Episode 3 ~ Rencana Ibu

...🍀🍀🍀...

Jam sudah menunjukan pukul dua siang. Bu Aini yang pulang terlebih dahulu dari pada Pak Aidi, kini sudah sampai di rumah. Biasanya Pak Aidi dan Bu Aini selalu pulang bersama, tapi karena hari ini ada rapat penting di kantor dinas Pak Aidi, jadi suami Bu Aini itu tidak bisa pulang bersamanya. Bu Aini pun pulang menggunakan taksi online dan kini sudah sampai di depan rumahnya. Saat Bu Aini akan masuk, tiba-tiba terdengar suara mobil milik putra sulungnya yang juga baru pulang dari rumah sakit.

"Assalamualaikum, Ibuku sayang. Ibu baru pulang juga? Ayah di mana Bu?" sapa Ammar sambil menghampiri dan menyalami Bu Aini yang juga baru sampai didepan rumah.

"Wa'alaikumsalam, Nak. Ayahmu masih ada rapat di kantornya, jadi Ibu pulang duluan. Kenapa pulang cepat Sayang?" tanya sang ibu pada Ammar sambil membalas salam putranya itu.

"Ammar hari ini hanya ada jadwal operasi, Bu. Hari ini Ammar tidak ada jadwal dinas makanya pulang cepat. Besok Ammar juga tidak dinas, Bu." jawab Ammar sambil membukakan pagar agar ibu dan mobilnya bisa masuk.

"Berarti besok kita bisa weekend sama-sama?" ujar Bu Aini pada Ammar dan membuat Ammar bingung dengan maksud ibunya itu.

"Weekend? Maksud Ibu? Ibu ada rencana jalan-jalan?" tanya Ammar yang penasaran.

"Iya, Sayang. Selagi weekend, kita refreshing bersama keluarga. Lagi pula sudah lama juga kita tidak jalan-jalan bersama." tutur sang ibu pada Ammar seraya senyum-senyum, sedangkan Ammar masih bingung dengan perkataan ibunya yang jarang sekali mengajak jalan.

"Tidak biasanya, Bu. Ya sudah, kalau begitu Ammar masukin mobil dulu. Nanti kita bahas sama-sama di dalam ya, Bu." ujar sang putra sambil berjalan ke arah mobilnya yang masih hidup di depan pagar.

Setelah Ammar memasukan mobilnya dalam halaman rumah dan menutup pagar, Ammar menyusul Bu Aini masuk ke dalam.

"Sepi sekali rumah. Adik-adik kamu tidak ada di rumah sepertinya, Nak." ujar Bu Aini seraya melihat sekeliling rumah.

"Mungkin mereka keluar, Bu. Sebentar lagi juga pulang. Ammar ke kamar dulu ya, Bu. Mau istirahat sebentar lalu mandi. Ibu juga istirahat. Masalah weekend besok, nanti saat makan malam kita bahas. Oke, Bu?" ucap Ammar pada Bu Aini dan dibalas anggukan oleh ibunya.

Melihat rumah sepi karena tidak ada orang selain Bi Iyah membuat Ammar dan Bu Aini memutuskan untuk pergi ke kamar masing-masing agar bisa istirahat dan juga membersihkan diri setelah pulang bekerja.

***

Perjalanan yang cukup jauh yang dilalui oleh Dhana dan Dhina dari tempat mereka berkumpul tadi akhirnya berakhir. Mereka akhirnya sampai di depan rumah.

Dhina pun langsung turun dari motor Dhana dan membukakan pagar agar motor dan masnya itu bisa masuk ke dalam. Saat hendak membuka pagar, tanpa sengaja Dhina melihat mobil Ammar yang sudah terparkir di depan rumah mereka. Menandakan bahwa mas sulungnya sudah pulang lebih awal hari ini.

"Mas Ammar sudah pulang sepertinya, Mas." ucap Dhina seraya membukakan pagar dan menoleh ke arah Dhana.

"Mungkin jadwal dinasnya Mas Ammar hanya sampai jam segini, Dek." jawab Dhana seraya membawa motornya masuk.

"Ya sudah, ayo kita masuk, Mas. Adek sudah panas sekali dan mau mandi." ujar Dhina seraya mengibaskan tangannya karena merasa sangat panas setelah naik motor bersama Dhana.

"Ayo." jawab Dhana sambil merangkul bahu Dhina yang lebih rendah darinya.

Dhana dan Dhina pun masuk ke dalam. Dan mereka tidak menemukan keberadaan Ammar di dalam. Lalu mereka memutuskan untuk masuk ke kamar mereka masing-masing.

Saat berjalan menuju kamar, Dhina kembali teringat dengan tingkah Dhana tadi pagi di cafe. Sebenarnya Dhina ingin menanyakan hal itu pada Dhana tapi Dhina mengurungkan niatnya karena melihat wajah Dhana yang terlihat cukup lelah. Saat Dhana dan Dhina ingin masuk kamar, tiba-tiba dari arah kamar Ammar terdengar suara pegangan pintu yang terbuka. Ternyata Ammar baru selesai mandi dan ingin turun ke bawah. Namun saat Ammar keluar, ia melihat Dhana dan Dhina.

"Adek, Dhana... kalian dari mana?" ujar Ammar yang berjalan ke arah adik kembarnya itu.

"Mas... Mas sudah pulang? Tidak biasanya." ujar Dhina sambil melihat ke arah Ammar.

"Iya, Mas hanya ada jadwal operasi saja hari ini. Jadi tidak lama-lama di rumah sakit. Kalian sendiri dari mana?" jawab Ammar yang bertanya lagi pada kedua adik kembarnya itu.

