...🍀🍀🍀...
Kini keluarga Pak Aidi sudah sampai di puncak. Sementara itu, Ammar sedang berusaha mencari tempat untuk memarkirkan mobilnya. Setelah lama mencari tempat, akhirnya Ammar menemukan tempat parkir yang bagus dan strategis. Dekat dengan sebuah villa dan wahana bermain.
Setelah sampai di tempat parkir, satu per satu dari mereka pun turun dari mobil. Dhina yang sejak tadi tertidur pulas, tidak kunjung bangun karena terlalu nyaman bersandar di bahu Sadha sambil memeluk boneka tedy bear coklat miliknya. Sadha pun ternyata juga ikut tertidur pulas karena melewati perjalanan yang cukup jauh. Melihat itu, Dhana yang berada di samping Dhina pun berusaha membangunkan mereka.
"Adek... Mas Sadha... bangun! Kita sudah sampai." ucap Dhana yang membangunkan keduanya dengan menggoyangkan tubuh mereka secara bergantian.
Sadha dan Dhina yang terlelap masih setia dengan posisi nyaman mereka.
"Adek... Mas... susah sekali sih bangunnya. Enak sekali tidur kalian ya." ujar Dhana lagi yang membangunkan mas dan adik kembarnya itu.
Setelah beberapa kali berusaha membangunkan mereka, akhirnya Sadha yang terbangun duluan melihat ke arah sekitar.
"Sudah sampai ya, Dik. Ayah, Ibu, Mas Ammar dan Kak Ibel mana? Kenapa kita ditinggal?" tanya Sadha yang terbangun sambil mengucek matanya dan melihat ke semua arah.
"Semuanya sudah turun, Mas. Itu mereka sudah di villa. Ayah dan Ibu sedang menyewa villa untuk kita hari ini." jelas Dhana pada Sadha yang bersiap-siap ingin turun.
"Kamu kenapa tidak turun Dhana?" tanya Sadha yang masih mengantuk dan kembali menyandarkan kepalanya ke kepala Dhina yang masih bersandar di bahunya.
"Ini mau turun. Tapi Ibu minta Dhana untuk membangunkan Mas sama Adek. Kalian itu enak sekali sih tidurnya dari tadi tidak bangun-bangun." jawab Dhana yang hendak turun tapi tangannya kembali usil dan mencubit pipi Dhina yang masih pulas.
"Hmmm." ujar Sadha yang kembali memejamkan matanya.
"Dhana turun dulu ya, Mas. Cepat bangun. Ibu, Ayah dan semuanya sudah masuk villa. Nanti kalian menyusul saja." ujar Dhana yang turun dari mobil dan menutup kembali pintu mobil.
Tidak ada jawaban dari Sadha karena ia masih mengantuk dan kembali tertidur. Sedangkan Dhana pergi menyusul orang tua dan masnya ke dalam villa. Melihat Sadha dan Dhina yang tidak ada bersama mereka, Pak Aidi pun bertanya.
"Kenapa Sadha sama Adek tidak ada? Mereka ke mana?" tanya Pak Aidi pada Bu Aini, Ammar dan Ibel.
"Mas Sadha sama Adek masih di mobil, Yah. Tadi Mas Sadha sudah bangun, tapi sepertinya tidur lagi." jawab Dhana yang baru datang dari arah luar.
"Ya sudah, biar Mas yang membangunkan mereka. Ada yang ingin Mas ambil di mobil." timpal Ammar sambil berlalu pergi menuju mobilnya.
Pak Aidi dan Bu Aini yang mengetahui tingkah laku putra putrinya itu membuat mereka merasa tidak enak dengan Ibel. Pak Aidi dan Bu Aini takut Ibel berpikiran lain tentang adik-adiknya Ammar dan membuat Ibel ilfil pada Ammar karena tingkah laku adik-adiknya.
"Maaf ya, Nak Ibel. Adik-adik ammar memang seperti itu." ujar Bu Aini yang melihat ke arah Ibel.
"Tidak apa-apa, Tante. Ibel sudah banyak tau tentang Sadha, Dhana dan Dhina dari Mas Ammar. Mas Ammar banyak cerita tentang mereka. Jadi Tante tidak perlu minta maaf." jawab Ibel yang menghampiri Bu Aini dan meraih tangan Bu Aini.
