Episode 1 ~ Cemberut Pagi

...🍀🍀🍀...

Di pagi hari yang cerah membuat suasana hati seorang gadis cantik menjadi lebih ceria seperti biasanya. Menjadi anak gadis satu-satunya dalam keluarga, membuat ia selalu disayangi dan dimanja oleh kedua orang tuanya dan juga kakak-kakaknya.

Seperti biasa, Dhina kembali bangun jam 6 hari ini. Ia suka sekali membantu Bi Iyah di dapur untuk membuat sarapan. Setelah bangun dan mandi, Dhina bergegas pergi ke dapur untuk membantu Bi Iyah.

"Selamat pagi, Bi." ucap si gadis cantik yang ceria dari arah ruang makan kepada Bi Iyah.

"Selamat pagi, Non Adek. Pagi-pagi sudah rapih saja, Non. Mau ke mana?" jawab Bi Iyah sambil senyum lebar pada Dhina.

Ya... Dhina memang lebih sering dipanggil dengan sebutan Adek dibandingkan dengan nama aslinya. Sejak kecil, orang tua dan ketiga masnya tidak pernah memanggil namanya. Posisinya sebagai anak perempuan satu-satunya dalam keluarga dan juga sebagai anak bungsu, menjadikan dirinya seperti gadis kecil dan karena sudah terbiasa, dirinya pun juga menyebut 'adek' sebagai panggilan sehari-hari. Berbeda jika ia berada di luar rumah, ia tidak menggunakan panggilan kesayangan bagi keluarganya itu.

"Tidak ke mana-mana kok, Bi. Adek mau bantu Bibi masak saja, seperti biasa." sambung Dhina sambil berjalan mendekati Bi Iyah.

"Tidak usah repot-repot, Non. Ini sudah menjadi tugas Bibi. Tidak usah ya, lebih baik Non Adek nonton saja di depan." pinta Bi Iyah agar Dhina tidak membantunya.

"Tidak apa-apa, Bi. Adek sudah biasa juga bantu Bibi di dapur. Lagi pula Adek tidak ada kegiatan, Bi. Kalau seperti ini, Adek cepat bosan di rumah." ucap Dhina dengan tampang melasnya yang lucu.

"Ya sudah. Tapi janji hati-hati ya, Non. Jangan sampai seperti kemarin." kata Bi Iyah sambil menatap Dhina.

"Iya, Bi. Adek janji." sambung Dhina sambil mengangkat jarinya yang menunjukan piss pada Bi Iyah.

Dhina akhirnya dapat izin dari Bi Iyah untuk membantunya memasak di dapur. Sempat sulit membujuk Bi Iyah karena kejadian kemarin yang membuat salah satu jari Dhina terluka karena pisau dan membuat Bi Iyah tidak mau melihat gadis itu terluka lagi. Namun Dhina tetap memaksakan diri sehingga Bi Iyah tidak ada pilihan lain.

Sekilas tentang Bi Iyah. Bi Iyah sangat menyayangi Dhina dan juga kakak-kakaknya. Bi Iyah sudah menganggap mereka sebagai anak-anaknya sendiri. Bi Iyah adalah seorang ART yang mencari nafkah untuk keperluan keluarganya di kampung. Bi Iyah mempunyai seorang suami dan juga seorang putri yang masih sekolah.

Suami Bi Iyah tidak mampu lagi untuk bekerja karena kecelakan yang pernah dialaminya beberapa waktu yang lalu. Hal itu membuat Bi Iyah pergi ke Jakarta untuk mengadu nasib sebagai ART agar bisa mengirim uang kepada anak dan suaminya di kampung. Bi Iyah sudah 5 tahun bekerja di rumah Pak Aidi. Selama itu Bi Iyah bekerja dengan giat dan jujur. Pak Aidi dan Bu Aini juga senang dengan pekerjaan Bi Iyah sehingga membuat mereka betah mempekerjakan Bi Iyah di rumah.

"Semuanya sudah beres, Bi. Kita tinggal tunggu Ayah, Ibu dan yang lainnya untuk sarapan." ucap Dhina sambil meletakkan hidangan terakhir di meja makan.

"Kalau begitu, Bibi membereskan dapur dulu ya Non. Habis itu Bibi mau membersihkan halaman depan." jawab Bi Iyah yang ingin pergi ke dapur tapi dicegah oleh Dhina.

"Bibi tidak sarapan dulu?" tanya Dhina pada Bi Iyah sambil memegang tangan Bi Iyah.

"Bibi sudah makan, Non. Sebelum Non datang ke dapur, Bibi sudah makan duluan. Makan pagi bibi jadwalnya lebih pagi, Non." jelas Bi Iyah.

"Oh iya, Adek lupa. Ya sudah Bi. Adek mau ke kamar Mas Ammar dulu ya." ujar Dhina dan dibalas anggukan oleh Bi Iyah.

Setelah itu, Dhina pergi ke kamar Ammar yang ada di lantai dua rumahnya. Kamar Ammar, Sadha, Dhana dan Dhina bersebelahan satu sama lain dan kamar mereka berada di lantai atas.

Tok... Tok... Tok...

Tok... Tok... Tok...

Tok... Tok... Tok...

"Mas Ammar... Mas... sudah bangun belum. Ini sudah Adek bangunin ya. Kalau tidak bangun, bukan salah Adek loh, Mas." ucap Dhina sambil mengetuk pintu kamar Ammar.

Beberapa kali Dhina berusaha mengetuk pintu namun tidak ada jawaban dari sang pemiliknya.