"Tadi Dhana sama Adek habis dari cafe, Mas. Lalu tadi Dhana juga pergi berkumpul sama teman-teman di restoran biasa. Jadi perjalanan kami cukup jauh tadi." jelas Dhana sambil melirik sesekali ke arah Dhina.

"Oh, tidak biasanya Adek ingin ikut. Ikut berkumpul juga sama Dhana, Dek?" tanya Ammar pada Dhina sambil bertegak pinggang.

"Adek bosan di rumah terus, Mas. Jadi ingin ikut saja sama Mas Dhana. Asyik juga ternyata, iya kan Mas?" jawab Dhina dengan wajah gemasnya seraya menggoda Dhana.

"Bosan, ya. Kebetulan berarti. Lebih baik kalian mandi dulu, sudah mau sore. Sudah sholat zuhur belum?" ujar Ammar sambil terkekeh dan membuat Dhana dan Dhina menjadi bingung.

"Sudah, Mas. Kita berhenti di mesjid tadi untuk sholat. Kebetulan kenapa Mas?" tanya Dhana yang penasaran dengan tingkah mas sulungnya itu.

"Nanti kita bahas sama-sama, kalian mandi dulu dan istirahat. Tunggu Ayah sama Sadha pulang dulu. Habis makan malam kita bahas, Ibu ada rencana untuk weekend besok." jelas Ammar dan membuat kedua adiknya merasa penasaran.

Ammar pun beranjak dan hendak turun ke bawah. Sementara Dhana dan Dhina juga ingin masuk ke dalam kamar mereka. Namun saat Dhana sudah masuk, tiba-tiba Dhina teringat akan sesuatu yang sempat dijanjikan oleh Ammar.

"Oh iya, es krim Adek jadi Mas belikan?" ujar Dhina yang baru ingin memegang pegangan pintu.

"Astagfirullahalazim, ya ampun. Mas lupa, Dek." jawab Ammar yang membalikkan tubuhnya dan tidak jadi menuruni tangga seraya menepuk jidad.

"Sudah Adek duga. Mas ammar jahat! Tawarin Adek es krim tapi tidak dibelikan. Adek kesal sama Mas!" ujar Dhina yang ingin masuk kamar namun tangannya ditarik oleh Ammar.

"Jangan kesal dong, Sayang. Lebih baik Adek mandi dulu, setelah mandi Adek susul Mas ke bawah, kita pergi beli es krim yang Adek mau ke minimarket di depan. Bagaimana? Mau?" ujar Ammar yang berusaha membujuk sang adik.

"Ya sudah, awas ya Mas kalau bohong lagi. Adek tidak akan bicara lagi sama Mas!" jawab Dhina dengan wajah kesal sambil menunjuk Ammar.

"Iya, iya, adik Mas yang cantik, yang lucu. Mas janji." ujar Ammar dengan mengangkat kedua jari tangannya.

Setelah itu Dhina akhirnya masuk kamar dengan perasaan bad mood karena Ammar tidak membelikan es krimnya. Melihat tingkah sang adik, membuat Ammar mengelengkan kepala dan selalu tidak bisa marah ataupun kesal pada Dhina. Ammar terlalu menyayangi adiknya yang satu itu.

Ammar menyayangi semua adik-adiknya, tapi karena Dhina adik perempuan satu-satunya membuat Ammar punya perlakuan khusus terhadap Dhina. Tidak hanya Ammar, Sadha dan Dhana pun demikian terhadap adik perempuan mereka itu.

Ammar pun turun ke bawah dan memilih duduk di ruang keluarga untuk menonton TV. Saat hendak menyalakan TV, Bi Iyah datang menghampiri Ammar.

"Den Ammar ingin Bibi buatkan minum, Den?" tanya Bi Iyah dengan lembut.

"Bi Iyah... Panas-panas seperti ini Ammar ingin minuman segar, Bi. Boleh tolong Bi Iyah buatkan?" jawab Ammar dengan senyum manis melihat Bi Iyah.

"Boleh, Den. Tunggu sebentar ya, Bibi buatkan dulu." jawab Bi Iyah.

"Oke, Bi. Terima kasih Bi." ujar Ammar pada Bi Iyah sebelum melangkah pergi ke dapur dan Bi Iyah menjawabnya dengan anggukan.

Saat menonton Ammar sedang mencari siaran yang menurutnya bermanfaat untuk hari ini, seperti berita. Tidak lama kemudian, Bi Iyah datang dengan membawakan segelas minuman segar permintaan Ammar tadi.

***

Di kamar, Dhina sudah tampak rapih lagi karena ia ingin pergi bersama Ammar untuk membeli es krim yang dijanjikan oleh Ammar. Setelah itu, Dhina keluar dan langsung turun ke bawah mencari Ammar. Tanpa susah payah mencari ke sana ke mari, Dhina akhirnya menemukan Ammar yang sedang menonton TV.

"Mas, ayo pergi! Nanti terlalu sore lagi." ujar Dhina seraya menepuk bahu Ammar.

"Ayo, kita naik mobil saja ya. Di luar lagi mendung soalnya." jawab Ammar seraya mematikan TV dan berjalan ke Dhina lalu merangkul bahu Dhina.

"Kita tidak bilang dulu sama Mas Dhana, Mas? Nanti kalau dia mencari kita bagaimana?" ujar Dhina dan berhenti sejenak.

"Tidak usah, Dek. Sudah ada Bibi sama Ibu di rumah." kawab Ammar dan membuat Dhina melihat ke arah Ammar karena baru tau kalau ibunya sudah pulang.

