Episode 7 ~ Mulai Aneh

...🍀🍀🍀...

Kini keluarga Pak Aidi sudah sampai di puncak. Sementara itu, Ammar sedang berusaha mencari tempat untuk memarkirkan mobilnya. Setelah lama mencari tempat, akhirnya Ammar menemukan tempat parkir yang bagus dan strategis. Dekat dengan sebuah villa dan wahana bermain.

Setelah sampai di tempat parkir, satu per satu dari mereka pun turun dari mobil. Dhina yang sejak tadi tertidur pulas, tidak kunjung bangun karena terlalu nyaman bersandar di bahu Sadha sambil memeluk boneka tedy bear coklat miliknya. Sadha pun ternyata juga ikut tertidur pulas karena melewati perjalanan yang cukup jauh. Melihat itu, Dhana yang berada di samping Dhina pun berusaha membangunkan mereka.

"Adek... Mas Sadha... bangun! Kita sudah sampai." ucap Dhana yang membangunkan keduanya dengan menggoyangkan tubuh mereka secara bergantian.

Sadha dan Dhina yang terlelap masih setia dengan posisi nyaman mereka.

"Adek... Mas... susah sekali sih bangunnya. Enak sekali tidur kalian ya." ujar Dhana lagi yang membangunkan mas dan adik kembarnya itu.

Setelah beberapa kali berusaha membangunkan mereka, akhirnya Sadha yang terbangun duluan melihat ke arah sekitar.

"Sudah sampai ya, Dik. Ayah, Ibu, Mas Ammar dan Kak Ibel mana? Kenapa kita ditinggal?" tanya Sadha yang terbangun sambil mengucek matanya dan melihat ke semua arah.

"Semuanya sudah turun, Mas. Itu mereka sudah di villa. Ayah dan Ibu sedang menyewa villa untuk kita hari ini." jelas Dhana pada Sadha yang bersiap-siap ingin turun.

"Kamu kenapa tidak turun Dhana?" tanya Sadha yang masih mengantuk dan kembali menyandarkan kepalanya ke kepala Dhina yang masih bersandar di bahunya.

"Ini mau turun. Tapi Ibu minta Dhana untuk membangunkan Mas sama Adek. Kalian itu enak sekali sih tidurnya dari tadi tidak bangun-bangun." jawab Dhana yang hendak turun tapi tangannya kembali usil dan mencubit pipi Dhina yang masih pulas.

"Hmmm." ujar Sadha yang kembali memejamkan matanya.

"Dhana turun dulu ya, Mas. Cepat bangun. Ibu, Ayah dan semuanya sudah masuk villa. Nanti kalian menyusul saja." ujar Dhana yang turun dari mobil dan menutup kembali pintu mobil.

Tidak ada jawaban dari Sadha karena ia masih mengantuk dan kembali tertidur. Sedangkan Dhana pergi menyusul orang tua dan masnya ke dalam villa. Melihat Sadha dan Dhina yang tidak ada bersama mereka, Pak Aidi pun bertanya.

"Kenapa Sadha sama Adek tidak ada? Mereka ke mana?" tanya Pak Aidi pada Bu Aini, Ammar dan Ibel.

"Mas Sadha sama Adek masih di mobil, Yah. Tadi Mas Sadha sudah bangun, tapi sepertinya tidur lagi." jawab Dhana yang baru datang dari arah luar.

"Ya sudah, biar Mas yang membangunkan mereka. Ada yang ingin Mas ambil di mobil." timpal Ammar sambil berlalu pergi menuju mobilnya.

Pak Aidi dan Bu Aini yang mengetahui tingkah laku putra putrinya itu membuat mereka merasa tidak enak dengan Ibel. Pak Aidi dan Bu Aini takut Ibel berpikiran lain tentang adik-adiknya Ammar dan membuat Ibel ilfil pada Ammar karena tingkah laku adik-adiknya.

"Maaf ya, Nak Ibel. Adik-adik ammar memang seperti itu." ujar Bu Aini yang melihat ke arah Ibel.

"Tidak apa-apa, Tante. Ibel sudah banyak tau tentang Sadha, Dhana dan Dhina dari Mas Ammar. Mas Ammar banyak cerita tentang mereka. Jadi Tante tidak perlu minta maaf." jawab Ibel yang menghampiri Bu Aini dan meraih tangan Bu Aini.

"Oh begitu, ya. Anak-anak Tante memang sudah dewasa tapi kalau sama keluarga tetap seperti anak-anak." ujar Bu Aini yang tertawa kecil dan Ibel pun demikian sambil menganggukan kepalanya.

Kini mereka pun sudah tiba di dalam villa yang mereka sewa tadi. Di villa itu terdapat ruang tamu, dapur, dan empat buah kamar yang sudah ada kamar mandinya. Bu Aini menyuruh Pak Aidi, Ibel dan Dhana untuk istirahat di kamar mereka masing-masing.

Ada empat buah kamar, satu kamar untuk Pak Aidi dan Bu Aini, satu kamar untuk Ibel dan Dhina, satu kamar untuk Ammar dan Sadha, dan satu lagi untuk Dhana. Villa itu hanya sebagai tempat istirahat sementara bagi mereka untuk hari ini. Selama mereka menikmati liburan.

***

Sementara semuanya istirahat, Ammar yang berjalan menuju mobil pun sedang berusaha membangunkan kedua adiknya dan mengambil sesuatu.

"Ya ampun, enak sekali tidur mereka."

Ammar yang sudah sampai di mobil lagi pun tersenyum simpul dengan pemandangan yang ia lihat di dalam mobil sambil membuka pintu mobil.

"Sadha... Adek... bangun! Kita sudah sampai. Ayo masuk ke villa, tidurnya di villa saja, jangan di sini." ujar Ammar seraya membangunkan keduanya.

"Mas ammar... Iya, Mas. Ini sudah bangun." jawab Sadha yang kembali terbangun karena mendengar suara Ammar.

Melihat Sadha yang bangun, Ammar pun memilih untuk mengambil sesuatu yang tertinggal di dalam dashboard mobilnya. Sementara Sadha berusaha membangunkan Dhina.