"Mas... Mas Ammar...hmmm, tidak keluar juga nih orang. Kemarin minta tolong dibangunkan, sekarang malah tidak ada respon." gerutu Dhina yang masih berdiri didepan kamar Ammar.

Saat Dhina sedang marah-marah sendiri di depan kamar Ammar, tiba-tiba Dhana yang keluar dari kamarnya pun melihat dan menyapa Dhina.

"Hei, Dek. Adek sedang apa di depan kamar Mas Ammar?" tanya Dhana pada adik kembarnya itu sambil merapihkan lengan jaket levis yang ia kenakan.

"Tidak apa-apa, Mas. Kemarin Mas Ammar minta tolong dibangunkan, tapi saat Adek bangunkan malah tidak ada respon." ucap Dhina dengan tampang melasnya itu.

"Mungkin Mas Ammar lagi mandi, Dek. Jadi dia tidak dengar Adek ketuk pintu kamarnya. Lebih baik kita ke bawah. Apa sarapan Bi Iyah sudah masak?" ucap Dhana yang mencubit pipi cubby adik kembarnya itu karena menggemaskan.

"Sudah, Mas. Bi Iyah sudah selesai masak. Tapi nanti Mas Ammar malah marah sama Adek." Kata Dhina sambil memanyunkan bibirnya dan membuat Dhana gemas melihat tingkah adik kembar perempuannya itu.

"Sudah biarkan saja. Mas Ammar itu sudah dewasa, mana mungkin dia marah sama Adek hanya karena itu. Nanti Mas bantu Adek kalau Mas Ammar marah ya." ujar Dhana sambil mengusap kepala Dhina.

"Ya sudah, ayo." Kata Dhina mengajak Dhana turun ke lantai bawah.

Di lantai bawah, sudah ada Pak Aidi dan Bu Aini yang sedang menunggu anak-anak mereka bangun untuk sarapan. Bu Aini sedang menyiapkan bekal untuk Pak Aidi, Ammar dan Sadha untuk dibawa ke tempat kerja mereka masing-masing. Sedangkan Pak Aidi sedang asyik membaca koran sambil menunggu anak-anaknya turun dari lantai atas.

"Pagi Ibu, Ayah." sapa Dhana yang turun bersama Dhina.

"Pagi, Ayah. Pagi, Ibu." sapa Dhina yang memeluk ayah dan ibunya satu persatu dan mencium keduanya.

"Pagi juga anak Ibu yang ganteng dan yang cantik ini. Kenapa hanya kalian yang turun Sayang? Mas Ammar dan Mas Sadha kalian mana?" tanya Bu Aini pada anak-anaknya sambil asyik menyiapkan bekal.

"Pagi, anak-anak Ayah. Iya nih, kenapa hanya anak-anak kembar kita yang turun ya, Bu?" Sambung Pak Aidi sambil menggoda Dhina yang sudah duduk disebelah kiri ayahnya itu.

"Itu Mas Sadha. Baru turun, Yah. Kalau Mas Ammar tadi sudah Adek ketuk pintu kamarnya, tapi tidak ada jawaban." jawab Dhina sambil memajukan bibirnya dan mengarahkannya ke Sadha yang baru turun tangga dengan pakaian kantornya yang rapih.

"Mas Ammar mungkin masih mandi, Nak. Jangan cemberut seperti itu, nanti cantiknya hilang." goda Pak Aidi pada putrinya sambil mencubit pipinya itu.

"Pagi, Ayah. Pagi, Ibu. Pagi, Dhana. Pagi Adikku yang cantik. Kenapa pagi-pagi sudah cemberut? Tidak baik loh, Dek." ucap Sadha menggoda adiknya sambil duduk di kursi meja makan.

"Adek cemberut karena Mas Ammar, Mas." jawab Dhana yang dari tadi melihat tingkah lucu Dhina.

"Mas Ammar? Kenapa dengan Mas Ammar?" tanya Sadha sambil melihat Dhana.

"Mas Ammar minta dibangunkan sama Adek, tapi saat dibangunkan malah tidak ada jawaban. Nanti malah badmood sendiri sama Adek." timpal Dhina sambil makan nasi goreng kesukaannya.

Semua orang yang ada di meja makan dibuat terkekeh oleh sikap Dhina yang cemberut hanya karena Ammar tidak bangun saat dibangunkan olehnya. Tidak lama kemudian, terlihat Ammar yang sedang berjalan menuju meja makan untuk bergabung dengan yang lainnya.

"Pagi, Ayah. Pagi, Ibu. Pagi, adik-adik Mas yang ganteng dan adik Mas yang cantik." sapa Ammar menyapa semuanya sambil duduk di tempat ia biasanya makan bersama keluarga.

"Pagi, Nak. Tumben sekali kamu bangunnya terakhir. Ketiduran ya Sayang?" tanya Bu Aini pada putra sulungnya itu.

"Tidak, Bu. Saat Ammar dengar suara Adek di luar ketuk pintu kamar, Ammar langsung ke kamar mandi, jadi lupa kasih tau Adek kalau Amamr sudah bangun." jelas Ammar sambil melihat Bu Aini dan Dhina secara bergantian.

"Betulkan, Dek. Mas bilang juga apa. Mas Ammar lagi mandi, makanya tidak buka pintu kamar." timpal Dhana sambil menyenggol tangan adik kembarnya itu.

"Memang kenapa Dhana? Adek kenapa pagi-pagi sudah cemberut?" tanya Ammar sambil menatap kedua adik kembarnya itu secara bergantian.