"Ibu sudah pulang?" tanya Dhina lagi sambil masuk ke mobil.

"Sudah, tadi sama-sama sampai di rumah dengan Mas. Ibu pulang duluan dari Ayah." jawab Ammar seraya menghidupkan dan kemudian menjalankan mobilnya.

Mereka pun pergi ke minimarket yang ada di depan komplek perumahan yang tidak jauh dari rumah mereka. Tidak lama kemudian setelah Ammar dan Dhina pergi, secara bersamaan Pak Aidi dan Sadha tiba di rumah.

"Ayah... kenapa bisa sama-sama pulang? Biasanya ayah pulang dengan Ibu." sapa Sadha pada sang ayah yang baru turun dari mobil.

"Ayah tadi ada rapat di kantor, Nak. Kamu juga tidak biasanya pulang lebih awal. Ini masih jam tiga lewat dan belum juga sore, biasanya pulang jam lima." jawab Pak Aidi yang heran melihat putra tengahnya itu pulang lebih awal.

"Ini hari sabtu, Ayah. Kalau sabtu, Sadha biasanya pulang jam segini karena kantor tutup jam tiga tadi." jelas Sadha seraya berjalan masuk ke dalam rumah.

"Oh, iya. Ayah lupa, Nak. Lebih baik kita masuk sekarang. Ayo, masuk." ujar Pak Aidi dengan nada bercandanya.

Pak Aidi dan Sadha pun masuk dan berpapasan dengan Bu Aini yang baru keluar kamar ingin menuju dapur.

"Assalamualaikum." ucap Pak Aidi dan Sadha bersamaan sambil membuka pintu.

"Wa'alaikumsalam. Ayah sudah pulang? Anak Ibu juga sudah pulang. Kenapa bisa sama-sama?" jawab Bu Aini sambil menyalami Pak Aidi dan membalas salam Sadha.

"Sama-sama sampai depan rumah, Bu." jawab Sadha sambil menyalami tangan Bu Aini dan tersenyum.

"Oh, sama seperti Ibu dan Ammar tadi. Kalau begitu Ayah sama Sadha istirahat habis itu mandi." ucap Bu Aini sambil mengambil tas Pak Aidi.

Sadha pun mengangguk dan langsung naik ke atas menuju kamarnya.

"Ammar sudah pulang, Bu?" tanya Pak Aidi sambil berjalan menuju kamar bersama Bu Aini.

"Sudah, Yah. Katanya hari ini tidak ada jadwal dinas, hanya jadwal operasi saja. Jadi pulang lebih cepat." jelas Bu Aini pada sang suami dan Pak Aidi membalasnya dengan mengangguk.

"Ayah, besok weekend. Bagaimana kalau kita ajak anak-anak jalan ke puncak? Sudah lama juga kita tidak liburan di luar. Sejak Dhana dan Adek wisuda. Ya... hitung-hitung ini sebagai perayaan wisuda mereka karena kemarin wisuda online dan tidak ada perayaan. Bagaimana menurut Ayah? Setuju tidak?" tutur Bu Aini dan mencoba membujuk suaminya.

"Boleh juga, Bu. Ayah juga bosan di rumah dan kerja terus. Butuh udara segar nih sepertinya." jawab Pak Aidi sambil berjalan ke arah kamar mandi.

"Oke, nanti kita bicarakan sama anak-anak." ujar Bu Aini dari kamar karena Pak Aidi sudah masuk kamar mandi.

"Ibu atur saja, ayah serahkan semua sama Ibu." jawab Pak Aidi dari dalam kamar mandi.

Mendengar hal itu, membuat Bu Aini merasa senang karena sudah mendapat izin dari sang suami.

***

Dhina dan Ammar sedang asyik berbelanja. Tidak hanya es krim yang Dhina beli, tapi ia juga mengambil banyak jajanan yang ia sukai. Sedangkan Ammar yang melihat tingkah adiknya itu hanya bisa tersenyum dan sesekali mengusap kepala adik perempuannya itu.

"Yakin sebanyak ini Dek? Adek mau makan semua ini sendiri?" ujar Ammar yang melihat isi troli belanjaan sang adik.

"Iya, Mas. Anggap saja ini bonus untuk Adek karena Mas lupa sama janji." jawab Dhina yang mengedipkan matanya ke arah Ammar untuk membujuk mas sulungnya itu.

"Ya sudah. Sudah selesai 'kan belanjanya? Kita bayar dulu habis itu kita pulang ya." ujar Ammar sambil mendorong troli dan diikuti oleh Dhina.

Setelah mereka selesai membayar semua belanjaan. Ammar dan Dhina langsung pulang. Dhina sangat senang karena Ammar membelikan banyak makanan ringan favoritnya. Hari sudah semakin sore, akhirnya Ammar dan Dhina sampai di rumah. Ammar membantu Dhina membawa makanan-makanan ringan ke dalam rumah.

"Assalamualaikum." sahut Ammar dan Dhina serentak sambil membuka pintu.

" Wa'alaikumsalam." jawab Pak Aidi, Bu Aini, Sadha dan Dhana serentak yang sedang duduk di ruang tamu lalu menoleh ke arah Ammar dan Dhina.

"Ya ampun... Mas Ammar sama Adek borong minimarket siapa? Banyak sekali belanjanya." ujar Sadha yang berjalan menuju Ammar untuk membantunya membawa barang-barang itu.

"Ini kerjaan Adek. Dari rumah bilang mau beli es krim, sampai di sana ternyata beli segini banyak makanan. Dasar si cantik usil!" jawab Ammar sambil memberikan beberapa barang pada Sadha dan langsung membawanya ke dapur.

