CHAPTER 15

7 DESEMBER 1989

Semalam aku mengalami hal yang aneh - yang lagi-lagi membuatku tidak bisa membedakan mana hal yang nyata dan mimpi.

Aku ingat jam sudah menunjukkan pukul 9 malam ketika aku bersiap untuk tidur. Listrik masih menyala dan aku memasang lampu tidur kecilku sebelum mematikan lampu besar, memakai selimut, berdoa dan tidur.

Tidak lama kemudian aku terbangun; mataku terbuka, indera perasaku terbangun , indera penciumanku menjadi aktif namun, tubuh ini tidak bisa di gerakkan, seperti berat dan di lem di atas tempat tidur. Sekelilingku gelap gulita - perlahan sebuah lidah api kecil muncul entah darimana, seiring dengan cahaya kuning yang hangat dari api kecil itu, muncul bau busuk yang menyengat seperti bau kamar oma Oce yang kucium tadi namun yang ini seperti berkali-kali lipat busuknya sehingga membuatku sesak napas dan ingin muntah. Aku berusaha bergerak, ingin keluar dari kamar untuk menghindari sesuatu yang sedang berdiri di sampingku, mengelilingiku, tapi, tubuh ini seperti lumpuh tak berdaya.

Perlahan-lahan ruangan kamarku menjadi terang oleh cahaya obor dan aku menyadari lagi-lagi tempat tidurku dikelilingi oleh wanita hamil berwajah hancur; perut buncit mereka berwarna hitam dan berlendir hijau seperti daging busuk - darah berwarna merah kecoklatan menodai daster putih yang mereka pakai. Ada juga sekelompok anak  kecil dengan rahang terbuka, mata yang tercungkil dan lidah yang menjulur dengan posisi yang aneh.

Panik, ketakutan dan kesedihan menenuhi diriku membuatku merasa putus asa - tanpa harapan dan keinginan hidup! Aku ingin berlari tapi tubuhku mati rasa, aku ingin berteriak tapi mulutku keluh dan tidak bisa kubuka. Aku hanya bisa diam, terpaku mendengarkan perkataan mereka terus menerus menyebut sebuah kata yang sama sekali tidak aku mengerti.

Apakah ini adalah peringatan dari mereka karena mereka ingin kami pergi dari villa ini? Apakah kami mengganggu tempat bersemayam mereka? Ataukah mereka hanya roh-roh penasaran yang ingin iseng mengganggu dan menakutiku? Aku benar- benar tidak mengerti tapi, entah kenapa aku merasa ini adalah sesuatu yang penting dan sangat berbahaya.

Aku merasa sudah berjam-jam berada di tempat tidur, mendengarkan teriakan mereka seperti lagu di kaset yang rusak, terus menerus menyebut kata-kata yang sama. Tiba-tiba satu per satu tubuh mereka membuat gerakan aneh seperti boneka wayang yang dipatahkan badannya begitu juga dengan sosok-sosok seram yang mengelilingi tempat tidurku; tubuh mereka seperti sedang di patahkan dan mereka berteriak, melengking menahan sakit. Teriakan mereka tajam seakan menyayat hatiku dengan pilu!

Satu per satu tubuh mereka jatuh ke lantai dan ular-ular hitam yang datangnya entah darimana mulai merayap melewati tubuh mereka, mendekati tempat tidurku. Aku mulai panik dan berusaha sekuat tenaga untuk membangunkan diriku, membuat tubuhku bergerak tapi aku tidak bisa, aku bahkan tidak merasa memiliki tubuh lagi! Satu per satu ular-ular hitam itu merayap naik ke tempat tidurku; merayap melewati perut, tangan, dan mulutku. Sekarang mereka sudah memenuhi tempat tidur, membungkusku dalam dingin dan licinnya sisik hitam mereka.

Bunyi deru ombak tidak lagi bisa kudengar, hanya suara ular yang mendesis secara konstan terdengar di telingaku. Perlahan-lahan ular-ular hitam itu melata ke bagian perutku, berkumpul seperti ingin membangun piramida, dan begitu saja ular-ular itu menjelma menjadi sosok petani berdarah.

Tubuh kurus petani berdarah menindih perutku, kulitnya berwarna merah darah, kain penutup wajahnya menyentuh kulitku sementara dia menunduk, memandangku dengan senyum sinis, terlihat wajah oma Oce dibalik kain merahnya.

Oma Oce tertawa histeris sambil membelai wajahku. Dia semakin mendekat seperti hendak menciumku ketika aku menarik napas panjang dan tiba-tiba terbangun, menyadari sekeliling kamarku gelap gulita.

Deru ombak terdengar lagi, bau anti nyamuk bakar pun tercium lagi. Aku merasa baru terbangun dari sebuah penyiksaan. Dengan cepat aku berdiri dari tempat tidurku, memastikan bahwa tubuhku sudah bisa bergerak lagi. Tiba-tiba aku sadar, ada sebuah siluet hitam berdiri di sudut kamarku.

Aku terpaku sejenak, tidak percaya dengan penglihatanku. Apakah aku belum sepenuhnya tersadar dari tidurku? Ataukah aku memang benar-benar masih dalam mimpi? Aku tidak pernah melepaskan pandanganku dari sosok itu; sekelebat bayangan hitam yang tidak pernah bergerak di sudut ruangan.