"Adek cemberut karena Mas tidak buka pintu kamar, tidak menjawab saat dibangunkan. Adek kira Mas belum bangun, makanya dia cemberut gitu." jelas Dhana sambil terkekeh melihat tingkah lucu Dhina.

"Ya ampun, Sayang. Mas minta maaf ya. Terima kasih sudah membangunkan Mas. Mas hari ini ada jadwal operasi pasien kanker, makanya minta tolong dibangunkan sama Adek. Tadi malam itu Mas pulang telat. Untuk minta tolong ke Adek saja Mas chatting, bukan bilang langsung. Mas kira tadi sudah siang, makanya Mas langsung ke kamar mandi tanpa kasih tau Adek dulu kalau Mas sudah bangun. Terima kasih ya, Sayang. Nanti mau Mas belikan apa? Anggap saja permintaan maaf dari Mas." tutur Ammar panjang sambil membujuk sang adik yang masih asyik makan tapi sebenarnya mendengarkan perkataan Ammar.

"Itu Mas Ammar sudah minta maaf, Dek. Maafkan saja, nanti menyesal baru tau." timpal Sadha yang masih saja menggoda adik perempuannya itu.

Sifat Sadha yang dingin itu tidak berlaku untuk keluarganya. Apalagi pada adik perempuan satu-satunya itu, bahkan ia sangat jahil. Sifat dinginnya itu hanya berlaku di luar rumah saja.

"Adek mau es krim yang lagi viral sekarang. Masau?" ucap Dhina yang akhirnya buka suara sambil menatap Ammar dengan tajam.

"Oke, nanti Mas belikan saat Mas pulang dari rumah sakit. Tapi Adek jangan cemberut lagi ya. Senyum dulu!" ujar Ammar sambil tersenyum manis membujuk Dhina.

"Iya, sudah tidak cemberut lagi." jawab Dhina sambil senyum lebar pada mas sulungnya itu.

Setelah itu, mereka semua menikmati hidangan sarapan pagi bersama yang dibuat oleh Bi Iyah dan dibantu oleh Dhina. Setelah semuanya selesai, Pak Aidi dan Bu Aini pun berangkat kerja bersama karena kebetulan sekolah tempat Bu Aini mengajar searah dengan Kantor Dinas Pak Aidi. Sedangkan Ammar dan Sadha, pergi ke tempat kerja dengan mengendarai mobil mereka masing-masing.

Setelah semuanya pergi, Dhana juga ingin pergi ke cafe. Namun Dhina masih mencegahnya karena gadis itu ingin ikut dan masih membujuk Dhana yang tidak mau mengajaknya.

"Mas... Adek ikut ke cafe ya. Masa Mas tega tinggalin Adek sendirian di rumah. Adek bosan di rumah, Adek tidak ada kegiatan. Ya, ya, mas, Adek ikut." ujar sang adik kembar Dhana dengan tampang melas.

"Adek kenapa mau ikut? Mas di sana hanya ingin melihat cafe sebentar saja. Habis itu Mas mau pergi berkumpul dengan teman. Masa Mas bawa Adek ikut berkumpul sama teman Mas sih. Mas lama kalau sudah kumpul-kumpul." jawab Dhana sambil menggenggam kedua tangan adik kembarnya itu.

"Pokoknya Adek mau ikut! Tidak masalah kalau Mas kumpul sama temannya lama. Adek tunggu, yang penting Adek tidak di rumah. Boleh ya Mas, boleh ya, ya Mas." tutur Dhina dengan wajah melasnya yang semakin jadi dan membuat Dhana tidak tega meninggalkan adiknya itu.

Dhana pun terdiam dan menatap lekat manik sang adik yang membuatnya berpikir ulang untuk meninggalkannya sendiri di rumah bersama Bi Iyah.

"Adek janji tidak akan menganggu Mas saat kumpul sama teman-teman nanti. Adek akan diam saja dan tidak akan bicara apapun." sambung Dhina sambil memohon pada sang mas kembarnya itu.

"Ya sudah. Tapi janjinya ditepati ya, Dek. Tidak akan mendesak Mas pulang. Awas saja! Nanti Mas tinggal baru tau." ucap Dhana sambil melebarkan matanya ke arah adik kembarnya itu.

"Janji, Mas." jawab Dhina dengan senyum lebarnya yang manis itu membuat Dhana pun ikut tersenyum.

"Ya sudah, ayo! Kita ke cafe dulu. Nanti di cafe kalau Adek ingin sesuatu, tinggal pesan saja. Semua karyawan di sana juga sudah kenal sama Adek." jelas Dhana sebelum nanti setiba di cafe Dhina merengek ingin sesuatu.

"Iya, Masku sayang." jawab Dhina singkat.

Akhirnya Dhana dan Dhina pergi ke cafe dengan menggunakan motor besar milik Dhana. Walaupun Dhina terbilang sudah dewasa, tapi sikap kepada mas-masnya itu tetap seperti anak kecil, suka merajuk, cemberut, merengek ingin ikut atau ingin sesuatu. Tapi hal itu tidak membuat Dhina lemah, ia tetap anak yang mandiri, baik, rajin dan juga pintar. Hanya di waktu dan di tempat tertentu saja ia bersikap seperti anak kecil. Di tempat lain, ia menjadi seorang wanita yang mandiri dan juga tidak suka dikasihani. Bahkan, diantara mereka berempat, Dhina lah yang paling dewasa pemikirannya dibandingkan ketiga masnya.

