...🍁🍁🍁...
Selama di perjalanan menuju cafe, Dhana dan Dhina tidak ada yang bersuara. Dhana hanya fokus pada jalan, sedangkan adik kembarnya asyik melihat jalan yang begitu ramai dengan kendaraan lain.
Selang beberapa waktu, akhirnya mereka sampai di cafe. Suasana cafe saat ini sangat ramai, mungkin karena hari ini weekend jadi pengunjung lebih banyak dari hari biasanya. Setelah Dhana memarkirkan motor besarnya itu, ia langsung masuk ke dalam cafe bersama Dhina.
"Adek... Mas ke ruangan sebentar ya. Lebih baik Adek duduk dan pesan minum dulu, daripada bosan menunggu Mas." ujar Dhana yang menoleh ke arah Dhina.
"Oke, Mas. Adek tunggu di sana ya." jawab Dhina pada mas kembarnya itu sambil menunjuk ke arah tempat ia menunggu Dhana.
"Oke, nanti Mas susul Adek ke sana. Jangan kemana-mana ya! Awas saja kalau kabur." ujar Dhana pada adik kembarnya itu, karena Dhana tau betul dengan sikap Dhina kalau sudah bosan.
"Iya, Mas. Adek tidak akan ke mana-mana, janji." jawab Dhina sambil mengangkat dua jari tangannya dan dibalas anggukan oleh Dhana.
Dhana pun pergi ke ruangan pribadinya yang ada di cafe. Posisi Dhana di cafe adalah sebagai pemilik sekaligus CEO. Cafe ini merupakan salah satu impian Dhana. Ia merintis bisnis ini dari sejak awal memulai kuliah. Dengan modal yang dibantu oleh Pak Aidi dan Ammar, pria kembaran Dhina itu bisa membuka bisnis cafe yang ia impikan.
Kini cafe Dhana sudah maju, banyak anak-anak muda yang datang di cafe ini. Dhana memang lulusan teknik, tapi hal itu tidak menyurutkan niatnya untuk menjadi seorang pembisnis. Cafe ini juga menjadi salah satu alasan Dhana untuk tidak bekerja sampai sekarang, karena ia ingin mendalami kegiatan ini.
Dhana juga sempat menawarkan pekerjaan untuk adik kembarnya sebagai Manager di cafe. Tapi entah kenapa Dhina masih belum menjawab tawaran bagus itu. Mungkin Dhina mempunyai alasan sendiri.
Di saat Dhina sedang menunggu Dhana seraya memainkan ponselnya, tiba-tiba ada seorang pria yang datang menghampiri dan menyapanya.
"Dhina?" sapa pria itu yang masih berdiri dan melihat ke arah Dhina.
Dhina yang menunduk pun terkejut lalu ia mendongakkan kepalanya dan melihat ke arah sumber suara.
"Kak Rezky?"
Rezky... Tepatnya Rezky Sanjaya Putra. Ia adalah senior sekaligus teman Dhina di salah satu organisasi kampus di waktu masa-masa kuliah. Mereka berdua tidak cukup dekat, tapi Dhina pernah menyukai pria ini. Namun karena merasa tidak ada respon dari Rezky, akhirnya Dhina memutuskan untuk melupakan perasaan di hatinya itu.
"Iya, aku Rezky. Kamu masih ingat sama aku?" ujar Rezky seraya duduk di meja yang sama dengan Dhina.
"I-iya, Kak. Aku masih ingat. Sudah lama ya kita tidak bertemu. Apa kabar Kak?" jawab Dhina yang gugup karena bertemu kembali dengan pria yang sempat ia sukai dulu.
"Iya, tidak disangka ya, kita bertemu lagi. Kamu tambah cantik saja. Kabar Kakak baik, kamu sendiri bagaimana? Mas Ammar apa kabar?" ujar Rezky dengan senyum manisnya.
Ya, Rezky memang mengenal Ammar karena mereka sempat bertemu di acara penyuluhan untuk anak-anak yang menderita kanker. Acara itu diadakan oleh anak-anak jurusan Rezky. Di acara penyuluhan itu mereka mengundang Ammar sebagai pemateri. Rezky yang ditunjuk sebagai ketua panitia menjadi lebih banyak berkomunikasi dengan Ammar.