"Adek... bangun Dek. Ayo pindah ke dalam. Panas tidur di sini, Dek." ujar Sadha yang berusaha membangunkan Dhina yang masih bersandar di bahunya.

"Adek... bangun. Si Adek susah sekali bangunnya. Tidak biasanya dia seperti ini." timpal Ammar yang masih membangunkan Dhina seraya menepuk kecil pipi cubby adik perempuannya itu.

"Kita angkat saja, Mas. Sepertinya dia kelelahan." jawab Sadha yang berusaha menggeser bahunya agar bisa mengangkat Dhina.

Saat Sadha hendak turun dan mengangkat Dhina, tiba-tiba Dhina terbangun karena merasakan ada yang mengangkat tubuhnya.

"Mas Sadha... Mas sedang apa?" ujar Dhina yang terbangun sambil mengucek matanya dan berusaha duduk dipangkuan Sadha.

"Mas ingin membawa Adek, biar bisa pindah ke dalam sana." jawab Sadha yang mendudukan Dhina di kursi mobil sedangkan ia berpindah dan berdiri di luar.

"Adek sekarang susah sekali dibangunkan. Biasanya tidak pernah susah bangun. Adek kenapa? Capek ya Sayang?" timpal Ammar yang menghampiri kedua adiknya itu.

"Tidak apa-apa, Mas. Adek hanya mengantuk saja." jawab Dhina sambil mengambil boneka miliknya.

"Adek sakit?" tanya Sadha sambil meraba kening adik perempuannya itu.

Dhina tersentak mendengar pertanyaan Sadha. Ia kembali teringat akan kejadian tadi malam.

"T-tidak Mas. Adek tidak apa-apa, Adek hanya mengantuk saja." jawab Dhina yang berusaha meyakinkan Sadha dan Ammar.

"Adek yakin tidak apa-apa? Kalau Adek tidak enak badan bilang ya. Jangan ditutupi!" ujar Ammar seraya menyambut tangan Dhina dan turun dari mobil.

"Adek yakin, Mas. Ya sudah, ayo kita masuk. Nanti Ibu sama Ayah mencari kita." jawab Dhina seraya menarik kedua tangan masnya itu.

Dhina yang berjalan di depan Ammar dan Sadha merasa lega karena kedua masnya itu tidak curiga dengan kondisinya saat ini. Sebenarnya ia merasa kalau tubuhnya itu sangat lelah dan hal itu yang membuat Dhina jadi tertidur pulas.

Ammar dan Sadha yang berjalan di belakang Dhina pun saling pandang melihat sikap adik perempuan mereka yang cukup aneh. Mereka sangat tau kebiasaan adik perempuannya itu. Dhina tidak pernah susah bangun tidur. Tapi kejadian tadi pagi saat akan salat subuh, Dhina juga telat bangun dan kejadian serupa terjadi lagi saat ini. Ammar dan Sadha menjadi heran dan cemas karena sikap Dhina yang tertutup dan tidak jujur dengan apa yang sedang ia hadapi.

Setelah sampai di villa, Pak Aidi melihat ketiga anaknya masuk bersamaan dan menyapa mereka.

"Adek sama Sadha sudah bangun?" ujar Pak Aidi yang sedang menyeruput kopi panas di ruang tamu.

"Maaf Ayah. Adek sama Mas Sadha ketiduran, jadi tidak sadar kalau sudah sampai." jawab Dhina sambil duduk di samping Pak Aidi dan memeluk ayahnya itu.

"Ammar... lebih baik kamu istirahat dulu. Ini masih pagi sekali kalau ingin jalan-jalan. Kamu pasti lelah habis mengemudi. Kita semua istirahat dulu. Setelah itu, kita jalan-jalan." ujar Pak Aidi pada Ammar seraya membalas pelukan Dhina.

"Ya sudah, Ammar istirahat dulu ya, Yah." jawab Ammar yang menatap ke arah Dhina sebelum pergi.

Ammar pun berusaha mencari jawaban dari rasa herannya itu di mata Dhina. Namun Dhina tidak berani untuk menatap mata mas sulungnya itu dan memilih untuk menunduk. Melihat itu, Ammar menghela nafas panjang lalu pergi ke kamarnya.

"Dhana di mana Ayah?" tanya Sadha yang duduk di samping Pak Aidi dan ingin menonton TV.

"Di kamar, Nak." jawab Pak Aidi yang asyik menyaksikan TV.

"Ayah... kamar Kak Ibel yang mana? Adek ingin mengobrol sama dia. Adek itu sepertinya pernah melihat Kak Ibel. Tapi Adek lupa." ujar Dhina pada Pak Aidi dan Sadha yang sedang asyik nonton.

"Itu kamar kamu juga, Sayang. Itu kamarnya di samping kamar Dhana." jawab sang ayah sambil menunjuk kamar di samping kamar Dhana.

"Adek ke sana dulu ya, Yah." ucap Dhina sambil berdiri kemudian pergi ke kamar Ibel.

Dengan semangat Dhina pun menuju ke kamar Ibel karena ia penasaran dengan sosok wanita itu. Setelah sampai di depan kamar Ibel yang sedikit terbuka, Dhina melihat ada Ammar yang sedang mengobrol juga dengan Ibel di dalam sana. Ternyata Ammar tidak pergi ke kamarnya, melainkan ke kamar Ibel.

Sebelum masuk, Dhina mengetuk pintu kamar Ibel terlebih dahulu. Mendengar suara ketukan pintu, Ibel pun melihat ke arah luar dan ada Dhina di depan kamarnya. Lalu Ibel menyuruh Dhina masuk ke kamarnya.

"Adek... Sini masuk! Ada Mas Ammar juga kok." ujar Ibel yang memanggil Dhina dengan sebutan 'adek' untuk pertama kalinya sambil menatap ke arah Dhina.

"Adek menganggu ya Kak?" tanya Dhina yang masuk dengan ragu lalu menoleh ke Ibel dan Ammar secara bergantian.

