"Jadi kau pergi diam-diam dari rumah untuk mencari siapa pelaku yang mencelakai kakakmu?"
"Benar, Guru. Tak tahu mengapa, ketika penyerangan hari itu aku merasa pelakunya tidak sendirian. Seingatku ada dua orang lain lagi yang berpakaian sama. Mereka seperti mencari sesuatu di tempat kami."
Xin Chen berkata pasti, sedang fokus mencari jalan untuk ditapaki tiba-tiba saja seekor ular datang menyerangnya.
Respon Xin Chen terlalu lamban, dia tidak bisa menghindari patokan ular tersebut, mengakibatkan tungkai kakinya yang memang sudah terluka harus terkena bisa racun.
Jeritan anak itu membuat Rubah Petir menoleh, siluman itu menancapkan tongkat yang dia pakai untuk menyamar ke atas tanah sembari memperlihatkan wajah tak peduli. "Jangan merengek hanya dengan luka kecil, hanya mengeluh seperti itu takkan membuat lukamu sembuh. Bergerak terus dan carilah tanaman obat di sekitar sini."
Xin Chen ingin sekali menangis, memang dia masih belum terbiasa dengan dunia luar. Selama hidupnya Xin Chen paling banyak berlatih di halaman rumah, tidak ada yang mengijinkannya pergi jauh dari rumah kecuali untuk berburu.
Saat pergi berburu pun yang biasanya mengalahkan binatang buas adalah Xin Zhan, sedang dirinya hanya menunggu di belakang sampai keadaan aman.
"Guru... ini terlalu sulit, setidaknya bantu aku berdiri-" Xin Chen mengerjapkan mata, hampir tak percaya Rubah Petir sudah meninggalkannya begitu saja. "Guru! Tunggu aku!"
Namun belum beberapa jengkal dirinya berjalan Xin Chen mulai menyadari sedang berada di mana mereka berjalan, sebuah sarang ular terpampang jelas di depan sana dengan puluhan ular-ular berlalu lalang. Hampir membuat Xin Chen kehabisan napas.
Rubah Petir sendiri tak peduli, jika dia mau pun, dengan mengeluarkan energi siluman miliknya para ular itu akan bubar seketika.
Tak ada satupun hewan yang berani mendekat padanya. Hanya saja Rubah Petir kini sedang menyamar, mengeluarkan kekuatan seperti itu berkemungkinan besar memancing rasa curiga para manusia.
Teriakan demi teriakan terdengar di belakangnya, setelah menarik napas dalam Rubah Petir akhirnya menoleh ke sana dan mendapati Xin Chen tengah berusaha memanjat pohon. Di bawahnya ular-ular berbisa sedang memanjat hendak mematoknya.
"Arrghh! Ibu!!!"
"Haish, anak ini. Bukan hanya tubuhnya yang harus dilatih. Mentalnya juga demikian." Gerutuan kecil samar-samar terdengar, Rubah Petir mengangkat tongkatnya yang kali ini mengeluarkan loncatan energi listrik kemudian menyambar ular di depannya. Membuat mereka seketika hangus seperti debu.
Rubah Petir berucap, "Sekarang kau sudah boleh turun."
Xin Chen menarik napas lega, sedikit malu pada Rubah Petir karena dia berteriak terlalu keras tadi. Lagipula Xin Chen yakin Rubah Petir pasti akan membandingkan dirinya dengan Ayahnya.
"Sepertinya aku memang tidak pantas menjadi muridmu, kau pasti menyadarinya lebih dulu." Xin Chen mengutarakan kekhawatirannya. Hanya terdengar kesunyian di antara mereka berdua. Diamnya Rubah Petir bisa berarti memang dirinya tak layak berguru pada Rubah Petir yang kenyataannya adalah seekor Siluman Penguasa Bumi.
"Aku tidak tahu ke mana Guru akan pergi, tapi selama perjalanan aku tidak ingin merepotkanmu juga."
"Untuk ukura manusia seusiamu kau termasuk orang yang tidak teguh pendirian. Sebelumnya kau yang meminta untuk menjadi muridku dan sekarang malah berubah pikiran."
Usai mengatakannya Rubah Petir berhenti sejenak, menatap tajam bola mata Xin Chen dengan penuh penekanan. "Kau tidak akan menjadi apa-apa dengan sifat seperti itu. Jika sudah memilih kau harus menjalaninya, jangan di tengah jalan berhenti dan memilih melarikan diri. Menyedihkan."
Xin Chen menunduk dalam, dia kembali melakukan kesalahan. Hanya saja dia sendiri tak enak pada Rubah Petir.