Aku meraba-raba jalanku, mencari saklar lampu di dekat pintu kamar. Sial, listrik mati! Dengan tangan yang gemetaran aku meraba-raba meja tulis yang berada di samping pintu, mencari lilin dan korek api. Bayangan itu masih berdiri di tempat asalnya.

Akhirnya setelah beberapa detik mencari aku bisa menemukan sebatang lilin dan korek api yang kusimpan di atas meja. Dengan cepat aku menggesekkan ujung korek dan cahaya kecil pun muncul. Aku menyalakan lilin dan kamarku mulai terang meski cahaya kecil lilinku ternyata tidak sampai ke sudut ruangan tempat bayangan hitam itu berdiri. Tempat itu tetap diselubungi kegelapan yang pekat.

Entah apa yang menggerakanku, tapi aku membawa serta lilin yang kunyalakan dan perlahan mendekati sudut tempat bayangan gelap itu. Perlahan-lahan cahaya lilin mulai menyentuh pinggiran sudut hitam itu, semakin dekat pula aku berjalan. Sepasang kaki berwarna merah darah terlihat di sudut ruangan - aku semakin mendekat dan akhirnya bertatap muka dengan petani berdarah!

Petani berdarah itu mencondongkan wajahnya mendekatiku dan meniup lilin yang kupegang; gelap!  Tiba-tiba tercium bau menyengat seperti bau karbol pembersih kamar mandi, dan aku pun tidak sadarkan diri lagi.

Aku kaget terbangun ketika bunyi decitan pintu dapur terdengar dan suara tante Nona dengan ceria menyebut sapaan favoritnya "Tabea!"

Kepalaku sangat sakit ketika bangun, seperti terputar-putar dan mual! Aku harus berbaring sebentar agar sakit kepalanya mereda. Aku berpikir untuk mandi dan membasuh kepalaku dengan air dingin, biasanya hal itu akan meredakan sakitnya dan beberapa kali bahkan membuat sakit kepalanya hilang tidak berbekas.

Setelah beberapa menit terbaring menutup mata sambil sesekali menjawab singkat pertanyaan tante Nona dari balik pintu, aku merasa sudah kuat untuk berdiri dan menyeret tubuhku ke dalam kamar mandi. Perlahan-lahan aku berjalan agar tidak pusing lagi - syukurlah Lukas membuat kamar mandi di dalam setiap kamar sehingga aku tidak perlu jauh-jauh menyeret tubuhku yang letih ini.

Jantungku berdetak dengan kencang ketika aku melangkah ke dalam kamar mandi dan melihat 2 ekor ular hitam melata di depan ja***n! Aku berteriak seperti kesetanan yang membuat Adit panik dan segera masuk ke dalam kamarku tanpa peduli lagi apakah aku berbusana atau tidak - untunglah aku masih berbusana.

Mata Adit terbelalak melihat 2 ekor ular hitam yang melata kesana kemari di lantai kamar mandi. Aku bisa melihat rasa jijik dan ketakutannya pada binatang itu. Kami berdua hanya bisa berdiri terpaku melihat ular-ular itu dari pintu kamar mandi. Aku memberi dorongan pada Adit untuk masuk ke dalam dan menangkap ular itu tapi, tubuh Adit menegang, ragu-ragu bahkan takut!

Beberapa detik berlalu dan tante Nona dengan mantap dan tanpa basa-basi - bermodalkan pisau dapur dan setangkai sapu - masuk ke dalam kamar mandi, menahan leher ke dua ular itu dan dengan sekali tebas memotong kepala binatang melata itu; darah berceceran di dinding seraya tubuh ular-ular itu menggulung dan akhirnya diam.

"Ini saya bersihkan dulu," kata tante Nona sambil mengangkat tubuh ular-ular yang sudah mati itu dan memasukannya kedalam kantong plastik.

"Mbak Ran, pakai aja kamar mandi di atas," kata Rosa yang hanya berani mengintip dari depan pintu kamar, bahkan terlalu takut untuk masuk ke dalam kamar.

Aku pun mandi di kamar mandi Nining. Setelah selesai aku merasa sangat segar dan sakit kepalaku langsung hilang seakan air dingin yang kuguyurkan di kepalaku membasuh rasa sakit dan puyeng yang kurasakan ketika bangun tidur. Ditambah dengan kue dan teh manis yang hangat dari tante Nona membuatku merasa sehat kembali dan siap untuk pergi ke pasar rabu.

Saat menulis jurnal ini pun aku masih tidak habis pikir bagaimana ular-ular itu bisa masuk ke dalam kamarku yang tertutup rapat? Aku yakin semalam tidak ada ular, dan aku juga yakin tidak pernah membuka pintu sepanjang malam. Benar-benar aneh! Yang lebih aneh lagi, ular yang kulihat di dalam mimpiku semalam sama persis dengan ular di dalam kamar mandi tadi! Apakah yang sedang terjadi di rumah ini?

Apakah ada gangguan makhluk halus di rumah ini ataukah gangguannya ada di dalam pikiranku saja?

Benar-benar mumet memikirkannya! Aku harus pergi sekarang, Adit dan Rosa pasti sedang menungguku - kami akan pergi ke pasar rabu.

Aku tidak sabar ingin bertemu Yohanes!

Terpopuler

Comments

Kustri

Kustri

Knp hrs Rani???

2022-02-25

0

Ananda Trizna

Ananda Trizna

bikin tegang dan penasaran

2021-10-31

0

Ertha Vanesy

Ertha Vanesy

menegangkan

2021-01-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!