"Tidak mengganggu sama sekali, Sayang. Kakak senang sekali kalau bisa mengobrol sama Adek. Kakak ingin mendengar cerita Adek. Ayo sini duduk!" jawab Ibel yang berdiri dan berjalan ke arah Dhina sambil menarik tangan Dhina.

"Iya, terima kasih Kak. Maaf ya Mas, Adek jadi menganggu kencannya Mas Ammar sama Kak Ibel." ujar Dhina pada Ammar sambil tertawa dan melirik ke arah Ibel.

"Kencan apaan sih Dek? Mas hanya bicara masalah kerja besok sama Ibel. Besok kita sama-sama dinas siang, bedanya Mas sampai sore, sedangkan Ibel sampai malam." jawab Ammar yang berpindah duduk ke sebelah Dhina.

"Oh, begitu. Bagus dong berarti kalau Mas dan Kakak dinas siang. Lagi pula kita pulangnya nanti malam." ujar Dhina sambil meraih tangan Ammar dan Ibel yang berada di sebelah kiri dan kanannya.

"Adek kenapa ke sini? Jangan bilang mau kepo sama Mas sama Ibel ya." ujar Ammar seraya mencubit hidung mancung adiknya.

"Mas PD sekali sih. Adek bukan tipe orang yang kepo. Memang Mas Ammar! Adek ke sini mau bertanya sesuatu sama Kak Ibel." jawab Dhina yang mencubit pinggang Ammar dan membuat Ibel penasaran.

"Mau bertanya apa cantik? Kakak jadi penasaran." tanya Ibel dengan wajahnya yang penasaran.

"Adek sepertinya pernah melihat Kakak. Tapi Adek lupa di mana." jawab Dhina sambil meraih tangan Ibel dan membuat Ibel jadi bingung.

"Dalam mimpi mungkin, Dek." timpal Ammar yang asal bicara sambil asyik bermain dengan ponselnya.

Mendengar jawaban Ammar membuat Dhina jengah hingga membuat Ibel menjadi gemas dengan tingkah Dhina.

"Sudah, Mas Ammar tidak usah didengarkan. Memang Adek pernah melihat Kakak di mana? Sepertinya Kakak belum pernah bertemu Adek secara langsung." tanya Ibel yang berusaha mengingat apakah ia pernah bertemu Dhina.

"Di mana ya Kak? Adek belum ingat." jawab Dhina sambil mengacak kepalanya sendiri berharap dengan begitu ia bisa langsung ingat.

Ibel yang melihat tingkah Dhina hanya bisa tersenyum lalu beranjak untuk mengambil sesuatu yang ada di dalam tasnya. Ibel pun mengambil sebuah mainan kunci yang lucu dan berniat memberikannya pada Dhina. Saat Ibel sedang membuka tasnya, tiba-tiba Dhana datang dari kamar sebelah.

"Pantas saja berisik sekali dari kamar sebelah, ternyata banyak orang di kamar Kak Ibel." ujar Dhana yang berjalan lalu duduk di sebelah Dhina.

"Kamu terganggu ya, Dhana. Maaf ya, kita hanya mengobrol tapi ada bercanda juga sih." jawab Ibel yang kembali duduk di dekat Dhina.

"Tidak, Kak. Semua aman terkendali. Lagi pula Dhana sedang tidak tidur. Hanya main hp saja sejak tadi." jawab Dhana sambil merapihkan rambutnya yang berantakan.

"Syukurlah. Adek... ini Kakak ada sesuatu untuk Adek." ujar Ibel yang memberikan sebuah mainan kunci lucu pada Dhina.

"Lucu sekali Kak. Terima kasih ya, Kak." jawab Dhina yang senang mendapat mainan kunci lucu dari Ibel sambil memeluk Ibel untuk pertama kali.

"Untuk Adek saja Kak? Untuk Dhana mana?" timpal Dhana yang cemburu karena hanya Dhina yang mendapat mainan itu.

"Untuk Dhana dan Sadha juga ada. Tunggu sebentar ya." jawab Ibel yang berdiri dan mengambil sesuatu untuk Dhana dan Sadha.

Saat Ibel melepas pelukannya dari Dhina, Dhina pun menatap kembali hadiah kecil yang diberikan Ibel padanya. Saat asyik menatap mainan itu, tiba-tiba Dhina teringat sesuatu yang berhubungan dengan mainan itu dan bertanya pada Ibel. Ibel pun kembali setelah mengambil sesuatu untuk Dhana.

"Ini gelang untuk Dhana dan ini untuk Sadha. Oh iya, Sadha di mana?" ujar Ibel yang memberikan gelang pada Dhana.

"Manis sekali warnanya. Terima kasih Kak. Mas Sadha... Mas Sadha sedang di ruang tamu, Kak." jawab Dhana yang senang lalu menoleh ke arah luar kamar.

Ibel pun hanya tersenyum dan menganggukan kepalanya setelah melihat ke arah ruang tamu.

"Kak... kalau boleh tau, Kakak beli mainan ini di mana Kak?" ujar Dhina yang memandang mainan barunya itu.

"Kakak tidak membelinya, Dek. Itu salah satu hadiah yang Kakak kasih pada peserta, saat ada seminar di salah satu kampus di Sumatera satu tahun yang lalu. Kakak menyisihkan satu untuk Adek." jelas Ibel yang membuat Dhina mengangkat kepalanya.

"Seminar? Di Sumatera? 1 tahun yang lalu?" tanya Dhina yang bertubi-tubi dan merasa heran karena merasa tidak asing dengan acara itu.

Ibel hanya mengangguk dan ikut merasa heran dengan pertanyaan Dhina.

"Seminar apa Kak? Di kampus mana?" tanya Dhina lagi seraya menatap ke arah Ibel.

"Saat itu ada seminar di kampus A. Seminar tentang kesehatan sistem reproduksi manusia." jawab Ibel yang heran dengan Dhina.