Dhina hanya terkekeh melihat ekspresi Ammar yang merasa jengah pada dirinya.

"Sudah, sudah! Lebih baik semuanya siap-siap untuk shalat maghrib. Habis shalat, kita makan malam. Jangan ada yang tidur habis shalat ya. Ada sesuatu yang ingin ibu bicarakan sama kalian." timpal Bu Aini sambil berjalan menuju kamar bersama Pak Aidi.

Ammar, Sadha, dan si kembar (Dhana dan Dhina) yang mendengar perkataan Bu Aini pun mengangguk. Dan mereka semua pun bersiap-siap untuk shalat maghrib berjama'ah di mushallah kecil dalam rumah mereka.

.

.

.

.

.

Happy Reading All ❤️❤️❤️

Terpopuler

Comments

Febrina Saragih Garingging

Febrina Saragih Garingging

mau dong jd adek ny😑

2021-04-23

0

coni

coni

Aster hadiir kembali kakak 🥰😍
semangat up-nya

salam ANGKASA

2021-04-13

2

Fira Ummu Arfi

Fira Ummu Arfi

masih disini 😂😂😂😂

2021-03-29

1

lihat semua
Episodes
1 Pengenalan Tokoh
2 Episode 1 ~ Cemberut Pagi
3 Episode 2 ~ Dhana Bad Mood
4 Episode 3 ~ Rencana Ibu
5 Episode 4 ~ Rencana Ibu (2)
6 Episode 5 ~ Prank untuk Para Mas
7 Episode 6 ~ On The Way Puncak
8 Episode 7 ~ Mulai Aneh
9 Episode 8 ~ Awal Kesedihan
10 Episode 9 ~ Kecurigaan Ammar
11 Episode 10 ~ Kekhawatiran Sadha
12 Episode 11 ~ Tisu Berdarah
13 Episode 12 ~ Rumah Sakit vs Kantor
14 Episode 13 ~ Kepanikan Dhana
15 Episode 14 ~ Ketidakpekaan Dhina
16 Episode 15 ~ Emosi Tingkat Dewa
17 Episode 16 ~ Diagnosis Mengerikan
18 Episode 17 ~ Kecewa
19 Episode 18 ~ Kenyataan Pahit
20 Episode 19 ~ Adek itu Penerang Hidup Kita!
21 Episode 20 ~ Ingin Jagung Bakar
22 Episode 21 ~ Diganggu Preman
23 Episode 22 ~ Foundation
24 Episode 23 ~ Acara di Kantor Ayah
25 Episode 24 ~ Pertengkaran berakhir Fatal
26 Episode 25 ~ Masuk Rumah Sakit
27 Episode 26 ~ Kondisi Dhina
28 Episode 27 ~ Utang Penjelasan
29 Episode 28 ~ Terpukul
30 Episode 29 ~ Hilang
31 Episode 30 ~ Ikatan Bathin Dhana dan Dhina
32 Episode 31 ~ Minta Maaf
33 Episode 32 ~ Berjodoh?
34 Epidode 33 ~ Mimpi Buruk
35 Episode 34 ~ Boleh Pulang
36 Episode 35 ~ Ngungsi dan Curhat
37 Episode 36 ~ Memar Lagi
38 Episode 37 ~ Balas Dendam
39 Episode 38 ~ Tamu Pagi Hari
40 Episode 39 ~ Tamu Tak Diundang
41 Episode 40 ~ Mobil Merah Mencurigakan
42 Episode 41 ~ Selalu Kepikiran
43 Episode 42 ~ Makan Malam Bersama
44 Episode 43 ~ Kedatangan Vanny
45 Episode 44 ~ Berenang
46 Episode 45 ~ Tenggelam
47 Episode 46 ~ Incaran Pertama
48 Episode 47 ~ Teror Dimulai!!!
49 Episode 48 ~ Introgasi
50 Episode 49 ~ Sepemikiran
51 Episode 50 ~ Demam Tinggi
52 Episode 51 ~ Ibu Murka
53 Episode 52 ~ Kejutan
54 Episode 53 ~ Rasa Penasaran Imam
55 Episode 54 ~ Topeng Hantu
56 Episode 55 ~ Hari Bersejarah
57 Episode 56 ~ Mobil Merah Itu Lagi?
58 Episode 57 ~ Datang ke Rumah Ibel
59 Episode 58 ~ Mengungkapkan Perasaan
60 Episode 59 ~ Berangkat Keluar Kota
61 Episode 60 ~ Rahasia Masa Lalu
62 Episode 61 ~ Air Mata Kesedihan
63 Episode 62 ~ Jatuh Korban Lagi
64 Episode 63 ~ Mengetahui sesuatu
65 Episode 64 ~ Musuh Dalam Selimut
66 Episode 65 ~ Masa Lalu Terbongkar
67 Episode 66 ~ Kemoterapi
68 Episode 67 ~ Kembali ke Jakarta