.

.

.

.

.

Happy Reading All ❤️❤️❤️

Terpopuler

Comments

Nona Bucin 18294

Nona Bucin 18294

Hai Dina sicantik dan paling rajin bangun pagi. semangat updatenya ya kak. Jangan lupa juga selalu kesehatan. Salam hangat dari Mama muda 😀😀😀

2021-07-01

0

Mega Pawitri

Mega Pawitri

didunia nyata ada gak sih yang kayak gitu? akurr , keluarga harmonis bangetttt .. sukses . sempurna.. pengen masuk kedunia novel

2021-06-22

0

Arthi Yuniar

Arthi Yuniar

Keluarga yg bahagia dan harmonis ya..mulai baca dari awal nih kak😊

2021-04-12

0

lihat semua
Episodes
1 Pengenalan Tokoh
2 Episode 1 ~ Cemberut Pagi
3 Episode 2 ~ Dhana Bad Mood
4 Episode 3 ~ Rencana Ibu
5 Episode 4 ~ Rencana Ibu (2)
6 Episode 5 ~ Prank untuk Para Mas
7 Episode 6 ~ On The Way Puncak
8 Episode 7 ~ Mulai Aneh
9 Episode 8 ~ Awal Kesedihan
10 Episode 9 ~ Kecurigaan Ammar
11 Episode 10 ~ Kekhawatiran Sadha
12 Episode 11 ~ Tisu Berdarah
13 Episode 12 ~ Rumah Sakit vs Kantor
14 Episode 13 ~ Kepanikan Dhana
15 Episode 14 ~ Ketidakpekaan Dhina
16 Episode 15 ~ Emosi Tingkat Dewa
17 Episode 16 ~ Diagnosis Mengerikan
18 Episode 17 ~ Kecewa
19 Episode 18 ~ Kenyataan Pahit
20 Episode 19 ~ Adek itu Penerang Hidup Kita!
21 Episode 20 ~ Ingin Jagung Bakar
22 Episode 21 ~ Diganggu Preman
23 Episode 22 ~ Foundation
24 Episode 23 ~ Acara di Kantor Ayah
25 Episode 24 ~ Pertengkaran berakhir Fatal
26 Episode 25 ~ Masuk Rumah Sakit
27 Episode 26 ~ Kondisi Dhina
28 Episode 27 ~ Utang Penjelasan
29 Episode 28 ~ Terpukul
30 Episode 29 ~ Hilang
31 Episode 30 ~ Ikatan Bathin Dhana dan Dhina
32 Episode 31 ~ Minta Maaf
33 Episode 32 ~ Berjodoh?
34 Epidode 33 ~ Mimpi Buruk
35 Episode 34 ~ Boleh Pulang
36 Episode 35 ~ Ngungsi dan Curhat
37 Episode 36 ~ Memar Lagi
38 Episode 37 ~ Balas Dendam
39 Episode 38 ~ Tamu Pagi Hari
40 Episode 39 ~ Tamu Tak Diundang
41 Episode 40 ~ Mobil Merah Mencurigakan
42 Episode 41 ~ Selalu Kepikiran
43 Episode 42 ~ Makan Malam Bersama
44 Episode 43 ~ Kedatangan Vanny
45 Episode 44 ~ Berenang
46 Episode 45 ~ Tenggelam
47 Episode 46 ~ Incaran Pertama
48 Episode 47 ~ Teror Dimulai!!!
49 Episode 48 ~ Introgasi
50 Episode 49 ~ Sepemikiran
51 Episode 50 ~ Demam Tinggi
52 Episode 51 ~ Ibu Murka
53 Episode 52 ~ Kejutan
54 Episode 53 ~ Rasa Penasaran Imam
55 Episode 54 ~ Topeng Hantu
56 Episode 55 ~ Hari Bersejarah
57 Episode 56 ~ Mobil Merah Itu Lagi?
58 Episode 57 ~ Datang ke Rumah Ibel
59 Episode 58 ~ Mengungkapkan Perasaan
60 Episode 59 ~ Berangkat Keluar Kota
61 Episode 60 ~ Rahasia Masa Lalu
62 Episode 61 ~ Air Mata Kesedihan
63 Episode 62 ~ Jatuh Korban Lagi
64 Episode 63 ~ Mengetahui sesuatu
65 Episode 64 ~ Musuh Dalam Selimut
66 Episode 65 ~ Masa Lalu Terbongkar
67 Episode 66 ~ Kemoterapi
68 Episode 67 ~ Kembali ke Jakarta
69 Episode 68 ~ Kekesalan Imam
70 Episode 69 ~ Mencari Tau
71 Episode 70 ~ Harus Merelakan Mahkota Hitam
72 Episode 71 ~ Botak Bersama
73 Episode 72 ~ Kembali ke Cafe itu