Di saat itulah Rezky menjadi dekat dengan Ammar dan mengetahui kalau Ammar mempunyai adik perempuan dan kuliah di Universitas yang sama dengan Rezky. Hubungan keduanya pun semakin dekat karena Ammar dan Rezky orangnya sama-sama humble. Apalagi Dhina dan Rezky juga sempat satu organisasi. Namun Dhina tidak pernah bercerita pada siapapun kalau ia pernah menyukai Rezky. Sekilas tentang Rezky.
"Aku baik, Kak. Mas Ammar juga baik. Alhamdulillah." jawab Dhina dengan gugup karena salah tingkah bertemu dengan Rezky.
"Syukurlah, kalau semuanya baik. Kamu sedang apa di sini? Sendirian saja?" tanya Rezky lagi yang membuat Dhina semakin salah tingkah.
"Aku... aku di sini sedang menemani Mas Dhana, Kak." jawab Dhina yang gugup berbicara dengan Rezky.
"Kamu kenapa gugup? Kamu sudah makan? Lalu Dhana di mana?" tanya Rezky yang mengedarkan pandangan ke sekitar dengan maksud menemukan Dhana di suatu tempat.
"Mas Dhana sedang di dalam ruangannya, Kak." jawab Dhina singkat sambil menunjuk sebuah ruangan.
"Ruangan? Jadi Dhana pemilik cafe ini?" tanya Rezky lagi dan melebarkan kedua matanya karena tidak menyangka kalau cafe yang sering ia datangi adalah cafe Dhana.
"Iya, Kak. Mas Dhana yang punya cafe." jawab Dhina singkat namun jelas terdengar oleh Rezky.
"Luar biasa! Cafe terkenal ini ternyata milik adiknya Mas Ammar. Aku tidak menyangka, Dhina. Aku sering datang ke sini, bahkan setiap weekend aku selalu datang bersama temanku. Memang sempat penasaran sih sama pemiliknya, katanya pemilik cafe ini mahasiswa waktu itu. Ternyata aku kenal sama pemiliknya." ungkap Rezky yang membuat Dhina terkekeh melihatnya.
"Alhamdulillah, Kak. Mas Dhana berhasil mewujudkan impiannya untuk mempunyai cafe sendiri." ujar Dhina dengan tersenyum melihat sekeliling cafe milik mas kembarnya itu.
"Aku salut sama Dhana. Masih muda, ganteng, pintar, punya bisnis sendiri lagi. Pria idaman sekali ya, Dhina." puji Rezky sambil terkekeh bersama Dhina.
Di saat Rezky dan Dhina sedang asyik mengobrol, akhirnya Dhana keluar dari ruangannya dan ingin menghampiri Dhina. Saat ingin berjalan menuju tempat di mana Dhina menunggu, Dhana yang dari kejauhan melihat adik kembarnya itu sedang mengobrol dengan seorang pria yang tidak ia kenali. Dengan langkah yang cepat, Dhana pun menghampiri adiknya.
"Adek... maaf ya karena Mas, Adek jadi menunggu lama. Ini siapa Dek?" ucap dan tanya Dhana pada Dhina sambil melirik ke arah pria yang bersama adik kembarnya itu.
"Tidak apa-apa, Mas. Oh iya, ini Kak Rezky. Teman Adek waktu kuliah dulu. Yang pernah diceritakan Mas Ammar pada Mas dan Mas Sadha waktu itu." jawab Dhina yang beranjak dan mengenalkan Rezky pada Dhana.
"Hallo, Dhana. Saya Rezky. Teman lamanya Dhina." sapa Rezky seraya mengulurkan tangan pada Dhana.
"Hai, saya Dhana. Kakak kembarnya Dhina. Apakah sudah lama mengobrol dengan adik saya? Soalnya saya dan adik saya ini sudah ada rencana ingin pergi ke suatu tempat." jawab Dhana yang dingin melihat kearah Rezky.
"Oh iya, lumayan sebentar, bertemu untuk sekedar melepas rasa rindu terhadap teman lama. Lagi pula saya juga ingin pergi." jawab Rezky yang mungkin menyadari kalau Dhana kurang menyukainya.
Dhana pun hanya tersenyum tipis lalu menoleh ke arah sang adik.
"Oke, Dhina. Kakak pergi dulu ya. Sebenarnya tadi ke sini karena ada janji sama teman. Tapi sepertinya teman kakak lupa, jadi kakak ingin ke tempat lain dulu. Sampai ketemu lagi." ujar Rezky sambil mengambil minuman pesanannya tadi dan berlalu pergi dan dibalas Dhina dengan anggukan.