Mendengar jawaban Ibel, membuat Dhina teringat saat itu ia juga pernah menghadiri sebuah seminar di kampusnya. Acara seminar itu sama dengan seminar yang dikatakan oleh Ibel. Bahkan saat itu, Dhina pernah meminta kontak presenter di acara itu secara langsung. Namun karena lupa bertanya namanya, akhirnya Dhina menyimpan nomor itu tanpa membuat nama aslinya.

"Kak Ibel ingat tidak, setelah seminar selesai ada seorang mahasiswi yang mengejar Kakak dan minta kontak whatsapp Kakak." ujar Dhina.

Ibel yang heran sekaligus bingung pun hanya mengangkat kedua bahunya tanda tidak ingat dan tidak tau.

"Kak, Kak, boleh minta kontak whatsapp-nya Kak?" ujar Dhina yang mempraktekan bahwa dirinya adalah mahasiswi itu.

"Oh, kakak ingat. Dia sampai sekarang masih chat dengan Kakak. Dia pernah bertanya obat sakit perut saat datang bulan karena ada temannya yang sakit perut saat itu. Dia selalu memanggil Kakak, dengan sebutan Kak cantik." jelas Ibel yang melihat Dhina dan berusaha mengingat-ingat.

Saat Ibel menjelaskan itu pada Dhina, tiba-tiba Ibel teringat dengan kata-kata Dhina saat mempraktekan perkataan mahasiswi yang meminta kontak whatsapp-nya itu. Lalu...

"Jadi mahasiswi itu Adek?" ujar Ibel yang melebarkan kedua matanya dan memegang bahu Dhina.

"Jadi Kakak cantik itu Kak Ibel. Ya ampun, Adek tidak sadar. Padahal nama Kakak sudah sangat jelas saat Mas Ammar memperkenalkan Kakak ke kita semua." ujar Dhina yang tidak menyangka kalau presenter cantik itu adalah Ibel, sahabat Ammar.

Ibel dan Dhina saling terperangah saat kedua wanita itu sadar kalau ternyata mereka pernah bertemu sebelumnya.

"Saat seminar itu, Adek datang telat dan Adek tidak pernah sadar dengan nama Kakak. Akhirnya, kita ketemu juga ya Kak." ujar Dhina sambil meraih tangan Ibel.

"Ternyata kita sudah saling kenal ya, Dek. Tapi kita sama-sama tidak sadar kalau kita sudah dekat sebenarnya." jawab Ibel yang senang karena bertemu dengan Dhina yang ternyata sering menghubunginya lewat whatsapp.

"Adek baru sadar saat lihat mainan kunci ini karena Adek juga punya mainan ini, Kak. Adek mendapatkan mainan ini juga dari seminar itu." ujar Dhina yang tersenyum lebar karena senang bisa bertemu dengan Ibel.

Ibel pun memeluk Dhina dengan erat. Kini rasa penasaran mereka selama ini sudah terbayarkan saat mereka liburan bersama. Ammar dan Dhana yang sejak tadi asyik main game di ponsel hanya tertegun melihat dan mendengar penjelasan keduanya. Ammar merasa senang ternyata adik perempuannya sudah mengenali teman dekatnya itu.

.

.

.

.

.

Happy Reading All❤️❤️❤️

Terpopuler

Comments

coni

coni

Kak Dina jangan kasih Dhina sakit yg berat² Thor kesian. kasih flu aja udah cukup 🥺🥺🥺