"Oh begitu, ya. Anak-anak Tante memang sudah dewasa tapi kalau sama keluarga tetap seperti anak-anak." ujar Bu Aini yang tertawa kecil dan Ibel pun demikian sambil menganggukan kepalanya.
Kini mereka pun sudah tiba di dalam villa yang mereka sewa tadi. Di villa itu terdapat ruang tamu, dapur, dan empat buah kamar yang sudah ada kamar mandinya. Bu Aini menyuruh Pak Aidi, Ibel dan Dhana untuk istirahat di kamar mereka masing-masing.
Ada empat buah kamar, satu kamar untuk Pak Aidi dan Bu Aini, satu kamar untuk Ibel dan Dhina, satu kamar untuk Ammar dan Sadha, dan satu lagi untuk Dhana. Villa itu hanya sebagai tempat istirahat sementara bagi mereka untuk hari ini. Selama mereka menikmati liburan.
***
Sementara semuanya istirahat, Ammar yang berjalan menuju mobil pun sedang berusaha membangunkan kedua adiknya dan mengambil sesuatu.
"Ya ampun, enak sekali tidur mereka."
Ammar yang sudah sampai di mobil lagi pun tersenyum simpul dengan pemandangan yang ia lihat di dalam mobil sambil membuka pintu mobil.
"Sadha... Adek... bangun! Kita sudah sampai. Ayo masuk ke villa, tidurnya di villa saja, jangan di sini." ujar Ammar seraya membangunkan keduanya.
"Mas ammar... Iya, Mas. Ini sudah bangun." jawab Sadha yang kembali terbangun karena mendengar suara Ammar.
Melihat Sadha yang bangun, Ammar pun memilih untuk mengambil sesuatu yang tertinggal di dalam dashboard mobilnya. Sementara Sadha berusaha membangunkan Dhina.
"Adek... bangun Dek. Ayo pindah ke dalam. Panas tidur di sini, Dek." ujar Sadha yang berusaha membangunkan Dhina yang masih bersandar di bahunya.
"Adek... bangun. Si Adek susah sekali bangunnya. Tidak biasanya dia seperti ini." timpal Ammar yang masih membangunkan Dhina seraya menepuk kecil pipi cubby adik perempuannya itu.
"Kita angkat saja, Mas. Sepertinya dia kelelahan." jawab Sadha yang berusaha menggeser bahunya agar bisa mengangkat Dhina.
Saat Sadha hendak turun dan mengangkat Dhina, tiba-tiba Dhina terbangun karena merasakan ada yang mengangkat tubuhnya.
"Mas Sadha... Mas sedang apa?" ujar Dhina yang terbangun sambil mengucek matanya dan berusaha duduk dipangkuan Sadha.
"Mas ingin membawa Adek, biar bisa pindah ke dalam sana." jawab Sadha yang mendudukan Dhina di kursi mobil sedangkan ia berpindah dan berdiri di luar.
"Adek sekarang susah sekali dibangunkan. Biasanya tidak pernah susah bangun. Adek kenapa? Capek ya Sayang?" timpal Ammar yang menghampiri kedua adiknya itu.
"Tidak apa-apa, Mas. Adek hanya mengantuk saja." jawab Dhina sambil mengambil boneka miliknya.
"Adek sakit?" tanya Sadha sambil meraba kening adik perempuannya itu.
Dhina tersentak mendengar pertanyaan Sadha. Ia kembali teringat akan kejadian tadi malam.
"T-tidak Mas. Adek tidak apa-apa, Adek hanya mengantuk saja." jawab Dhina yang berusaha meyakinkan Sadha dan Ammar.
"Adek yakin tidak apa-apa? Kalau Adek tidak enak badan bilang ya. Jangan ditutupi!" ujar Ammar seraya menyambut tangan Dhina dan turun dari mobil.
"Adek yakin, Mas. Ya sudah, ayo kita masuk. Nanti Ibu sama Ayah mencari kita." jawab Dhina seraya menarik kedua tangan masnya itu.
Dhina yang berjalan di depan Ammar dan Sadha merasa lega karena kedua masnya itu tidak curiga dengan kondisinya saat ini. Sebenarnya ia merasa kalau tubuhnya itu sangat lelah dan hal itu yang membuat Dhina jadi tertidur pulas.