Melihat ekspresi Dhina yang begitu senang bertemu Rezky, membuat wajah Dhana menjadi cemberut dan kesal. Sejak dulu, sejak Ammar mulai kenal dan terus bercerita tentang pria itu, Dhana memang tidak terlalu suka dengannya. Tidak hanya Dhana, Sadha pun demikian.
Dari cara Ammar bercerita tentang Rezky, Sadha dan Dhana menebak kalau Rezky hanya berusaha mengambil perhatian Ammar saat di acara itu. Apalagi dengan Dhina, Rezky mungkin ingin mendapatkan hati Ammar karena ingin mendekati Dhina. Mengingat hal itu membuat Dhana jadi bad mood dan hanya diam dari tadi. Dhina yang menyadari tingkah laku mas kembarnya itu berubah langsung bertanya.
"Mas Dhana dari tadi diam terus. Kenapa Mas? Mas sakit? Atau Mas lapar? Kenapa Adek dicuekin seperti ini?" ujar Dhina pada mas kembarnya dengan wajah melas.
"Tidak, Mas tidak apa-apa." jawab Dhana singkat dan masih kesal.
"Kalau tidak apa-apa, tidak mungkin Mas diam saja dari tadi. Adek perhatikan, sejak Mas ketemu Kak Rezky, wajah Mas yang tadinya ganteng dan ceria berubah menjadi kusut seperti supir angkot yang tidak dapat penumpang." ujar Dhina yang bergelayut manja di tangan Dhana.
Dhina pun tampak membujuk Dhana dengan harapan bisa membuat mas kembarnya itu tidak kesal lagi. Tapi usahanya sia-sia, Dhana masih saja diam sejak mereka berjalan dari dalam cafe.
"Kita jadi pergi ke tempat teman-teman Mas? Ini juga sudah mau siang, Mas. Maksud Adek bukan mau mengajak Mas pulang, tapi..." ujar Dhina sambil meraih tangan mas kembarnya itu.
Tapi belum habis Dhina berbicara, Dhana sudah memotong pembicaraan Dhina.
"Ayo cepat Dek, Mas sudah telat nih." ujar Dhana ketus sambil menarik tangan Dhina agar cepat berjalan menuju tempat parkir motornya.
Tanpa bertanya lagi, akhirnya Dhina hanya mengikuti kemana Dhana membawanya. Sesampainya mereka di restoran, dimana teman-teman Dhana sudah menunggu, Dhana langsung berkumpul dengan teman-temannya. Walaupun ia sedang kesal dan bad mood pada Dhina yang sangat senang bertemu dengan Rezky, Dhana tetap menggenggam tangan adik kembarnya itu sampai ke dalam restoran. Seakan-akan memberi kode bahwa adiknya itu tidak boleh diganggu oleh siapapun, termasuk Rezky bahkan tanpa terkecuali teman-temannya.
"Assalamualikum, Bro. Sorry ya, saya telat. Tadi ada urusan sebentar di cafe." sapa Dhana pada teman-temannya yang sudah datang dari tadi.
Dhana pun duduk dan juga mengajak Dhina untuk bergabung dengan teman-temannya.
"Adek, sini duduk! Tidak apa-apa, tidak usah malu, ini semua teman-teman Mas." ujar Dhana pada Dhina yang dari tadi sudah malu-malu bertemu dengan teman-teman mas kembarnya itu.
"Iya, Mas." jawab Dhina yang malu-malu.
"Wa'alaikumsalam. Ini yang ditunggu-tunggu akhirnya sampai juga." ujar salah satu teman Dhana.
"Siapa ini Dhana? Kamu sudah berani membawa cewek ya sekarang. Cantik juga cewek kamu, Dhana." ujar salah satu teman Dhana sambil melirik ke arah Dhina.
Teman-teman Dhana memang tau kalau Dhana punya adik kembar, tapi mereka belum tau kalau adik kembar Dhana perempuan dan yang sedang bersama mereka saat ini adalah adik kembar Dhana.
"Cewek, cewek. Jangan asal bicara kamu, Panji! Dia memang cewek, tapi dia adik saya bukan pacar." ujar Dhana ketus pada Panji sambil melebarkan kedua matanya.
Yaa, nama salah satu teman Dhana adalah Panji.
"Jadi ini adik kamu? Bukannya kamu punya adik kembar? Kenapa tidak mirip? Dan kenapa adik kembar kamu perempuan?" tanya Panji yang penasaran karena selama ini ia hanya tau kalau Dhana punya saudara kembar.