74 Episode 73 ~ Rekaman CCTV
75 Episode 74 ~ Muntah-muntah
76 Episode 75 ~ Karyawati Baru
77 Episode 76 ~ Barang Bukti
78 Episode 77 ~ Hari Ulang Tahun Ayah
79 Episode 78 ~ Orang Asing
80 Episode 79 ~ Merubah Rencana
81 Episode 80 ~ Gelisah
82 Episode 81 ~ Kebakaran Besar
83 Episode 82 ~ Usaha Penyelamatan
84 Episode 83 ~ Bertanggung Jawab
85 Episode 84 ~ Niat Busuk Mira Sebenarnya
86 Episode 85 ~ Trauma dan Syok
87 Episode 86 ~ Mata Sembap
88 Episode 87 ~ Penyelidikan
89 Episode 88 ~ Keraguan Hati Rezky
90 Episode 89 ~ Jalan Menuju Kebenaran
91 Episode 90 ~ Obat Asing
92 Episode 91 ~ Kecelakaan Maut
93 Episode 92 ~ Kebenaran Dugaan Uci
94 Episode 93 ~ Stadium Tiga
95 Episode 94 ~ Hari Yang Melelahkan
96 Episode 95 ~ Jalan-jalan di Mall
97 Episode 96 ~ Rakha???
98 Episode 97 ~ Janji Dhina
99 Episode 98 ~ Dihadang Komplotan Begal
100 Episode 99 ~ Permintaan Dhina
101 Episode 100 ~ Silsilah Keluarga
102 Episode 101 ~ Melepas Rindu
103 Episode 102 ~ Tidak Ingin Menjadi Penghalang
104 Episode 103 ~ Phobia Kata Mati
105 Episode 104 ~ Semakin Sakit
106 Episode 105 ~ Perihal Jam Tangan
107 Episode 106 ~ Rezky Masih Hidup???
108 Episode 107 ~ Kebenaran Sesungguhnya
109 Episode 108 ~ Tidak Tega
110 Episode 109 ~ Dua Kemungkinan Buruk
111 Episode 110 ~ Menuruti Permintaan Dhina
112 Episode 111 ~ Kuatkan lah Adikku...
113 Episode 112 ~ Harus Kuat dan Tegar
114 Episode 113 ~ Bertemu Kakek dan Nenek
115 Episode 114 ~ Racauan Saudara Kembar
116 Episode 115 ~ Komunikasi Bathin
117 Episode 116 ~ Setitik Kebahagiaan
118 Episode 117 ~ Penyesalan Rezky
119 Episode 118 ~ Ide Konyol Dhana
120 Episode 119 ~ Hasil Tes Laboratorium
121 Visual
122 Episode 120 ~ Salam Dari Surga Untuk Mas
123 Episode 121 ~ Misteri Wanita Pincang
124 Episode 122 ~ Meminta Bantuan
125 Episode 123 ~ Ketakutan Ayah
126 Episode 124 ~ Perasaan Ibel Tidak Enak
127 Episode 125 ~ Si Kembar Sakit Berjama'ah
128 Episode 126 ~ Tes Mendadak
129 Episode 127 ~ Rasa itu Telah Hilang
130 Episode 128 ~ Aku Mencintaimu, Dhina...
131 Episode 129 ~ Kabar Baik Dibalik Air Mata
132 Episode 130 ~ Operasi Sumsum Tulang
133 Episode 131 ~ Rasa Syukur Tak Terhingga
134 Episode 132 ~ Teringat Janji Mas Ammar
135 Episode 133 ~ Kebahagiaan Ibel
136 Episode 134 ~ Aksi Penembakan Keji
137 Episode 135 ~ Rasa Yang Datang Terlambat
138 Episode 136 ~ Diantar Kakak Misterius
139 Episode 137 ~ Surat Rumah Sakit
140 Episode 138 ~ Masih Menjadi Teka-Teki
141 Episode 139 ~ Acara Reuni Kampus
142 Episode 140 ~ Aksi Brutal Pria Hitam
143 Episode 141 ~ Pengakuan Pilu Rezky
144 Episode 142 ~ Berusaha Menjelaskan
145 Episode 143 ~ Mereka Butuh Waktu, Dek...
146 Episode 144 ~ Berusaha Membuang Ego
147 Episode 145 ~ Rumah Itu Menyeramkan
148 Episode 146 ~ Disekap Wanita Pincang
149 Episode 147 ~ Mira Telah Kembali
150 Episode 148 ~ Kegilaan Mira
151 Episode 149 ~ Situasi Yang Sulit
152 Episode 150 ~ Kehendak Tuhan
153 Episode 151 ~ Selamat Jalan Kak Rezky...