Ammar dan Sadha yang berjalan di belakang Dhina pun saling pandang melihat sikap adik perempuan mereka yang cukup aneh. Mereka sangat tau kebiasaan adik perempuannya itu. Dhina tidak pernah susah bangun tidur. Tapi kejadian tadi pagi saat akan salat subuh, Dhina juga telat bangun dan kejadian serupa terjadi lagi saat ini. Ammar dan Sadha menjadi heran dan cemas karena sikap Dhina yang tertutup dan tidak jujur dengan apa yang sedang ia hadapi.
Setelah sampai di villa, Pak Aidi melihat ketiga anaknya masuk bersamaan dan menyapa mereka.
"Adek sama Sadha sudah bangun?" ujar Pak Aidi yang sedang menyeruput kopi panas di ruang tamu.
"Maaf Ayah. Adek sama Mas Sadha ketiduran, jadi tidak sadar kalau sudah sampai." jawab Dhina sambil duduk di samping Pak Aidi dan memeluk ayahnya itu.
"Ammar... lebih baik kamu istirahat dulu. Ini masih pagi sekali kalau ingin jalan-jalan. Kamu pasti lelah habis mengemudi. Kita semua istirahat dulu. Setelah itu, kita jalan-jalan." ujar Pak Aidi pada Ammar seraya membalas pelukan Dhina.
"Ya sudah, Ammar istirahat dulu ya, Yah." jawab Ammar yang menatap ke arah Dhina sebelum pergi.
Ammar pun berusaha mencari jawaban dari rasa herannya itu di mata Dhina. Namun Dhina tidak berani untuk menatap mata mas sulungnya itu dan memilih untuk menunduk. Melihat itu, Ammar menghela nafas panjang lalu pergi ke kamarnya.
"Dhana di mana Ayah?" tanya Sadha yang duduk di samping Pak Aidi dan ingin menonton TV.
"Di kamar, Nak." jawab Pak Aidi yang asyik menyaksikan TV.
"Ayah... kamar Kak Ibel yang mana? Adek ingin mengobrol sama dia. Adek itu sepertinya pernah melihat Kak Ibel. Tapi Adek lupa." ujar Dhina pada Pak Aidi dan Sadha yang sedang asyik nonton.
"Itu kamar kamu juga, Sayang. Itu kamarnya di samping kamar Dhana." jawab sang ayah sambil menunjuk kamar di samping kamar Dhana.
"Adek ke sana dulu ya, Yah." ucap Dhina sambil berdiri kemudian pergi ke kamar Ibel.
Dengan semangat Dhina pun menuju ke kamar Ibel karena ia penasaran dengan sosok wanita itu. Setelah sampai di depan kamar Ibel yang sedikit terbuka, Dhina melihat ada Ammar yang sedang mengobrol juga dengan Ibel di dalam sana. Ternyata Ammar tidak pergi ke kamarnya, melainkan ke kamar Ibel.
Sebelum masuk, Dhina mengetuk pintu kamar Ibel terlebih dahulu. Mendengar suara ketukan pintu, Ibel pun melihat ke arah luar dan ada Dhina di depan kamarnya. Lalu Ibel menyuruh Dhina masuk ke kamarnya.
"Adek... Sini masuk! Ada Mas Ammar juga kok." ujar Ibel yang memanggil Dhina dengan sebutan 'adek' untuk pertama kalinya sambil menatap ke arah Dhina.
"Adek menganggu ya Kak?" tanya Dhina yang masuk dengan ragu lalu menoleh ke Ibel dan Ammar secara bergantian.
"Tidak mengganggu sama sekali, Sayang. Kakak senang sekali kalau bisa mengobrol sama Adek. Kakak ingin mendengar cerita Adek. Ayo sini duduk!" jawab Ibel yang berdiri dan berjalan ke arah Dhina sambil menarik tangan Dhina.
"Iya, terima kasih Kak. Maaf ya Mas, Adek jadi menganggu kencannya Mas Ammar sama Kak Ibel." ujar Dhina pada Ammar sambil tertawa dan melirik ke arah Ibel.
"Kencan apaan sih Dek? Mas hanya bicara masalah kerja besok sama Ibel. Besok kita sama-sama dinas siang, bedanya Mas sampai sore, sedangkan Ibel sampai malam." jawab Ammar yang berpindah duduk ke sebelah Dhina.
"Oh, begitu. Bagus dong berarti kalau Mas dan Kakak dinas siang. Lagi pula kita pulangnya nanti malam." ujar Dhina sambil meraih tangan Ammar dan Ibel yang berada di sebelah kiri dan kanannya.
