujung tanduk, mungkin tak lama lagi isi perutnya akan hancur oleh rantai berapi tersebut.
Entah mengapa perkataan orang-orang terhadapnya mulai terasa benar, dia sama sekali tak bisa melindungi diri dan justru membuat orang lain sering berkorban untuk melindunginya. Sebab hal itu Xin Chen dibenci orang banyak.
Jika mati pun Xin Chen rasa tidak akan ada yang berkabung padanya, justru mereka menunggu saat-saat itu. Saat di mana beban menghilang dan Xin Zhan yang memang mereka jagokan mencapai gelar Pilar Kekaisaran generasi selanjutnya.
Tepat saat mata rantai hendak menusuk bola mata Xin Chen loncatan petir berkekuatan tinggi datang, menghancurkan seisi rumah hingga dinding pun retak. Dengan kekuatan siluman, cambuk petir dapat menghancurkan rantai api dalam satu kali tebas. Tidak lebih. Membuat dua lawan mereka mulai gentar.
"Kita tidak boleh gegabah, ini perintah atasan. Sebaiknya kita menarik diri lebih dulu."
"Ta-tapi..."
"Dengarkan saja apa kataku!" Pria di depan mereka meninggikan suara, deru napasnya yang berantakan disebabkan oleh hawa pembunuh dari Rubah Petir yang memang ditujukan untuk mereka berdua.
Sang wanita menatap Xin Chen dengan bola mata menusuk, seperti ingin mencabik-cabiknya menjadi beberapa bagian. "Urusanku denganmu belum selesai. Saat kita bertemu nanti, ingat. Kepalamu akan kupenggal dan kupajang di kamarku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 372 Episodes
Comments
Bang Roy
lemah tp sudah mulai punya tekad untuk menolong sesamanya.
2023-06-20
0
Alan Bumi
nafasnya
2022-11-04
0
Endanks
mantap betul
2021-12-03
1