154 Episode 152 ~ Kenangan Manis
155 Episode 153 ~ Tetap Waspada
156 Episode 154 ~ Dijodohkan???
157 Episode 155 ~ Mati Satu Tumbuh Seribu
158 Episode 156 ~ Bisa Merasakan
159 Episode 157 ~ Malam Pengajian
160 Episode 158 ~ Cara Yang Tak Sama
161 Episode 159 ~ Bucin
162 Episode 160 ~ Pasrah Tapi Penasaran
163 Episode 161 ~ First Kiss
164 Episode 162 ~ Baru Menyadari
165 Episode 163 ~ Balapan
166 Episode 164 ~ Si Kembar Dalam Bahaya
167 Episode 165 ~ Selamat Dari Maut
168 Episode 166 ~ Masalah Lama
169 Episode 167 ~ Berita Bahagia
170 Episode 168 ~ Isi Hati Adik Perempuan
171 Episode 169 ~ Hadiah Kecil Untuk Dhina
172 Episode 170 ~ Labil
173 Episode 171 ~ Tindakan Ayah
174 Episode 172 ~ Pengakuan Preman Sialan
175 Episode 173 ~ Belanja Bulanan
176 Episode 174 ~ Kasih Sayang Kakak Ipar
177 Episode 175 ~ Komplikasi
178 Episode 176 ~ Adikku Sayang Adikku Malang
179 Episode 177 ~ Perang Bathin
180 Episode 178 ~ Terpaksa Berbohong
181 Episode 179 ~ Cuci Darah
182 Episode 180 ~ Dasar Mesum
183 Episode 181 ~ Berbohong Lagi
184 Episode 182 ~ Seperti Fast And Furious
185 Episode 183 ~ Bukan Peduli
186 Episode 184 ~ Botol Minum
187 Episode 185 ~ Menceritakan Kronologi
188 Episode 186 ~ Hinaan Yang Kejam
189 Episode 187 ~ Hukuman Tetap Berlaku
190 Episode 188 ~ Tidak Ingin Mengorbankan
191 Episode 189 ~ Air Mata Si Kembar
192 Episode 190 ~ Su'udzon Pada Si Kembar
193 Episode 191 ~ Firasat Mulai Muncul
194 Episode 192 ~ Terhalang Restu
195 Episode 193 ~ Mengantar Undangan
196 Episode 194 ~ Siksaan Penjara
197 Episode 195 ~ Mengunjungi Mira
198 Episode 196 ~ Jambret Nakal
199 Episode 197 ~ Bertemu Umi
200 Episode 198 ~ Tangis Jatuh Ke Dalam
201 Episode 199 ~ Firasat Buruk Umi
202 Episode 200 ~ Tanda-Tanda
203 Episode 201 ~ Hari Persiapan
204 Episode 202 ~ Kenangan Masa Kecil
205 Episode 203 ~ Firasat Paman dan Bibi
206 Episode 204 ~ Diam-Diam Cinta
207 Episode 205 ~ Firasat Dhana
208 Episode 206 ~ Dua Amplop Putih
209 Episode 207 ~ Pagi Yang Sibuk
210 Episode 208 ~ Akad Nikah
211 Episode 209 ~ Menjelang Resepsi
212 Episode 210 ~ Menunggu Kabar
213 Episode 211 ~ Tangis Pilu Keluarga
214 Episode 212 ~ Permintaan Terakhir Adek
215 Episode 213 ~ Tuhan Lebih Sayang Adek
216 Episode 214 ~ Bahagia Berselimut Duka
217 Episode 215 ~ Untuk Yang Terakhir Kali
218 Episode 216 ~ Tenanglah Di Sana, Sayang...
219 Episode 217 ~ Surat Terakhir Adek
220 Episode 218 ~ Permintaan Maaf Mira
221 Episode 219 ~ Salam Perpisahan
222 Surat Cinta Author dan Dhina
223 Boneps 1 ~ Serupa Tapi Tak Sama
224 Boneps 2 ~ Antara Kasihan dan Cinta
225 Boneps 3 ~ Masih Terbalut Duka
226 Boneps 4 ~ Bukan Halusinasi
227 Boneps 5 ~ Cerita Pilu Seorang Mala
228 Boneps 6 ~ Menantikan Jawaban
229 Boneps 7 ~ Penerang itu Seakan Kembali
230 Boneps 8 ~ Berbeda Dunia
231 Boneps 9 ~ Harus Benar-benar Pergi
232 Boneps 10 ~ Selamat Tinggal (Ending)
233 Pengumuman Novel Baru
234 Pemberitahuan Novel Sekuel
235 Novel Sekuel Sudah Rilis
Episodes