"Adek kenapa ke sini? Jangan bilang mau kepo sama Mas sama Ibel ya." ujar Ammar seraya mencubit hidung mancung adiknya.
"Mas PD sekali sih. Adek bukan tipe orang yang kepo. Memang Mas Ammar! Adek ke sini mau bertanya sesuatu sama Kak Ibel." jawab Dhina yang mencubit pinggang Ammar dan membuat Ibel penasaran.
"Mau bertanya apa cantik? Kakak jadi penasaran." tanya Ibel dengan wajahnya yang penasaran.
"Adek sepertinya pernah melihat Kakak. Tapi Adek lupa di mana." jawab Dhina sambil meraih tangan Ibel dan membuat Ibel jadi bingung.
"Dalam mimpi mungkin, Dek." timpal Ammar yang asal bicara sambil asyik bermain dengan ponselnya.
Mendengar jawaban Ammar membuat Dhina jengah hingga membuat Ibel menjadi gemas dengan tingkah Dhina.
"Sudah, Mas Ammar tidak usah didengarkan. Memang Adek pernah melihat Kakak di mana? Sepertinya Kakak belum pernah bertemu Adek secara langsung." tanya Ibel yang berusaha mengingat apakah ia pernah bertemu Dhina.
"Di mana ya Kak? Adek belum ingat." jawab Dhina sambil mengacak kepalanya sendiri berharap dengan begitu ia bisa langsung ingat.
Ibel yang melihat tingkah Dhina hanya bisa tersenyum lalu beranjak untuk mengambil sesuatu yang ada di dalam tasnya. Ibel pun mengambil sebuah mainan kunci yang lucu dan berniat memberikannya pada Dhina. Saat Ibel sedang membuka tasnya, tiba-tiba Dhana datang dari kamar sebelah.
"Pantas saja berisik sekali dari kamar sebelah, ternyata banyak orang di kamar Kak Ibel." ujar Dhana yang berjalan lalu duduk di sebelah Dhina.
"Kamu terganggu ya, Dhana. Maaf ya, kita hanya mengobrol tapi ada bercanda juga sih." jawab Ibel yang kembali duduk di dekat Dhina.
"Tidak, Kak. Semua aman terkendali. Lagi pula Dhana sedang tidak tidur. Hanya main hp saja sejak tadi." jawab Dhana sambil merapihkan rambutnya yang berantakan.
"Syukurlah. Adek... ini Kakak ada sesuatu untuk Adek." ujar Ibel yang memberikan sebuah mainan kunci lucu pada Dhina.
"Lucu sekali Kak. Terima kasih ya, Kak." jawab Dhina yang senang mendapat mainan kunci lucu dari Ibel sambil memeluk Ibel untuk pertama kali.
"Untuk Adek saja Kak? Untuk Dhana mana?" timpal Dhana yang cemburu karena hanya Dhina yang mendapat mainan itu.
"Untuk Dhana dan Sadha juga ada. Tunggu sebentar ya." jawab Ibel yang berdiri dan mengambil sesuatu untuk Dhana dan Sadha.
Saat Ibel melepas pelukannya dari Dhina, Dhina pun menatap kembali hadiah kecil yang diberikan Ibel padanya. Saat asyik menatap mainan itu, tiba-tiba Dhina teringat sesuatu yang berhubungan dengan mainan itu dan bertanya pada Ibel. Ibel pun kembali setelah mengambil sesuatu untuk Dhana.
"Ini gelang untuk Dhana dan ini untuk Sadha. Oh iya, Sadha di mana?" ujar Ibel yang memberikan gelang pada Dhana.
"Manis sekali warnanya. Terima kasih Kak. Mas Sadha... Mas Sadha sedang di ruang tamu, Kak." jawab Dhana yang senang lalu menoleh ke arah luar kamar.
Ibel pun hanya tersenyum dan menganggukan kepalanya setelah melihat ke arah ruang tamu.
"Kak... kalau boleh tau, Kakak beli mainan ini di mana Kak?" ujar Dhina yang memandang mainan barunya itu.
"Kakak tidak membelinya, Dek. Itu salah satu hadiah yang Kakak kasih pada peserta, saat ada seminar di salah satu kampus di Sumatera satu tahun yang lalu. Kakak menyisihkan satu untuk Adek." jelas Ibel yang membuat Dhina mengangkat kepalanya.