69 Episode 68 ~ Kekesalan Imam
70 Episode 69 ~ Mencari Tau
71 Episode 70 ~ Harus Merelakan Mahkota Hitam
72 Episode 71 ~ Botak Bersama
73 Episode 72 ~ Kembali ke Cafe itu
74 Episode 73 ~ Rekaman CCTV
75 Episode 74 ~ Muntah-muntah
76 Episode 75 ~ Karyawati Baru
77 Episode 76 ~ Barang Bukti
78 Episode 77 ~ Hari Ulang Tahun Ayah
79 Episode 78 ~ Orang Asing
80 Episode 79 ~ Merubah Rencana
81 Episode 80 ~ Gelisah
82 Episode 81 ~ Kebakaran Besar
83 Episode 82 ~ Usaha Penyelamatan
84 Episode 83 ~ Bertanggung Jawab
85 Episode 84 ~ Niat Busuk Mira Sebenarnya
86 Episode 85 ~ Trauma dan Syok
87 Episode 86 ~ Mata Sembap
88 Episode 87 ~ Penyelidikan
89 Episode 88 ~ Keraguan Hati Rezky
90 Episode 89 ~ Jalan Menuju Kebenaran
91 Episode 90 ~ Obat Asing
92 Episode 91 ~ Kecelakaan Maut
93 Episode 92 ~ Kebenaran Dugaan Uci
94 Episode 93 ~ Stadium Tiga
95 Episode 94 ~ Hari Yang Melelahkan
96 Episode 95 ~ Jalan-jalan di Mall
97 Episode 96 ~ Rakha???
98 Episode 97 ~ Janji Dhina
99 Episode 98 ~ Dihadang Komplotan Begal
100 Episode 99 ~ Permintaan Dhina
101 Episode 100 ~ Silsilah Keluarga
102 Episode 101 ~ Melepas Rindu
103 Episode 102 ~ Tidak Ingin Menjadi Penghalang
104 Episode 103 ~ Phobia Kata Mati
105 Episode 104 ~ Semakin Sakit
106 Episode 105 ~ Perihal Jam Tangan
107 Episode 106 ~ Rezky Masih Hidup???
108 Episode 107 ~ Kebenaran Sesungguhnya
109 Episode 108 ~ Tidak Tega
110 Episode 109 ~ Dua Kemungkinan Buruk
111 Episode 110 ~ Menuruti Permintaan Dhina
112 Episode 111 ~ Kuatkan lah Adikku...
113 Episode 112 ~ Harus Kuat dan Tegar
114 Episode 113 ~ Bertemu Kakek dan Nenek
115 Episode 114 ~ Racauan Saudara Kembar
116 Episode 115 ~ Komunikasi Bathin
117 Episode 116 ~ Setitik Kebahagiaan
118 Episode 117 ~ Penyesalan Rezky
119 Episode 118 ~ Ide Konyol Dhana
120 Episode 119 ~ Hasil Tes Laboratorium
121 Visual
122 Episode 120 ~ Salam Dari Surga Untuk Mas
123 Episode 121 ~ Misteri Wanita Pincang
124 Episode 122 ~ Meminta Bantuan
125 Episode 123 ~ Ketakutan Ayah
126 Episode 124 ~ Perasaan Ibel Tidak Enak
127 Episode 125 ~ Si Kembar Sakit Berjama'ah
128 Episode 126 ~ Tes Mendadak
129 Episode 127 ~ Rasa itu Telah Hilang
130 Episode 128 ~ Aku Mencintaimu, Dhina...
131 Episode 129 ~ Kabar Baik Dibalik Air Mata
132 Episode 130 ~ Operasi Sumsum Tulang
133 Episode 131 ~ Rasa Syukur Tak Terhingga
134 Episode 132 ~ Teringat Janji Mas Ammar
135 Episode 133 ~ Kebahagiaan Ibel
136 Episode 134 ~ Aksi Penembakan Keji
137 Episode 135 ~ Rasa Yang Datang Terlambat
138 Episode 136 ~ Diantar Kakak Misterius
139 Episode 137 ~ Surat Rumah Sakit
140 Episode 138 ~ Masih Menjadi Teka-Teki
141 Episode 139 ~ Acara Reuni Kampus
142 Episode 140 ~ Aksi Brutal Pria Hitam
143 Episode 141 ~ Pengakuan Pilu Rezky
144 Episode 142 ~ Berusaha Menjelaskan
145 Episode 143 ~ Mereka Butuh Waktu, Dek...
146 Episode 144 ~ Berusaha Membuang Ego
147 Episode 145 ~ Rumah Itu Menyeramkan
148 Episode 146 ~ Disekap Wanita Pincang
149 Episode 147 ~ Mira Telah Kembali
150 Episode 148 ~ Kegilaan Mira
151 Episode 149 ~ Situasi Yang Sulit