Updated 235 Episodes

1
Pengenalan Tokoh
2
Episode 1 ~ Cemberut Pagi
3
Episode 2 ~ Dhana Bad Mood
4
Episode 3 ~ Rencana Ibu
5
Episode 4 ~ Rencana Ibu (2)
6
Episode 5 ~ Prank untuk Para Mas
7
Episode 6 ~ On The Way Puncak
8
Episode 7 ~ Mulai Aneh
9
Episode 8 ~ Awal Kesedihan
10
Episode 9 ~ Kecurigaan Ammar
11
Episode 10 ~ Kekhawatiran Sadha
12
Episode 11 ~ Tisu Berdarah
13
Episode 12 ~ Rumah Sakit vs Kantor
14
Episode 13 ~ Kepanikan Dhana
15
Episode 14 ~ Ketidakpekaan Dhina
16
Episode 15 ~ Emosi Tingkat Dewa
17
Episode 16 ~ Diagnosis Mengerikan
18
Episode 17 ~ Kecewa
19
Episode 18 ~ Kenyataan Pahit
20
Episode 19 ~ Adek itu Penerang Hidup Kita!
21
Episode 20 ~ Ingin Jagung Bakar
22
Episode 21 ~ Diganggu Preman
23
Episode 22 ~ Foundation
24
Episode 23 ~ Acara di Kantor Ayah
25
Episode 24 ~ Pertengkaran berakhir Fatal
26
Episode 25 ~ Masuk Rumah Sakit
27
Episode 26 ~ Kondisi Dhina
28
Episode 27 ~ Utang Penjelasan
29
Episode 28 ~ Terpukul
30
Episode 29 ~ Hilang
31
Episode 30 ~ Ikatan Bathin Dhana dan Dhina
32
Episode 31 ~ Minta Maaf
33
Episode 32 ~ Berjodoh?
34
Epidode 33 ~ Mimpi Buruk
35
Episode 34 ~ Boleh Pulang
36
Episode 35 ~ Ngungsi dan Curhat
37
Episode 36 ~ Memar Lagi
38
Episode 37 ~ Balas Dendam
39
Episode 38 ~ Tamu Pagi Hari
40
Episode 39 ~ Tamu Tak Diundang
41
Episode 40 ~ Mobil Merah Mencurigakan
42
Episode 41 ~ Selalu Kepikiran
43
Episode 42 ~ Makan Malam Bersama
44
Episode 43 ~ Kedatangan Vanny
45
Episode 44 ~ Berenang
46
Episode 45 ~ Tenggelam
47
Episode 46 ~ Incaran Pertama
48
Episode 47 ~ Teror Dimulai!!!
49
Episode 48 ~ Introgasi
50
Episode 49 ~ Sepemikiran
51
Episode 50 ~ Demam Tinggi
52
Episode 51 ~ Ibu Murka
53
Episode 52 ~ Kejutan
54
Episode 53 ~ Rasa Penasaran Imam
55
Episode 54 ~ Topeng Hantu
56
Episode 55 ~ Hari Bersejarah
57
Episode 56 ~ Mobil Merah Itu Lagi?
58
Episode 57 ~ Datang ke Rumah Ibel
59
Episode 58 ~ Mengungkapkan Perasaan
60
Episode 59 ~ Berangkat Keluar Kota
61
Episode 60 ~ Rahasia Masa Lalu
62
Episode 61 ~ Air Mata Kesedihan
63
Episode 62 ~ Jatuh Korban Lagi
64
Episode 63 ~ Mengetahui sesuatu
65
Episode 64 ~ Musuh Dalam Selimut
66
Episode 65 ~ Masa Lalu Terbongkar
67
Episode 66 ~ Kemoterapi
68
Episode 67 ~ Kembali ke Jakarta
69
Episode 68 ~ Kekesalan Imam
70
Episode 69 ~ Mencari Tau
71
Episode 70 ~ Harus Merelakan Mahkota Hitam
72
Episode 71 ~ Botak Bersama
73
Episode 72 ~ Kembali ke Cafe itu
74
Episode 73 ~ Rekaman CCTV
75
Episode 74 ~ Muntah-muntah
76
Episode 75 ~ Karyawati Baru
77
Episode 76 ~ Barang Bukti
78
Episode 77 ~ Hari Ulang Tahun Ayah
79
Episode 78 ~ Orang Asing
80
Episode 79 ~ Merubah Rencana
81
Episode 80 ~ Gelisah
82
Episode 81 ~ Kebakaran Besar
83
Episode 82 ~ Usaha Penyelamatan
84
Episode 83 ~ Bertanggung Jawab
85
Episode 84 ~ Niat Busuk Mira Sebenarnya
86
Episode 85 ~ Trauma dan Syok
87
Episode 86 ~ Mata Sembap
88
Episode 87 ~ Penyelidikan
89
Episode 88 ~ Keraguan Hati Rezky
90
Episode 89 ~ Jalan Menuju Kebenaran
91
Episode 90 ~ Obat Asing
92
Episode 91 ~ Kecelakaan Maut
93
Episode 92 ~ Kebenaran Dugaan Uci
94
Episode 93 ~ Stadium Tiga
95
Episode 94 ~ Hari Yang Melelahkan
96
Episode 95 ~ Jalan-jalan di Mall
97
Episode 96 ~ Rakha???
98
Episode 97 ~ Janji Dhina
99
Episode 98 ~ Dihadang Komplotan Begal
100
Episode 99 ~ Permintaan Dhina
101
Episode 100 ~ Silsilah Keluarga
102
Episode 101 ~ Melepas Rindu
103
Episode 102 ~ Tidak Ingin Menjadi Penghalang
104
Episode 103 ~ Phobia Kata Mati
105
Episode 104 ~ Semakin Sakit
106
Episode 105 ~ Perihal Jam Tangan
107
Episode 106 ~ Rezky Masih Hidup???
108
Episode 107 ~ Kebenaran Sesungguhnya
109
Episode 108 ~ Tidak Tega
110
Episode 109 ~ Dua Kemungkinan Buruk
111
Episode 110 ~ Menuruti Permintaan Dhina
112
Episode 111 ~ Kuatkan lah Adikku...
113
Episode 112 ~ Harus Kuat dan Tegar
114
Episode 113 ~ Bertemu Kakek dan Nenek
115
Episode 114 ~ Racauan Saudara Kembar
116
Episode 115 ~ Komunikasi Bathin
117
Episode 116 ~ Setitik Kebahagiaan
118
Episode 117 ~ Penyesalan Rezky
119
Episode 118 ~ Ide Konyol Dhana
120
Episode 119 ~ Hasil Tes Laboratorium
121
Visual
122
Episode 120 ~ Salam Dari Surga Untuk Mas
123
Episode 121 ~ Misteri Wanita Pincang
124
Episode 122 ~ Meminta Bantuan
