CHAPTER 11

6 DESEMBER 1989

Semalam aku mengalami kejadian yang sangat aneh. Aku tidak tahu apakah semua yang kulihat dan kurasakan itu nyata ataukah hasil dari imajinasiku.

Tadi malam aku terbangun oleh bunyi gemuruh dan terangnya petir yang menyinari kamarku. Bulir-bulir hujan menghantam jendela kamar dan membuat suara seolah-olah ada orang yang melemparkan batu ke kaca. Angin bertiup kencang, menggerakan pohon-pohon dan dedaunan, bahkan pohon yang berdahan besar dan terlihat kokoh pun seperti mau tumbang karena kekuatan angin.

Sekali lagi terdengar dahsyatnya bunyi gemuruh yang membuatku ingin berteriak dan melompat dari tempat tidur karena kaget. Aku langsung teringat pada Nining dan betapa takutnya dia kalau tidur sendirian saat badai.

Sejak awal aku tidak begitu suka dengan Nining yang sudah dibiarkan tidur sendiri oleh Adit dan Rosa sejak anak itu berumur 3 tahun. Namun, aku tidak bisa membantah atau berkeberatan karena mereka adalah orang tuanya. Padahal, menurut ibu, pamali kalau membiarkan anak kecil tidur sendiri.

Ah, apapun itu, aku langsung teringat Nining setiap kali ada badai ditengah malam. Malam tadi pun aku juga teringat padanya dan langsung berinisiatif untuk mengecek putri kecilku itu. Aku meraba-raba saklar lampu disamping tempat tidur dan menyadari bahwa listrik dirumah ini mati.

Aku meraba-raba lagi di atas meja dekat jendela untuk sekotak korek api. Ketika aku menemukannya bersamaan dengan cahaya kilat yang menyinari daerah taman di samping kamarku. Disitulah aku melihatnya! Beberapa detik saja, disela waktu antara cahaya kilat dan suara gemuruh; sosok berdarah yang memakai topi petani. Badannya berwarna merah pekat dan kurus. Dia memakai topi petani dengan kain merah yang menutupi wajahnya dari ujung topi sampai ke bagian dada.

Sosok mengerikan itu berdiri di bawah gazebo, memandang tepat kearah jendelaku. Nafasku tercekat di tenggorokan, mataku kututup erat-erat - berharap aku hanya berimajinasi dan sosok itu akan segera menghilang. Ketika bunyi gemuruh menggelegar, memecah bunyi hujan, kubuka mataku, cahaya kilat kembali menerangi area sekitar; sosok itu sudah tidak ada lagi! Kejadiannya berlangsung hanya beberapa detik saja yang membuatku mempertanyakan apa yang kulihat itu adalah benar ataukah hanya permainan mata mengantukku saja?

Sejak datang ke desa ini aku sering merasa sedang bermimpi yang sangat nyata yang membuatku mempertanyakan kewarasan pikiranku. Sebelum terbangun pun aku ingat aku bermimpi sesuatu yang terasa nyata; sesuatu yang menakutkan namun terasa nyata tapi aku lupa isi mimpinya.

Meski tidak yakin dengan apa yang kulihat, namun perasaan takut yang berada di dalam hatiku adalah nyata. Tanganku sampai gemetaran dan beberapa kali gagal menyalakan korek api. Ketika lampu botol sudah kunyalakan, aku merasa sedikit tenang dengan nyala api kecil yang hangat dan menerangi sekelilingku.

Perlahan-lahan aku keluar dari kamarku dan menerangi sekelilingku dengan cahaya dari lampu botol, mencari jalanku ke lantai 2 - ke kamar Nining. Aku mengira akan menemukan Nining duduk ketakutan di tempat tidurnya tapi ternyata dia tertidur nyenyak, seperti tidak menyadari bunyi gemuruh dan kilat yang biasanya menakutinya.

Gemuruh badai di luar semakin dahsyat dan kilat semakin sering memecah di langit. Aku menengok kearah gazebo dari jendela Nining dan jantungku hampir saja copot ketika kulihat lagi sosok petani berdarah itu berdiri di tempat yang sama seperti yang kulihat pertama kali tapi kali ini pandangannya menengadah ke atas, ke kamar Nining!

Hampir saja aku menjatuhkan lampu botol yang kupegang dan berteriak histeris. Tapi cahaya kilat sekali lagi menerangi dan sosok itu hilang!

Namun, ada satu lagi yang penampakan yang menggangguku; pantulan dari jendela memperlihatkan pintu kamar Nining yang terbuka setengah, padahal aku ingat betul telah menutupnya sejak aku masuk tadi. Lagipula aku tidak mendengar bunyi pintu dibuka, yang lebih menakutkan adalah ketika aku melihat sosok yang sedang mengintip dari balik pintu; sosok seorang wanita meski aku tidak begitu yakin karena sosok itu hanya terlihat seperti siluet.

Aku merasa nafasku sesak, tercekik oleh rasa takut dan teriakan yang tertahan. Aku jatuh tersungkur di lantai, menutup mulutku untuk menahan tangis yang sedari tadi kutahan. Aku sangat takut dan bingung sehingga aku hanya bisa menangis, itu pun tidak bisa kulakukan karena aku tidak ingin membangunkan Nining.