Denyut di kakinya mulai terasa kembali, ingin sekali Xin Chen menjerit kesakitan sebab racun ular di kakinya mulai menimbulkan rasa sakit luar biasa. "K-kalau begitu... Boleh aku memintamu untuk melatihku dengan keras? Aku berjanji tidak akan mengeluh."
Rubah Petir menepuk pundaknya pelan. "Jangan berjanji untuk tidak mengeluh. Berjanjilah untuk tidak menyerah."
"Baik."
Dalam perjalanan Xin Chen menemui banyak hal baru, dia terkesima ketika melewatinya. Hal ini membuat Rubah Petir jengah lama-kelamaan, siluman itu melihat ke bawah. Kaki Xin Chen mulai membiru namun anak itu tetap berjalan walau terpincang-pincang.
"Apa benar lukamu itu tidak apa-apa?"
"Aku masih bisa menahannya, mungkin di sekitar sini ada tanaman yang bisa menetralkan bisa racun ular ini." Jawaban Xin Chen seolah menambah beban berat hingga akhirnya Rubah Petir langsung mengobati kakinya dengan kekuatan yang dia miliki.
"Menunggu sampai kita menemukannya mungkin akan menghabiskan waktu berjam-jam, kau pasti sudah pingsan lebih dulu sebelum berhasil mendapatkannya."
Terdengar anak itu tertawa kecil, dia melihat sendiri dengan ajaib kekuatan Rubah Petir menyembuhkan lukanya hingga tak bersisa. Anak itu memerhatikan tungkai kakinya dengan senang. "Baiklah, terimakasih. Dengan ini aku bisa melanjutkan pencarian untuk menemukan penawar racun dan mengambil kembali Permata Cahaya Biru!"
"Kau yakin tentang itu?"
"Kenapa?"
Tiba-tiba angin berderu kencang, membuat jubah yang dikenakan Rubah Petir melambai tersapu angin. Seolah memberi sebuah isyarat tersembunyi akan tetapi Xin Chen tidak mengetahuinya. "Sudahlah lupakan saja," tandas Rubah Petir memutuskan percakapan. Terjadi jeda sejenak dan Xin Chen akhirnya mengeluarkan suara kembali.
"Guru, menurutmu untuk menemukan orang itu kita harus pergi ke mana?"
"Menurutmu?" Rubah Petir membalikkan pertanyaan.
"Mencari identitasnya dulu, bukan?"
"Dengan cara?"
Terlihat Xin Chen berpikir agak lama, antara ragu tak ragu menjawabnya. "Mungkin... Menemui penjual informasi?"
Rubah Petir menjawab kemudian. "Tidak ada salahnya untuk mencari tahu terlebih dulu informasi mengenai musuh, tapi sebenarnya aku sedikit curiga pada pelaku yang mencuri Permata Cahaya Biru mu itu. Apa dia hanya sekedar mengambilnya untuk dijual atau memiliki maksud lain?"
Xin Chen berpikir sebentar, "Saat mengambilnya dia bilang memang sedang mengincar Permata Cahaya Biru milik Ayah..."
"Sedikit mulai sedikit masalah ini mulai saling berhubungan, mungkin masalahmu memiliki kaitan dengan aura aneh yang muncul akhir-akhir ini."
"Benarkah? Darimana kau mengetahui hal itu?"
Rubah Petir membalikkan badannya dengan tatap mata jauh lebih serius, "Untuk alasan itulah aku turun tangan. Kutanya padamu, apa kau pernah melihat kitab berwarna merah darah milik Ayahmu?"
"Kitab merah darah...? Kitab Terlarang? Aku pernah melihatnya sekali dan sebelum bisa menyentuhnya Ayah marah besar kepadaku."
Kali ini Rubah Petir agak menggumam, "Di dalam Kitab itu sumber permasalahannya, mungkin saja tebakanku salah tapi masih ada kemungkinan jurus itulah yang menimbulkan pekatnya energi jahat belakangan ini."
Xin Chen mengacak rambutnya, benar-benar tak mengerti apa yang diomongkan Rubah Petir dan ingin sekali dia menjelaskan dengan bahasa yang lebih mudah dipahami. Entah apa yang sedang siluman itu pusingkan juga dia tidak mengerti.
"Masalah ini tidak seharusnya kuberitahu pada Ayahmu dulu, kau pasti kebingungan dengan apa yang kubicarakan, bukan?"
Anak itu menarik napas lega, akhirnya Rubah Petir mengerti. Sedang Rubah Petir sendiri menyuruhnya untuk duduk di bawah pohon teduh yang telah berusia lebih dari seratus tahun.
"Entah darimana aku harus menjelaskannya..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 372 Episodes
Comments
Amrul Chaniago
jago thor lanjuuuuuut
2022-12-04
1
Alan Bumi
nafas
2022-11-03
0
Endanks
terusin Thor lanjutin lagi 😍
2021-12-03
1