"Seminar? Di Sumatera? 1 tahun yang lalu?" tanya Dhina yang bertubi-tubi dan merasa heran karena merasa tidak asing dengan acara itu.
Ibel hanya mengangguk dan ikut merasa heran dengan pertanyaan Dhina.
"Seminar apa Kak? Di kampus mana?" tanya Dhina lagi seraya menatap ke arah Ibel.
"Saat itu ada seminar di kampus A. Seminar tentang kesehatan sistem reproduksi manusia." jawab Ibel yang heran dengan Dhina.
Mendengar jawaban Ibel, membuat Dhina teringat saat itu ia juga pernah menghadiri sebuah seminar di kampusnya. Acara seminar itu sama dengan seminar yang dikatakan oleh Ibel. Bahkan saat itu, Dhina pernah meminta kontak presenter di acara itu secara langsung. Namun karena lupa bertanya namanya, akhirnya Dhina menyimpan nomor itu tanpa membuat nama aslinya.
"Kak Ibel ingat tidak, setelah seminar selesai ada seorang mahasiswi yang mengejar Kakak dan minta kontak whatsapp Kakak." ujar Dhina.
Ibel yang heran sekaligus bingung pun hanya mengangkat kedua bahunya tanda tidak ingat dan tidak tau.
"Kak, Kak, boleh minta kontak whatsapp-nya Kak?" ujar Dhina yang mempraktekan bahwa dirinya adalah mahasiswi itu.
"Oh, kakak ingat. Dia sampai sekarang masih chat dengan Kakak. Dia pernah bertanya obat sakit perut saat datang bulan karena ada temannya yang sakit perut saat itu. Dia selalu memanggil Kakak, dengan sebutan Kak cantik." jelas Ibel yang melihat Dhina dan berusaha mengingat-ingat.
Saat Ibel menjelaskan itu pada Dhina, tiba-tiba Ibel teringat dengan kata-kata Dhina saat mempraktekan perkataan mahasiswi yang meminta kontak whatsapp-nya itu. Lalu...
"Jadi mahasiswi itu Adek?" ujar Ibel yang melebarkan kedua matanya dan memegang bahu Dhina.
"Jadi Kakak cantik itu Kak Ibel. Ya ampun, Adek tidak sadar. Padahal nama Kakak sudah sangat jelas saat Mas Ammar memperkenalkan Kakak ke kita semua." ujar Dhina yang tidak menyangka kalau presenter cantik itu adalah Ibel, sahabat Ammar.
Ibel dan Dhina saling terperangah saat kedua wanita itu sadar kalau ternyata mereka pernah bertemu sebelumnya.
"Saat seminar itu, Adek datang telat dan Adek tidak pernah sadar dengan nama Kakak. Akhirnya, kita ketemu juga ya Kak." ujar Dhina sambil meraih tangan Ibel.
"Ternyata kita sudah saling kenal ya, Dek. Tapi kita sama-sama tidak sadar kalau kita sudah dekat sebenarnya." jawab Ibel yang senang karena bertemu dengan Dhina yang ternyata sering menghubunginya lewat whatsapp.
"Adek baru sadar saat lihat mainan kunci ini karena Adek juga punya mainan ini, Kak. Adek mendapatkan mainan ini juga dari seminar itu." ujar Dhina yang tersenyum lebar karena senang bisa bertemu dengan Ibel.
Ibel pun memeluk Dhina dengan erat. Kini rasa penasaran mereka selama ini sudah terbayarkan saat mereka liburan bersama. Ammar dan Dhana yang sejak tadi asyik main game di ponsel hanya tertegun melihat dan mendengar penjelasan keduanya. Ammar merasa senang ternyata adik perempuannya sudah mengenali teman dekatnya itu.
.
.
.
.
.
Happy Reading All❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 235 Episodes
Comments
coni
Kak Dina jangan kasih Dhina sakit yg berat² Thor kesian. kasih flu aja udah cukup 🥺🥺🥺
2021-04-23
0
Nofi Kahza
ya ampun..dhina jngn sakit dong. sekali sakit, tp yg ringan2 saja ya..🥺
kak dina gk kasih visual ya? q penasaran🤣
2021-03-07
1
zien
aku hadir disini dan memberimu like 😘❤️
jangan lupa mampir di novelku JODOHKU YANG LUAR BIASA 🙏😘
semoga sukses selalu buat kamu 👍😀
2021-03-06
1