2021-04-23

0

Nofi Kahza

Nofi Kahza

ya ampun..dhina jngn sakit dong. sekali sakit, tp yg ringan2 saja ya..🥺

kak dina gk kasih visual ya? q penasaran🤣

2021-03-07

1

zien

zien

aku hadir disini dan memberimu like 😘❤️

jangan lupa mampir di novelku JODOHKU YANG LUAR BIASA 🙏😘

semoga sukses selalu buat kamu 👍😀

2021-03-06

1

lihat semua
Episodes
1 Pengenalan Tokoh
2 Episode 1 ~ Cemberut Pagi
3 Episode 2 ~ Dhana Bad Mood
4 Episode 3 ~ Rencana Ibu
5 Episode 4 ~ Rencana Ibu (2)
6 Episode 5 ~ Prank untuk Para Mas
7 Episode 6 ~ On The Way Puncak
8 Episode 7 ~ Mulai Aneh
9 Episode 8 ~ Awal Kesedihan
10 Episode 9 ~ Kecurigaan Ammar
11 Episode 10 ~ Kekhawatiran Sadha
12 Episode 11 ~ Tisu Berdarah
13 Episode 12 ~ Rumah Sakit vs Kantor
14 Episode 13 ~ Kepanikan Dhana
15 Episode 14 ~ Ketidakpekaan Dhina
16 Episode 15 ~ Emosi Tingkat Dewa
17 Episode 16 ~ Diagnosis Mengerikan
18 Episode 17 ~ Kecewa
19 Episode 18 ~ Kenyataan Pahit
20 Episode 19 ~ Adek itu Penerang Hidup Kita!
21 Episode 20 ~ Ingin Jagung Bakar
22 Episode 21 ~ Diganggu Preman
23 Episode 22 ~ Foundation
24 Episode 23 ~ Acara di Kantor Ayah
25 Episode 24 ~ Pertengkaran berakhir Fatal
26 Episode 25 ~ Masuk Rumah Sakit
27 Episode 26 ~ Kondisi Dhina
28 Episode 27 ~ Utang Penjelasan
29 Episode 28 ~ Terpukul
30 Episode 29 ~ Hilang
31 Episode 30 ~ Ikatan Bathin Dhana dan Dhina
32 Episode 31 ~ Minta Maaf
33 Episode 32 ~ Berjodoh?
34 Epidode 33 ~ Mimpi Buruk
35 Episode 34 ~ Boleh Pulang
36 Episode 35 ~ Ngungsi dan Curhat
37 Episode 36 ~ Memar Lagi
38 Episode 37 ~ Balas Dendam
39 Episode 38 ~ Tamu Pagi Hari
40 Episode 39 ~ Tamu Tak Diundang
41 Episode 40 ~ Mobil Merah Mencurigakan
42 Episode 41 ~ Selalu Kepikiran
43 Episode 42 ~ Makan Malam Bersama
44 Episode 43 ~ Kedatangan Vanny
45 Episode 44 ~ Berenang
46 Episode 45 ~ Tenggelam
47 Episode 46 ~ Incaran Pertama
48 Episode 47 ~ Teror Dimulai!!!
49 Episode 48 ~ Introgasi
50 Episode 49 ~ Sepemikiran
51 Episode 50 ~ Demam Tinggi
52 Episode 51 ~ Ibu Murka
53 Episode 52 ~ Kejutan
54 Episode 53 ~ Rasa Penasaran Imam
55 Episode 54 ~ Topeng Hantu
56 Episode 55 ~ Hari Bersejarah
57 Episode 56 ~ Mobil Merah Itu Lagi?
58 Episode 57 ~ Datang ke Rumah Ibel
59 Episode 58 ~ Mengungkapkan Perasaan
60 Episode 59 ~ Berangkat Keluar Kota
61 Episode 60 ~ Rahasia Masa Lalu
62 Episode 61 ~ Air Mata Kesedihan
63 Episode 62 ~ Jatuh Korban Lagi
64 Episode 63 ~ Mengetahui sesuatu
65 Episode 64 ~ Musuh Dalam Selimut
66 Episode 65 ~ Masa Lalu Terbongkar
67 Episode 66 ~ Kemoterapi
68 Episode 67 ~ Kembali ke Jakarta
69 Episode 68 ~ Kekesalan Imam
70 Episode 69 ~ Mencari Tau
71 Episode 70 ~ Harus Merelakan Mahkota Hitam
72 Episode 71 ~ Botak Bersama
73 Episode 72 ~ Kembali ke Cafe itu
74 Episode 73 ~ Rekaman CCTV
75 Episode 74 ~ Muntah-muntah
76 Episode 75 ~ Karyawati Baru
77 Episode 76 ~ Barang Bukti
78 Episode 77 ~ Hari Ulang Tahun Ayah
79 Episode 78 ~ Orang Asing
80 Episode 79 ~ Merubah Rencana
81 Episode 80 ~ Gelisah
82 Episode 81 ~ Kebakaran Besar
83 Episode 82 ~ Usaha Penyelamatan
84 Episode 83 ~ Bertanggung Jawab
85 Episode 84 ~ Niat Busuk Mira Sebenarnya
86 Episode 85 ~ Trauma dan Syok
87 Episode 86 ~ Mata Sembap
88 Episode 87 ~ Penyelidikan
89 Episode 88 ~ Keraguan Hati Rezky
90 Episode 89 ~ Jalan Menuju Kebenaran
91 Episode 90 ~ Obat Asing
92 Episode 91 ~ Kecelakaan Maut
93 Episode 92 ~ Kebenaran Dugaan Uci
94 Episode 93 ~ Stadium Tiga
95 Episode 94 ~ Hari Yang Melelahkan
96 Episode 95 ~ Jalan-jalan di Mall
97 Episode 96 ~ Rakha???
98 Episode 97 ~ Janji Dhina
99 Episode 98 ~ Dihadang Komplotan Begal
100 Episode 99 ~ Permintaan Dhina
101 Episode 100 ~ Silsilah Keluarga
102 Episode 101 ~ Melepas Rindu
103 Episode 102 ~ Tidak Ingin Menjadi Penghalang
104 Episode 103 ~ Phobia Kata Mati
105 Episode 104 ~ Semakin Sakit
106 Episode 105 ~ Perihal Jam Tangan
107 Episode 106 ~ Rezky Masih Hidup???
108 Episode 107 ~ Kebenaran Sesungguhnya
109 Episode 108 ~ Tidak Tega
110 Episode 109 ~ Dua Kemungkinan Buruk
111 Episode 110 ~ Menuruti Permintaan Dhina
112 Episode 111 ~ Kuatkan lah Adikku...
113 Episode 112 ~ Harus Kuat dan Tegar
114 Episode 113 ~ Bertemu Kakek dan Nenek
115 Episode 114 ~ Racauan Saudara Kembar
116 Episode 115 ~ Komunikasi Bathin
117 Episode 116 ~ Setitik Kebahagiaan
118 Episode 117 ~ Penyesalan Rezky