125
Episode 123 ~ Ketakutan Ayah
126
Episode 124 ~ Perasaan Ibel Tidak Enak
127
Episode 125 ~ Si Kembar Sakit Berjama'ah
128
Episode 126 ~ Tes Mendadak
129
Episode 127 ~ Rasa itu Telah Hilang
130
Episode 128 ~ Aku Mencintaimu, Dhina...
131
Episode 129 ~ Kabar Baik Dibalik Air Mata
132
Episode 130 ~ Operasi Sumsum Tulang
133
Episode 131 ~ Rasa Syukur Tak Terhingga
134
Episode 132 ~ Teringat Janji Mas Ammar
135
Episode 133 ~ Kebahagiaan Ibel
136
Episode 134 ~ Aksi Penembakan Keji
137
Episode 135 ~ Rasa Yang Datang Terlambat
138
Episode 136 ~ Diantar Kakak Misterius
139
Episode 137 ~ Surat Rumah Sakit
140
Episode 138 ~ Masih Menjadi Teka-Teki
141
Episode 139 ~ Acara Reuni Kampus
142
Episode 140 ~ Aksi Brutal Pria Hitam
143
Episode 141 ~ Pengakuan Pilu Rezky
144
Episode 142 ~ Berusaha Menjelaskan
145
Episode 143 ~ Mereka Butuh Waktu, Dek...
146
Episode 144 ~ Berusaha Membuang Ego
147
Episode 145 ~ Rumah Itu Menyeramkan
148
Episode 146 ~ Disekap Wanita Pincang
149
Episode 147 ~ Mira Telah Kembali
150
Episode 148 ~ Kegilaan Mira
151
Episode 149 ~ Situasi Yang Sulit
152
Episode 150 ~ Kehendak Tuhan
153
Episode 151 ~ Selamat Jalan Kak Rezky...
154
Episode 152 ~ Kenangan Manis
155
Episode 153 ~ Tetap Waspada
156
Episode 154 ~ Dijodohkan???
157
Episode 155 ~ Mati Satu Tumbuh Seribu
158
Episode 156 ~ Bisa Merasakan
159
Episode 157 ~ Malam Pengajian
160
Episode 158 ~ Cara Yang Tak Sama
161
Episode 159 ~ Bucin
162
Episode 160 ~ Pasrah Tapi Penasaran
163
Episode 161 ~ First Kiss
164
Episode 162 ~ Baru Menyadari
165
Episode 163 ~ Balapan
166
Episode 164 ~ Si Kembar Dalam Bahaya
167
Episode 165 ~ Selamat Dari Maut
168
Episode 166 ~ Masalah Lama
169
Episode 167 ~ Berita Bahagia
170
Episode 168 ~ Isi Hati Adik Perempuan
171
Episode 169 ~ Hadiah Kecil Untuk Dhina
172
Episode 170 ~ Labil
173
Episode 171 ~ Tindakan Ayah
174
Episode 172 ~ Pengakuan Preman Sialan
175
Episode 173 ~ Belanja Bulanan
176
Episode 174 ~ Kasih Sayang Kakak Ipar
177
Episode 175 ~ Komplikasi
178
Episode 176 ~ Adikku Sayang Adikku Malang
179
Episode 177 ~ Perang Bathin
180
Episode 178 ~ Terpaksa Berbohong
181
Episode 179 ~ Cuci Darah
182
Episode 180 ~ Dasar Mesum
183
Episode 181 ~ Berbohong Lagi
184
Episode 182 ~ Seperti Fast And Furious
185
Episode 183 ~ Bukan Peduli
186
Episode 184 ~ Botol Minum
187
Episode 185 ~ Menceritakan Kronologi
188
Episode 186 ~ Hinaan Yang Kejam
189
Episode 187 ~ Hukuman Tetap Berlaku
190
Episode 188 ~ Tidak Ingin Mengorbankan
191
Episode 189 ~ Air Mata Si Kembar
192
Episode 190 ~ Su'udzon Pada Si Kembar
193
Episode 191 ~ Firasat Mulai Muncul
194
Episode 192 ~ Terhalang Restu
195
Episode 193 ~ Mengantar Undangan
196
Episode 194 ~ Siksaan Penjara
197
Episode 195 ~ Mengunjungi Mira
198
Episode 196 ~ Jambret Nakal
199
Episode 197 ~ Bertemu Umi
200
Episode 198 ~ Tangis Jatuh Ke Dalam
201
Episode 199 ~ Firasat Buruk Umi
202
Episode 200 ~ Tanda-Tanda
203
Episode 201 ~ Hari Persiapan
204
Episode 202 ~ Kenangan Masa Kecil
205
Episode 203 ~ Firasat Paman dan Bibi
206
Episode 204 ~ Diam-Diam Cinta
207
Episode 205 ~ Firasat Dhana
208
Episode 206 ~ Dua Amplop Putih
209
Episode 207 ~ Pagi Yang Sibuk
210
Episode 208 ~ Akad Nikah
211
Episode 209 ~ Menjelang Resepsi
212
Episode 210 ~ Menunggu Kabar
213
Episode 211 ~ Tangis Pilu Keluarga
214
Episode 212 ~ Permintaan Terakhir Adek
215
Episode 213 ~ Tuhan Lebih Sayang Adek
216
Episode 214 ~ Bahagia Berselimut Duka
217
Episode 215 ~ Untuk Yang Terakhir Kali
218
Episode 216 ~ Tenanglah Di Sana, Sayang...
219
Episode 217 ~ Surat Terakhir Adek
220
Episode 218 ~ Permintaan Maaf Mira
221
Episode 219 ~ Salam Perpisahan
222
Surat Cinta Author dan Dhina
223
Boneps 1 ~ Serupa Tapi Tak Sama
224
Boneps 2 ~ Antara Kasihan dan Cinta
225
Boneps 3 ~ Masih Terbalut Duka
226
Boneps 4 ~ Bukan Halusinasi
227
Boneps 5 ~ Cerita Pilu Seorang Mala
228
Boneps 6 ~ Menantikan Jawaban
229
Boneps 7 ~ Penerang itu Seakan Kembali
230
Boneps 8 ~ Berbeda Dunia
231
Boneps 9 ~ Harus Benar-benar Pergi
232
Boneps 10 ~ Selamat Tinggal (Ending)
233
Pengumuman Novel Baru
234
Pemberitahuan Novel Sekuel
235
Novel Sekuel Sudah Rilis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!