Aku tidak bisa lagi mempercayai mata dan pikiranku ini. Kalau aku menceritakan ini pada Adit, dia pasti akan mengatakan bahwa aku terlalu lelah dan bermimpi aneh. Aku merasa sekujur tubuhku lemas karena perasaan takut dan ketidak pastian ini. Aku akhirnya memberanikan diri untuk kembali menutup pintu kamar Nining, menguncinya 2 kali dan berbaring di samping Nining, memeluk, menciumnya dan tidur disampingnya sepanjang malam.

Keesokkan harinya aku kaget terbangun ketika Rosa dan Adit menggedor-gedor pintu kamar Nining. Beberapa kali mereka mencoba pegangan pintu tapi, pintu itu tentu saja tidak bisa terbuka karena semalam aku menguncinya.

Dengan cepatnya aku bangun dan segera membuka pintu. Oh, lututku terasa lemas ketika aku melihat Nining berdiri di balik pintu bersama Adit dan Rosa!

"Kenapa mbak Ran?" tanya Rosa yang terlihat bingung dan prihatin mungkin karena aku hanya terpaku menatap Nining yang sedang bernyanyi-nyanyi girang sambil memeluk boneka beruang kesayangannya.

"Semalam tidur di sini, mbak?" tanya Adit.

"Iya, semalam hujan lebat, jadi aku tidur disini untuk menemani Nining, tapi Nining ternyata udah besar, ya, udah gak takut lagi sama petir," kataku sambil membelai kepala Nining. Masih bingung tapi kupaksakan untuk bersikap biasa agar Rosa tidak takut.

"Ha? Mbak, sejak semalam, kan Nining tidur di kamar kita. Dia takut angin kencang katanya jadinya tidur bareng aku sama Adit," Rosa memandangku dengan mata melotot.

"Oh ya? Tapi kok..."

"Salah liat kali, mbak. Mungkin yang mbak liat itu gulingnya? Sejak kita semua pergi tidur, Nining udah pindah sama-sama aku dan Rosa," terang Adit dengan tenang.

"Iya, mungkin guling kali, ya," jawabku berusaha untuk santai agar Rosa dan Nining tidak takut meski aku yakin semalam itu jelas seseorang sedang tidur di tempat tidur Nining; tidak mungkin, kan ada guling yang berambut panjang? Dan yang paling membingungkan adalah aku yang terkunci sendiri di dalam kamar Nining sementara gadis kecil itu sudah berada di luar bersama orang tuanya! Bagaimana bisa?

"Aduh, ini jam berapa, ya?" tanyaku lagi untuk mengganti pembicaraan.

"Jam setengah delapan, mbak Ran. Yuk, kita sarapan, tuh tante Nona udah dari tadi manggil-manggil." Rosa, Adit dan Nining bergandengan tangan sambil bersenandung menuju ke ruang makan sementara aku hanya tertegun, memandang tempat tidur Nining. Kepalaku pusing dan aku ingin muntah rasanya kalau mengingat kejadian semalam dan keanehan yang barusan.

Aku tidak bisa menjelaskan apa yang aku lihat dan alami. Apakah ini yang disebut gangguan makhluk halus? Apakah rumah ini ada sejarah kelamnya? Tapi ini kan bangunan yang baru di bangun, belum juga sempat di tempati, masa sudah ada penunggunya?

Perasaanku benar-benar tidak enak memikirkan hal ini. Aku belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Kalau berbicara hal gaib dan hantu, jujur saja aku tidak punya pendapat karena aku memang dari dulu tidak pernah melihat, merasakan atau punya pengalaman mistis dalam bentuk apapun. Aku bahkan baru saja selesai membaca buku tentang efek Troxler yang menjelaskan tentang bentuk atau sosok yang kita pikir kita lihat saat gelap. Troxler menjelaskan bahwa semua itu hanyalah permainan otak kita.

Tanpa kusadari, selama ini aku ternyata adalah seorang yang skeptis pada hal-hal di luar nalar. Meski begitu, aku berpikir apakah mungkin ini yang disebut tante Marice bayang-bayang kenangan? Ataukah ada sesuatu yang lebih berbahaya di balik semua ini? Karena aku tidak bisa melupakan perasaan takut dan putus asa yang kurasakan semalam, seakan mencengkram dan meremas hatiku.

Aku benar-benar tidak mengerti.

Aku juga agak segan untuk bercerita pada Adit dan Rosa karena aku pikir mereka mungkin tidak akan percaya, bagaimana mungkin aku saja yang mengalami hal ini masih tidak percaya dengan pengalamanku sendiri! Aku juga tidak ingin mereka takut dan khawatir untuk tinggal disini atau segera pulang, kembali ke masalah mereka di Jakarta hanya karena sesuatu yang tidak jelas seperti hal-hal mistis ini.

Adit terlihat begitu santai dan bahagia beberapa hari ini begitu juga Rosa yang terlihat senang sejak kami tinggal disini, aku tidak ingin merusak ketenangan pikiran mereka dengan hal-hal konyol seperti ini.

Entahlah.

Hari ini aku berencana untuk bermain dan menghabiskan hariku menjaga Nining sementara Adit dan Rosa pergi bersama pak Yusuf ke tambak ikannya yang katanya berjarak 3 jam perjalanan naik mobil dari sini.

Semoga hari ini menyenangkan.

Terpopuler

Comments

ariasa sinta

ariasa sinta

Q baca ulang dr awal thor, krna kmrn putus nyambung agak gmna q bacanya, jd Q baca ulang biar paham bgt alurnya

2021-04-19

1

Flora

Flora

like lagi
lanjut lagi
semangat lagi

salam dari yuppy
"Diikuti makhluk ghaib"

2020-12-13

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!