152 Episode 150 ~ Kehendak Tuhan
153 Episode 151 ~ Selamat Jalan Kak Rezky...
154 Episode 152 ~ Kenangan Manis
155 Episode 153 ~ Tetap Waspada
156 Episode 154 ~ Dijodohkan???
157 Episode 155 ~ Mati Satu Tumbuh Seribu
158 Episode 156 ~ Bisa Merasakan
159 Episode 157 ~ Malam Pengajian
160 Episode 158 ~ Cara Yang Tak Sama
161 Episode 159 ~ Bucin
162 Episode 160 ~ Pasrah Tapi Penasaran
163 Episode 161 ~ First Kiss
164 Episode 162 ~ Baru Menyadari
165 Episode 163 ~ Balapan
166 Episode 164 ~ Si Kembar Dalam Bahaya
167 Episode 165 ~ Selamat Dari Maut
168 Episode 166 ~ Masalah Lama
169 Episode 167 ~ Berita Bahagia
170 Episode 168 ~ Isi Hati Adik Perempuan
171 Episode 169 ~ Hadiah Kecil Untuk Dhina
172 Episode 170 ~ Labil
173 Episode 171 ~ Tindakan Ayah
174 Episode 172 ~ Pengakuan Preman Sialan
175 Episode 173 ~ Belanja Bulanan
176 Episode 174 ~ Kasih Sayang Kakak Ipar
177 Episode 175 ~ Komplikasi
178 Episode 176 ~ Adikku Sayang Adikku Malang
179 Episode 177 ~ Perang Bathin
180 Episode 178 ~ Terpaksa Berbohong
181 Episode 179 ~ Cuci Darah
182 Episode 180 ~ Dasar Mesum
183 Episode 181 ~ Berbohong Lagi
184 Episode 182 ~ Seperti Fast And Furious
185 Episode 183 ~ Bukan Peduli
186 Episode 184 ~ Botol Minum
187 Episode 185 ~ Menceritakan Kronologi
188 Episode 186 ~ Hinaan Yang Kejam
189 Episode 187 ~ Hukuman Tetap Berlaku
190 Episode 188 ~ Tidak Ingin Mengorbankan
191 Episode 189 ~ Air Mata Si Kembar
192 Episode 190 ~ Su'udzon Pada Si Kembar
193 Episode 191 ~ Firasat Mulai Muncul
194 Episode 192 ~ Terhalang Restu
195 Episode 193 ~ Mengantar Undangan
196 Episode 194 ~ Siksaan Penjara
197 Episode 195 ~ Mengunjungi Mira
198 Episode 196 ~ Jambret Nakal
199 Episode 197 ~ Bertemu Umi
200 Episode 198 ~ Tangis Jatuh Ke Dalam
201 Episode 199 ~ Firasat Buruk Umi
202 Episode 200 ~ Tanda-Tanda
203 Episode 201 ~ Hari Persiapan
204 Episode 202 ~ Kenangan Masa Kecil
205 Episode 203 ~ Firasat Paman dan Bibi
206 Episode 204 ~ Diam-Diam Cinta
207 Episode 205 ~ Firasat Dhana
208 Episode 206 ~ Dua Amplop Putih
209 Episode 207 ~ Pagi Yang Sibuk
210 Episode 208 ~ Akad Nikah
211 Episode 209 ~ Menjelang Resepsi
212 Episode 210 ~ Menunggu Kabar
213 Episode 211 ~ Tangis Pilu Keluarga
214 Episode 212 ~ Permintaan Terakhir Adek
215 Episode 213 ~ Tuhan Lebih Sayang Adek
216 Episode 214 ~ Bahagia Berselimut Duka
217 Episode 215 ~ Untuk Yang Terakhir Kali
218 Episode 216 ~ Tenanglah Di Sana, Sayang...
219 Episode 217 ~ Surat Terakhir Adek
220 Episode 218 ~ Permintaan Maaf Mira
221 Episode 219 ~ Salam Perpisahan
222 Surat Cinta Author dan Dhina
223 Boneps 1 ~ Serupa Tapi Tak Sama
224 Boneps 2 ~ Antara Kasihan dan Cinta
225 Boneps 3 ~ Masih Terbalut Duka
226 Boneps 4 ~ Bukan Halusinasi
227 Boneps 5 ~ Cerita Pilu Seorang Mala
228 Boneps 6 ~ Menantikan Jawaban
229 Boneps 7 ~ Penerang itu Seakan Kembali
230 Boneps 8 ~ Berbeda Dunia
231 Boneps 9 ~ Harus Benar-benar Pergi
232 Boneps 10 ~ Selamat Tinggal (Ending)
233 Pengumuman Novel Baru
234 Pemberitahuan Novel Sekuel
235 Novel Sekuel Sudah Rilis
Episodes