"Panji, panji. Bisalah, ini buktinya. Kita berdua ini kembar tapi tidak identik. Makanya beda, beda wajah, beda gender, dan beda semuanya. Yang kamu tau itu kembar identik, wajah serupa. Sampai sini paham!!" ujar Dhana yang membuat teman-temannya mengangguk, sedangkan Dhina hanya tertunduk malu.
"Iya, selama ini yang saya tau kembar itu sejenis dan mirip sekali. Seperti pinang dibelah dua, sulit membedakannya." jawab Panji yang membuat teman-teman lainnya tertawa.
"Jadi nama adik kamu siapa Dhana?" tanya salah seorang teman Dhana.
"Namanya Dhina." jawab Dhana singkat sambil melihat ke arah adik kembarnya itu.
"Namanya cantik seperti orangnya." goda Panji yang membuat Dhana melirik tajam ke arahnya.
Setelah Dhana memperkenalkan Dhina pada teman-temannya, akhirnya Dhina pun berangsur akrab dengan beberapa teman Dhana seperti Panji.
Satu jam berlalu, tidak terasa waktu sudah semakin siang. Dan Dhana memutuskan untuk mengajak Dhina pulang karena mungkin ayah dan ibu mereka juga sudah pulang kerja. Akhirnya, Dhana dan Dhina pamit untuk pulang duluan.
"Saya dan Dhina pulang dulu ya, Bro. Karena sudah siang. Kapan-kapan kita kumpul lagi ya. Soalnya kumpul sekarang tidak lengkap. Si Imam malah tidak datang." ujar Dhana pada teman-temannya.
"Oke, Bro. Besok saya coba hubungi Imam deh kalau begitu agar ikut kumpul sama kita." jawab Panji.
Imam, bukan hanya sekedar teman berkumpul bagi Dhana tapi juga sahabat. Mereka kenal dan dekat karena sering bertemu di acara kajian agama setiap minggu waktu perkuliahan dulu. Walaupun beda jurusan dan fakultas, mereka tetap bisa bersahabat dekat sampai sekarang.
Sejak bersahabat dengan Dhana, di sanalah Imam bertemu dengan Dhina. Ya, Imam jatuh hati pada adik kembar sahabatnya itu. Tapi Imam tidak pernah mengatakan apapun pada Dhana. Sudah lama ia memendam rasa terhadap Dhina tapi karena Imam tau bahwa wanita yang membuatnya jatuh hati itu adalah adik sahabatnya, Imam memilih untuk mencintai Dhina dalam diam. Sekilas tentang Imam.
"Siap, saya pulang dulu ya, Bro. Assalamualaikum." ucap Dhana sambil mengangkat salah satu tangannya tanda memberikan salam.
"Kita pulang dulu ya, Kak. Assalamualaikum." timpal Dhina yang juga ikut pamit pada teman-teman Dhana.
"Wa'alaikumsalam, kalian hati-hati ya. Terima kasih karena sudah mau gabung berkumpul sama kita ya, Dek." jawab Panji pada Dhina dengan memanggil panggilan yang sama dengan Dhana memanggil Dhina.
Dhina hanya mengangguk lalu mengikuti Dhana yang sudah berjalan di depan sana.
"Kumpul lain waktu, ajak Adek kamu lagi, Dhana." sahut Panji.
"InsyaAllah Bro." Jawab Dhana singkat.
Setelah berpamitan dengan semuanya, Dhana dan Dhina pun akhirnya pergi. Rasa kesal dan bad mood di hati Dhana karena kejadian tadi pagi di cafe menjadi hilang setelah berkumpul dengan teman-temannya. Tapi disisi lain, Dhina masih merasa heran dengan sikap aneh Dhana tadi dan berniat ingin menanyakan hal itu nanti setelah mereka sampai di rumah.
.
.
.
.
.
Happy Reading All ❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 235 Episodes
Comments
Ica Snow Kim
DHANA PROTECTIVE PADA DHINA 😅😅😅
2021-05-12
0
coni
ka Dhana I like u😍😍
Aster Hadir kakak, semangat dan mari saling mendukung 🥰🥰
Ditunggu feedback nya!!
Salam ANGKASA 🥰
2021-04-13
2
Arthi Yuniar
Senengnya jadi Dhina punya tiga kakak cowok ganteng yg baik dan perhatian😊
2021-04-12
0