119 Episode 118 ~ Ide Konyol Dhana
120 Episode 119 ~ Hasil Tes Laboratorium
121 Visual
122 Episode 120 ~ Salam Dari Surga Untuk Mas
123 Episode 121 ~ Misteri Wanita Pincang
124 Episode 122 ~ Meminta Bantuan
125 Episode 123 ~ Ketakutan Ayah
126 Episode 124 ~ Perasaan Ibel Tidak Enak
127 Episode 125 ~ Si Kembar Sakit Berjama'ah
128 Episode 126 ~ Tes Mendadak
129 Episode 127 ~ Rasa itu Telah Hilang
130 Episode 128 ~ Aku Mencintaimu, Dhina...
131 Episode 129 ~ Kabar Baik Dibalik Air Mata
132 Episode 130 ~ Operasi Sumsum Tulang
133 Episode 131 ~ Rasa Syukur Tak Terhingga
134 Episode 132 ~ Teringat Janji Mas Ammar
135 Episode 133 ~ Kebahagiaan Ibel
136 Episode 134 ~ Aksi Penembakan Keji
137 Episode 135 ~ Rasa Yang Datang Terlambat
138 Episode 136 ~ Diantar Kakak Misterius
139 Episode 137 ~ Surat Rumah Sakit
140 Episode 138 ~ Masih Menjadi Teka-Teki
141 Episode 139 ~ Acara Reuni Kampus
142 Episode 140 ~ Aksi Brutal Pria Hitam
143 Episode 141 ~ Pengakuan Pilu Rezky
144 Episode 142 ~ Berusaha Menjelaskan
145 Episode 143 ~ Mereka Butuh Waktu, Dek...
146 Episode 144 ~ Berusaha Membuang Ego
147 Episode 145 ~ Rumah Itu Menyeramkan
148 Episode 146 ~ Disekap Wanita Pincang
149 Episode 147 ~ Mira Telah Kembali
150 Episode 148 ~ Kegilaan Mira
151 Episode 149 ~ Situasi Yang Sulit
152 Episode 150 ~ Kehendak Tuhan
153 Episode 151 ~ Selamat Jalan Kak Rezky...
154 Episode 152 ~ Kenangan Manis
155 Episode 153 ~ Tetap Waspada
156 Episode 154 ~ Dijodohkan???
157 Episode 155 ~ Mati Satu Tumbuh Seribu
158 Episode 156 ~ Bisa Merasakan
159 Episode 157 ~ Malam Pengajian
160 Episode 158 ~ Cara Yang Tak Sama
161 Episode 159 ~ Bucin
162 Episode 160 ~ Pasrah Tapi Penasaran
163 Episode 161 ~ First Kiss
164 Episode 162 ~ Baru Menyadari
165 Episode 163 ~ Balapan
166 Episode 164 ~ Si Kembar Dalam Bahaya
167 Episode 165 ~ Selamat Dari Maut
168 Episode 166 ~ Masalah Lama
169 Episode 167 ~ Berita Bahagia
170 Episode 168 ~ Isi Hati Adik Perempuan
171 Episode 169 ~ Hadiah Kecil Untuk Dhina
172 Episode 170 ~ Labil
173 Episode 171 ~ Tindakan Ayah
174 Episode 172 ~ Pengakuan Preman Sialan
175 Episode 173 ~ Belanja Bulanan
176 Episode 174 ~ Kasih Sayang Kakak Ipar
177 Episode 175 ~ Komplikasi
178 Episode 176 ~ Adikku Sayang Adikku Malang
179 Episode 177 ~ Perang Bathin
180 Episode 178 ~ Terpaksa Berbohong
181 Episode 179 ~ Cuci Darah
182 Episode 180 ~ Dasar Mesum
183 Episode 181 ~ Berbohong Lagi
184 Episode 182 ~ Seperti Fast And Furious
185 Episode 183 ~ Bukan Peduli
186 Episode 184 ~ Botol Minum
187 Episode 185 ~ Menceritakan Kronologi
188 Episode 186 ~ Hinaan Yang Kejam
189 Episode 187 ~ Hukuman Tetap Berlaku
190 Episode 188 ~ Tidak Ingin Mengorbankan
191 Episode 189 ~ Air Mata Si Kembar
192 Episode 190 ~ Su'udzon Pada Si Kembar
193 Episode 191 ~ Firasat Mulai Muncul
194 Episode 192 ~ Terhalang Restu
195 Episode 193 ~ Mengantar Undangan
196 Episode 194 ~ Siksaan Penjara
197 Episode 195 ~ Mengunjungi Mira
198 Episode 196 ~ Jambret Nakal
199 Episode 197 ~ Bertemu Umi
200 Episode 198 ~ Tangis Jatuh Ke Dalam
201 Episode 199 ~ Firasat Buruk Umi
202 Episode 200 ~ Tanda-Tanda
203 Episode 201 ~ Hari Persiapan
204 Episode 202 ~ Kenangan Masa Kecil
205 Episode 203 ~ Firasat Paman dan Bibi
206 Episode 204 ~ Diam-Diam Cinta
207 Episode 205 ~ Firasat Dhana
208 Episode 206 ~ Dua Amplop Putih
209 Episode 207 ~ Pagi Yang Sibuk
210 Episode 208 ~ Akad Nikah
211 Episode 209 ~ Menjelang Resepsi
212 Episode 210 ~ Menunggu Kabar
213 Episode 211 ~ Tangis Pilu Keluarga
214 Episode 212 ~ Permintaan Terakhir Adek
215 Episode 213 ~ Tuhan Lebih Sayang Adek
216 Episode 214 ~ Bahagia Berselimut Duka
217 Episode 215 ~ Untuk Yang Terakhir Kali
218 Episode 216 ~ Tenanglah Di Sana, Sayang...
219 Episode 217 ~ Surat Terakhir Adek
220 Episode 218 ~ Permintaan Maaf Mira
221 Episode 219 ~ Salam Perpisahan
222 Surat Cinta Author dan Dhina
223 Boneps 1 ~ Serupa Tapi Tak Sama
224 Boneps 2 ~ Antara Kasihan dan Cinta
225 Boneps 3 ~ Masih Terbalut Duka
226 Boneps 4 ~ Bukan Halusinasi
227 Boneps 5 ~ Cerita Pilu Seorang Mala
228 Boneps 6 ~ Menantikan Jawaban
229 Boneps 7 ~ Penerang itu Seakan Kembali
230 Boneps 8 ~ Berbeda Dunia
231 Boneps 9 ~ Harus Benar-benar Pergi
232 Boneps 10 ~ Selamat Tinggal (Ending)
233 Pengumuman Novel Baru
234 Pemberitahuan Novel Sekuel
235 Novel Sekuel Sudah Rilis
Episodes