Updated 235 Episodes

1
Pengenalan Tokoh
2
Episode 1 ~ Cemberut Pagi
3
Episode 2 ~ Dhana Bad Mood
4
Episode 3 ~ Rencana Ibu
5
Episode 4 ~ Rencana Ibu (2)
6
Episode 5 ~ Prank untuk Para Mas
7
Episode 6 ~ On The Way Puncak
8
Episode 7 ~ Mulai Aneh
9
Episode 8 ~ Awal Kesedihan
10
Episode 9 ~ Kecurigaan Ammar
11
Episode 10 ~ Kekhawatiran Sadha
12
Episode 11 ~ Tisu Berdarah
13
Episode 12 ~ Rumah Sakit vs Kantor
14
Episode 13 ~ Kepanikan Dhana
15
Episode 14 ~ Ketidakpekaan Dhina
16
Episode 15 ~ Emosi Tingkat Dewa
17
Episode 16 ~ Diagnosis Mengerikan
18
Episode 17 ~ Kecewa
19
Episode 18 ~ Kenyataan Pahit
20
Episode 19 ~ Adek itu Penerang Hidup Kita!
21
Episode 20 ~ Ingin Jagung Bakar
22
Episode 21 ~ Diganggu Preman
23
Episode 22 ~ Foundation
24
Episode 23 ~ Acara di Kantor Ayah
25
Episode 24 ~ Pertengkaran berakhir Fatal
26
Episode 25 ~ Masuk Rumah Sakit
27
Episode 26 ~ Kondisi Dhina
28
Episode 27 ~ Utang Penjelasan
29
Episode 28 ~ Terpukul
30
Episode 29 ~ Hilang
31
Episode 30 ~ Ikatan Bathin Dhana dan Dhina
32
Episode 31 ~ Minta Maaf
33
Episode 32 ~ Berjodoh?
34
Epidode 33 ~ Mimpi Buruk
35
Episode 34 ~ Boleh Pulang
36
Episode 35 ~ Ngungsi dan Curhat
37
Episode 36 ~ Memar Lagi
38
Episode 37 ~ Balas Dendam
39
Episode 38 ~ Tamu Pagi Hari
40
Episode 39 ~ Tamu Tak Diundang
41
Episode 40 ~ Mobil Merah Mencurigakan
42
Episode 41 ~ Selalu Kepikiran
43
Episode 42 ~ Makan Malam Bersama
44
Episode 43 ~ Kedatangan Vanny
45
Episode 44 ~ Berenang
46
Episode 45 ~ Tenggelam
47
Episode 46 ~ Incaran Pertama
48
Episode 47 ~ Teror Dimulai!!!
49
Episode 48 ~ Introgasi
50
Episode 49 ~ Sepemikiran
51
Episode 50 ~ Demam Tinggi
52
Episode 51 ~ Ibu Murka
53
Episode 52 ~ Kejutan
54
Episode 53 ~ Rasa Penasaran Imam
55
Episode 54 ~ Topeng Hantu
56
Episode 55 ~ Hari Bersejarah
57
Episode 56 ~ Mobil Merah Itu Lagi?
58
Episode 57 ~ Datang ke Rumah Ibel
59
Episode 58 ~ Mengungkapkan Perasaan
60
Episode 59 ~ Berangkat Keluar Kota
61
Episode 60 ~ Rahasia Masa Lalu
62
Episode 61 ~ Air Mata Kesedihan
63
Episode 62 ~ Jatuh Korban Lagi
64
Episode 63 ~ Mengetahui sesuatu
65
Episode 64 ~ Musuh Dalam Selimut
66
Episode 65 ~ Masa Lalu Terbongkar
67
Episode 66 ~ Kemoterapi
68
Episode 67 ~ Kembali ke Jakarta
69
Episode 68 ~ Kekesalan Imam
70
Episode 69 ~ Mencari Tau
71
Episode 70 ~ Harus Merelakan Mahkota Hitam
72
Episode 71 ~ Botak Bersama
73
Episode 72 ~ Kembali ke Cafe itu
74
Episode 73 ~ Rekaman CCTV
75
Episode 74 ~ Muntah-muntah
76
Episode 75 ~ Karyawati Baru
77
Episode 76 ~ Barang Bukti
78
Episode 77 ~ Hari Ulang Tahun Ayah
79
Episode 78 ~ Orang Asing
80
Episode 79 ~ Merubah Rencana
81
Episode 80 ~ Gelisah
82
Episode 81 ~ Kebakaran Besar
83
Episode 82 ~ Usaha Penyelamatan
84
Episode 83 ~ Bertanggung Jawab
85
Episode 84 ~ Niat Busuk Mira Sebenarnya
86
Episode 85 ~ Trauma dan Syok
87
Episode 86 ~ Mata Sembap
88
Episode 87 ~ Penyelidikan
89
Episode 88 ~ Keraguan Hati Rezky
90
Episode 89 ~ Jalan Menuju Kebenaran
91
Episode 90 ~ Obat Asing
92
Episode 91 ~ Kecelakaan Maut
93
Episode 92 ~ Kebenaran Dugaan Uci
94
Episode 93 ~ Stadium Tiga
95
Episode 94 ~ Hari Yang Melelahkan
96
Episode 95 ~ Jalan-jalan di Mall
97
Episode 96 ~ Rakha???
98
Episode 97 ~ Janji Dhina
99
Episode 98 ~ Dihadang Komplotan Begal
100
Episode 99 ~ Permintaan Dhina
101
Episode 100 ~ Silsilah Keluarga
102
Episode 101 ~ Melepas Rindu
103
Episode 102 ~ Tidak Ingin Menjadi Penghalang
104
Episode 103 ~ Phobia Kata Mati
105
Episode 104 ~ Semakin Sakit
106
Episode 105 ~ Perihal Jam Tangan
107
Episode 106 ~ Rezky Masih Hidup???
108
Episode 107 ~ Kebenaran Sesungguhnya
109
Episode 108 ~ Tidak Tega
110
Episode 109 ~ Dua Kemungkinan Buruk
111
Episode 110 ~ Menuruti Permintaan Dhina
112
Episode 111 ~ Kuatkan lah Adikku...
113
Episode 112 ~ Harus Kuat dan Tegar
114
Episode 113 ~ Bertemu Kakek dan Nenek
115
Episode 114 ~ Racauan Saudara Kembar
116
Episode 115 ~ Komunikasi Bathin
117
Episode 116 ~ Setitik Kebahagiaan
118
Episode 117 ~ Penyesalan Rezky
119
Episode 118 ~ Ide Konyol Dhana
120
Episode 119 ~ Hasil Tes Laboratorium
121
Visual
122
Episode 120 ~ Salam Dari Surga Untuk Mas
123
Episode 121 ~ Misteri Wanita Pincang
124
Episode 122 ~ Meminta Bantuan
125
Episode 123 ~ Ketakutan Ayah
126
Episode 124 ~ Perasaan Ibel Tidak Enak
127
Episode 125 ~ Si Kembar Sakit Berjama'ah
128
Episode 126 ~ Tes Mendadak
129
Episode 127 ~ Rasa itu Telah Hilang
130
Episode 128 ~ Aku Mencintaimu, Dhina...
131
Episode 129 ~ Kabar Baik Dibalik Air Mata
132
Episode 130 ~ Operasi Sumsum Tulang
133
Episode 131 ~ Rasa Syukur Tak Terhingga
134
Episode 132 ~ Teringat Janji Mas Ammar
135
Episode 133 ~ Kebahagiaan Ibel
136
Episode 134 ~ Aksi Penembakan Keji
137
Episode 135 ~ Rasa Yang Datang Terlambat
138
Episode 136 ~ Diantar Kakak Misterius
139
Episode 137 ~ Surat Rumah Sakit
140
Episode 138 ~ Masih Menjadi Teka-Teki
141
Episode 139 ~ Acara Reuni Kampus
142
Episode 140 ~ Aksi Brutal Pria Hitam
143
Episode 141 ~ Pengakuan Pilu Rezky
144
Episode 142 ~ Berusaha Menjelaskan
145
Episode 143 ~ Mereka Butuh Waktu, Dek...
146
Episode 144 ~ Berusaha Membuang Ego
147
Episode 145 ~ Rumah Itu Menyeramkan
148
Episode 146 ~ Disekap Wanita Pincang
149
Episode 147 ~ Mira Telah Kembali
150
Episode 148 ~ Kegilaan Mira
151
Episode 149 ~ Situasi Yang Sulit
152
Episode 150 ~ Kehendak Tuhan
153
Episode 151 ~ Selamat Jalan Kak Rezky...
154
Episode 152 ~ Kenangan Manis
155
Episode 153 ~ Tetap Waspada
156
Episode 154 ~ Dijodohkan???
157
Episode 155 ~ Mati Satu Tumbuh Seribu
158
Episode 156 ~ Bisa Merasakan
159
Episode 157 ~ Malam Pengajian
160
Episode 158 ~ Cara Yang Tak Sama
161
Episode 159 ~ Bucin
162
Episode 160 ~ Pasrah Tapi Penasaran
163
Episode 161 ~ First Kiss
164
Episode 162 ~ Baru Menyadari
165
Episode 163 ~ Balapan
166
Episode 164 ~ Si Kembar Dalam Bahaya
167
Episode 165 ~ Selamat Dari Maut
168
Episode 166 ~ Masalah Lama
169
Episode 167 ~ Berita Bahagia
170
Episode 168 ~ Isi Hati Adik Perempuan
171
Episode 169 ~ Hadiah Kecil Untuk Dhina
172
Episode 170 ~ Labil
173
Episode 171 ~ Tindakan Ayah
174
Episode 172 ~ Pengakuan Preman Sialan
175
Episode 173 ~ Belanja Bulanan
176
Episode 174 ~ Kasih Sayang Kakak Ipar
177
Episode 175 ~ Komplikasi
178
Episode 176 ~ Adikku Sayang Adikku Malang
179
Episode 177 ~ Perang Bathin
180
Episode 178 ~ Terpaksa Berbohong
181
Episode 179 ~ Cuci Darah
182
Episode 180 ~ Dasar Mesum
183
Episode 181 ~ Berbohong Lagi
184
Episode 182 ~ Seperti Fast And Furious
185
Episode 183 ~ Bukan Peduli
186
Episode 184 ~ Botol Minum
187
Episode 185 ~ Menceritakan Kronologi
188
Episode 186 ~ Hinaan Yang Kejam
189
Episode 187 ~ Hukuman Tetap Berlaku
190
Episode 188 ~ Tidak Ingin Mengorbankan
191
Episode 189 ~ Air Mata Si Kembar
192
Episode 190 ~ Su'udzon Pada Si Kembar
193
Episode 191 ~ Firasat Mulai Muncul
194
Episode 192 ~ Terhalang Restu
195
Episode 193 ~ Mengantar Undangan
196
Episode 194 ~ Siksaan Penjara
197
Episode 195 ~ Mengunjungi Mira
198
Episode 196 ~ Jambret Nakal
199
Episode 197 ~ Bertemu Umi
200
Episode 198 ~ Tangis Jatuh Ke Dalam
201
Episode 199 ~ Firasat Buruk Umi
202
Episode 200 ~ Tanda-Tanda
203
Episode 201 ~ Hari Persiapan
204
Episode 202 ~ Kenangan Masa Kecil
205
Episode 203 ~ Firasat Paman dan Bibi
206
Episode 204 ~ Diam-Diam Cinta
207
Episode 205 ~ Firasat Dhana
208
Episode 206 ~ Dua Amplop Putih
209
Episode 207 ~ Pagi Yang Sibuk
210
Episode 208 ~ Akad Nikah
211
Episode 209 ~ Menjelang Resepsi
212
Episode 210 ~ Menunggu Kabar
213
Episode 211 ~ Tangis Pilu Keluarga
214
Episode 212 ~ Permintaan Terakhir Adek
215
Episode 213 ~ Tuhan Lebih Sayang Adek
216
Episode 214 ~ Bahagia Berselimut Duka
217
Episode 215 ~ Untuk Yang Terakhir Kali
218
Episode 216 ~ Tenanglah Di Sana, Sayang...
219
Episode 217 ~ Surat Terakhir Adek
220
Episode 218 ~ Permintaan Maaf Mira
221
Episode 219 ~ Salam Perpisahan
222
Surat Cinta Author dan Dhina
223
Boneps 1 ~ Serupa Tapi Tak Sama
224
Boneps 2 ~ Antara Kasihan dan Cinta
225
Boneps 3 ~ Masih Terbalut Duka
226
Boneps 4 ~ Bukan Halusinasi
227
Boneps 5 ~ Cerita Pilu Seorang Mala
228
Boneps 6 ~ Menantikan Jawaban
229
Boneps 7 ~ Penerang itu Seakan Kembali
230
Boneps 8 ~ Berbeda Dunia
231
Boneps 9 ~ Harus Benar-benar Pergi
232
Boneps 10 ~ Selamat Tinggal (Ending)
233
Pengumuman Novel Baru
234
Pemberitahuan Novel Sekuel
235
Novel Sekuel Sudah Rilis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!