Updated 235 Episodes

1
Pengenalan Tokoh
2
Episode 1 ~ Cemberut Pagi
3
Episode 2 ~ Dhana Bad Mood
4
Episode 3 ~ Rencana Ibu
5
Episode 4 ~ Rencana Ibu (2)
6
Episode 5 ~ Prank untuk Para Mas
7
Episode 6 ~ On The Way Puncak
8
Episode 7 ~ Mulai Aneh
9
Episode 8 ~ Awal Kesedihan
10
Episode 9 ~ Kecurigaan Ammar
11
Episode 10 ~ Kekhawatiran Sadha
12
Episode 11 ~ Tisu Berdarah
13
Episode 12 ~ Rumah Sakit vs Kantor
14
Episode 13 ~ Kepanikan Dhana
15
Episode 14 ~ Ketidakpekaan Dhina
16
Episode 15 ~ Emosi Tingkat Dewa
17
Episode 16 ~ Diagnosis Mengerikan
18
Episode 17 ~ Kecewa
19
Episode 18 ~ Kenyataan Pahit
20
Episode 19 ~ Adek itu Penerang Hidup Kita!
21
Episode 20 ~ Ingin Jagung Bakar
22
Episode 21 ~ Diganggu Preman
23
Episode 22 ~ Foundation
24
Episode 23 ~ Acara di Kantor Ayah
25
Episode 24 ~ Pertengkaran berakhir Fatal
26
Episode 25 ~ Masuk Rumah Sakit
27
Episode 26 ~ Kondisi Dhina
28
Episode 27 ~ Utang Penjelasan
29
Episode 28 ~ Terpukul
30
Episode 29 ~ Hilang
31
Episode 30 ~ Ikatan Bathin Dhana dan Dhina
32
Episode 31 ~ Minta Maaf
33
Episode 32 ~ Berjodoh?
34
Epidode 33 ~ Mimpi Buruk
35
Episode 34 ~ Boleh Pulang
36
Episode 35 ~ Ngungsi dan Curhat
37
Episode 36 ~ Memar Lagi
38
Episode 37 ~ Balas Dendam
39
Episode 38 ~ Tamu Pagi Hari
40
Episode 39 ~ Tamu Tak Diundang
41
Episode 40 ~ Mobil Merah Mencurigakan
42
Episode 41 ~ Selalu Kepikiran
43
Episode 42 ~ Makan Malam Bersama
44
Episode 43 ~ Kedatangan Vanny
45
Episode 44 ~ Berenang
46
Episode 45 ~ Tenggelam
47
Episode 46 ~ Incaran Pertama
48
Episode 47 ~ Teror Dimulai!!!
49
Episode 48 ~ Introgasi
50
Episode 49 ~ Sepemikiran
51
Episode 50 ~ Demam Tinggi
52
Episode 51 ~ Ibu Murka
53
Episode 52 ~ Kejutan
54
Episode 53 ~ Rasa Penasaran Imam
55
Episode 54 ~ Topeng Hantu
56
Episode 55 ~ Hari Bersejarah
57
Episode 56 ~ Mobil Merah Itu Lagi?
58
Episode 57 ~ Datang ke Rumah Ibel
59
Episode 58 ~ Mengungkapkan Perasaan
60
Episode 59 ~ Berangkat Keluar Kota
61
Episode 60 ~ Rahasia Masa Lalu
62
Episode 61 ~ Air Mata Kesedihan
63
Episode 62 ~ Jatuh Korban Lagi
64
Episode 63 ~ Mengetahui sesuatu
65
Episode 64 ~ Musuh Dalam Selimut
66
Episode 65 ~ Masa Lalu Terbongkar
67
Episode 66 ~ Kemoterapi
68
Episode 67 ~ Kembali ke Jakarta
69
Episode 68 ~ Kekesalan Imam
70
Episode 69 ~ Mencari Tau
71
Episode 70 ~ Harus Merelakan Mahkota Hitam
72
Episode 71 ~ Botak Bersama
73
Episode 72 ~ Kembali ke Cafe itu
74
Episode 73 ~ Rekaman CCTV
75
Episode 74 ~ Muntah-muntah
76
Episode 75 ~ Karyawati Baru
77
Episode 76 ~ Barang Bukti
78
Episode 77 ~ Hari Ulang Tahun Ayah
79
Episode 78 ~ Orang Asing
80
Episode 79 ~ Merubah Rencana
81
Episode 80 ~ Gelisah
82
Episode 81 ~ Kebakaran Besar
83
Episode 82 ~ Usaha Penyelamatan
84
Episode 83 ~ Bertanggung Jawab
85
Episode 84 ~ Niat Busuk Mira Sebenarnya
86
Episode 85 ~ Trauma dan Syok
87
Episode 86 ~ Mata Sembap
88
Episode 87 ~ Penyelidikan
89
Episode 88 ~ Keraguan Hati Rezky
90
Episode 89 ~ Jalan Menuju Kebenaran
91
Episode 90 ~ Obat Asing
92
Episode 91 ~ Kecelakaan Maut
93
Episode 92 ~ Kebenaran Dugaan Uci
94
Episode 93 ~ Stadium Tiga
95
Episode 94 ~ Hari Yang Melelahkan
96
Episode 95 ~ Jalan-jalan di Mall
97
Episode 96 ~ Rakha???
98
Episode 97 ~ Janji Dhina
99
Episode 98 ~ Dihadang Komplotan Begal
100
Episode 99 ~ Permintaan Dhina
101
Episode 100 ~ Silsilah Keluarga
102
Episode 101 ~ Melepas Rindu
103
Episode 102 ~ Tidak Ingin Menjadi Penghalang
104
Episode 103 ~ Phobia Kata Mati
105
Episode 104 ~ Semakin Sakit
106
Episode 105 ~ Perihal Jam Tangan
107
Episode 106 ~ Rezky Masih Hidup???
108
Episode 107 ~ Kebenaran Sesungguhnya
109
Episode 108 ~ Tidak Tega
110
Episode 109 ~ Dua Kemungkinan Buruk
111
Episode 110 ~ Menuruti Permintaan Dhina
112
Episode 111 ~ Kuatkan lah Adikku...
113
Episode 112 ~ Harus Kuat dan Tegar
114
Episode 113 ~ Bertemu Kakek dan Nenek
115
Episode 114 ~ Racauan Saudara Kembar
116
Episode 115 ~ Komunikasi Bathin
117
Episode 116 ~ Setitik Kebahagiaan
118
Episode 117 ~ Penyesalan Rezky
119
Episode 118 ~ Ide Konyol Dhana
120
Episode 119 ~ Hasil Tes Laboratorium
121
Visual
122
Episode 120 ~ Salam Dari Surga Untuk Mas
123
Episode 121 ~ Misteri Wanita Pincang
124
Episode 122 ~ Meminta Bantuan
125
Episode 123 ~ Ketakutan Ayah
126
Episode 124 ~ Perasaan Ibel Tidak Enak
127
Episode 125 ~ Si Kembar Sakit Berjama'ah
128
Episode 126 ~ Tes Mendadak
129
Episode 127 ~ Rasa itu Telah Hilang
130
Episode 128 ~ Aku Mencintaimu, Dhina...
131
Episode 129 ~ Kabar Baik Dibalik Air Mata
132
Episode 130 ~ Operasi Sumsum Tulang
133
Episode 131 ~ Rasa Syukur Tak Terhingga
134
Episode 132 ~ Teringat Janji Mas Ammar
135
Episode 133 ~ Kebahagiaan Ibel
136
Episode 134 ~ Aksi Penembakan Keji
137
Episode 135 ~ Rasa Yang Datang Terlambat
138
Episode 136 ~ Diantar Kakak Misterius
139
Episode 137 ~ Surat Rumah Sakit
140
Episode 138 ~ Masih Menjadi Teka-Teki
141
Episode 139 ~ Acara Reuni Kampus
142
Episode 140 ~ Aksi Brutal Pria Hitam
143
Episode 141 ~ Pengakuan Pilu Rezky
144
Episode 142 ~ Berusaha Menjelaskan
145
Episode 143 ~ Mereka Butuh Waktu, Dek...
146
Episode 144 ~ Berusaha Membuang Ego
147
Episode 145 ~ Rumah Itu Menyeramkan
148
Episode 146 ~ Disekap Wanita Pincang
149
Episode 147 ~ Mira Telah Kembali
150
Episode 148 ~ Kegilaan Mira
151
Episode 149 ~ Situasi Yang Sulit
152
Episode 150 ~ Kehendak Tuhan
153
Episode 151 ~ Selamat Jalan Kak Rezky...
154
Episode 152 ~ Kenangan Manis
155
Episode 153 ~ Tetap Waspada
156
Episode 154 ~ Dijodohkan???
157
Episode 155 ~ Mati Satu Tumbuh Seribu
158
Episode 156 ~ Bisa Merasakan
159
Episode 157 ~ Malam Pengajian
160
Episode 158 ~ Cara Yang Tak Sama
161
Episode 159 ~ Bucin
162
Episode 160 ~ Pasrah Tapi Penasaran
163
Episode 161 ~ First Kiss
164
Episode 162 ~ Baru Menyadari
165
Episode 163 ~ Balapan
166
Episode 164 ~ Si Kembar Dalam Bahaya
167
Episode 165 ~ Selamat Dari Maut
168
Episode 166 ~ Masalah Lama
169
Episode 167 ~ Berita Bahagia
170
Episode 168 ~ Isi Hati Adik Perempuan
171
Episode 169 ~ Hadiah Kecil Untuk Dhina
172
Episode 170 ~ Labil
173
Episode 171 ~ Tindakan Ayah
174
Episode 172 ~ Pengakuan Preman Sialan
175
Episode 173 ~ Belanja Bulanan
176
Episode 174 ~ Kasih Sayang Kakak Ipar
177
Episode 175 ~ Komplikasi
178
Episode 176 ~ Adikku Sayang Adikku Malang
179
Episode 177 ~ Perang Bathin
180
Episode 178 ~ Terpaksa Berbohong
181
Episode 179 ~ Cuci Darah
182
Episode 180 ~ Dasar Mesum
183
Episode 181 ~ Berbohong Lagi
184
Episode 182 ~ Seperti Fast And Furious
185
Episode 183 ~ Bukan Peduli
186
Episode 184 ~ Botol Minum
187
Episode 185 ~ Menceritakan Kronologi
188
Episode 186 ~ Hinaan Yang Kejam
189
Episode 187 ~ Hukuman Tetap Berlaku
190
Episode 188 ~ Tidak Ingin Mengorbankan
191
Episode 189 ~ Air Mata Si Kembar
192
Episode 190 ~ Su'udzon Pada Si Kembar
193
Episode 191 ~ Firasat Mulai Muncul
194
Episode 192 ~ Terhalang Restu
195
Episode 193 ~ Mengantar Undangan
196
Episode 194 ~ Siksaan Penjara
197
Episode 195 ~ Mengunjungi Mira
198
Episode 196 ~ Jambret Nakal
199
Episode 197 ~ Bertemu Umi
200
Episode 198 ~ Tangis Jatuh Ke Dalam
201
Episode 199 ~ Firasat Buruk Umi
202
Episode 200 ~ Tanda-Tanda
203
Episode 201 ~ Hari Persiapan
204
Episode 202 ~ Kenangan Masa Kecil
205
Episode 203 ~ Firasat Paman dan Bibi
206
Episode 204 ~ Diam-Diam Cinta
207
Episode 205 ~ Firasat Dhana
208
Episode 206 ~ Dua Amplop Putih
209
Episode 207 ~ Pagi Yang Sibuk
210
Episode 208 ~ Akad Nikah
211
Episode 209 ~ Menjelang Resepsi
212
Episode 210 ~ Menunggu Kabar
213
Episode 211 ~ Tangis Pilu Keluarga
214
Episode 212 ~ Permintaan Terakhir Adek
215
Episode 213 ~ Tuhan Lebih Sayang Adek
216
Episode 214 ~ Bahagia Berselimut Duka
217
Episode 215 ~ Untuk Yang Terakhir Kali
218
Episode 216 ~ Tenanglah Di Sana, Sayang...
219
Episode 217 ~ Surat Terakhir Adek
220
Episode 218 ~ Permintaan Maaf Mira
221
Episode 219 ~ Salam Perpisahan
222
Surat Cinta Author dan Dhina
223
Boneps 1 ~ Serupa Tapi Tak Sama
224
Boneps 2 ~ Antara Kasihan dan Cinta
225
Boneps 3 ~ Masih Terbalut Duka
226
Boneps 4 ~ Bukan Halusinasi
227
Boneps 5 ~ Cerita Pilu Seorang Mala
228
Boneps 6 ~ Menantikan Jawaban
229
Boneps 7 ~ Penerang itu Seakan Kembali
230
Boneps 8 ~ Berbeda Dunia
231
Boneps 9 ~ Harus Benar-benar Pergi
232
Boneps 10 ~ Selamat Tinggal (Ending)
233
Pengumuman Novel Baru
234
Pemberitahuan Novel Sekuel
235
Novel Sekuel Sudah Rilis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!