"Hufhh... Sepertinya aku terlambat" Gia berlari sambil melihat jam tangannya.
Tok...Tok...Tok...
"Permisi maaf saya terlambat"sapa Gia pada Dosen Ji yang sudah beberapa menit menjelaskan pelajaran.
Dengan tatapan mematikan, Dosen Ji diam dan terus menatap Gia berjalan sampai Gia berada didepannya.
"Apakah Universitas ini punyamu?" pertanyaan Dosen Ji yang sangat mematikan, seperti belati yang menancap di tenggorokan hingga seseorang yang berhadapan dengan nya tidak mampu untuk berkutik.
Belum sempat Gia menjawab pertanyaan Dosen Ji, kembali lagi Dosen Ji mencercanya dengan kata kata pedas.
"Aku tidak membutuhkan Mahasiswa seperti kau yang tidak tau aturan di dalam kelasku, dan satu hal yang kau harus tau, walaupun kau sepintar apapun aku tidak segan segan untuk mengskors mu! camkan itu! baiklah untuk kali ini kau boleh duduk"perintah Ji.
"Te, terima kasih Gangsa Ji" jawab Gia dengan rasa yang bercampur aduk.
Karena kelas sudah beberapa menit berjalan dan bangku tempat biasa Gia duduk sudah diisi orang lain, Gia memilih duduk di sebelah pria tinggi yang kaku dan dingin.
"Sayu biru bersenandung merdu..
Menerpa keraguan Sukma yang membelenggu....
Berlari diantara jerami tajam
Yang bertaut bersama debu dalam malam yang kelabu....
Syahdu gelombang rindu yang terbentur dinding langit membiru..
Mencekam, mencela hati nurani yang membisu....
Sahutan rindu itu merogoh Kalbu mendesak lidah dalam kekalutan..
Biar mentari datang pada siang yang panjang..." (ekatio)
"Wow Syairmu keren!" bisik Gia kepada pria yang duduk di sampingnya, Gia sangat kagum dengan barisan syair indah yang pria itu tulis.
Dengan lirikan tidak suka karena Gia diam diam membaca karyanya.
"Setelah datang terlambat, dengan tidak sopan membaca karya orang tanpa Izin" ucap pria itu ketus.
"Owh.. Maaf, aku tidak bermaksud seperti itu,aku hanya tidak sengaja melihat sepenggal Syairmu tadi" jelas Gia.
Tanpa membalas ucapan Gia pria itu melanjutkan kembali menyimak pelajaran yang diterangkan Dosen Ji.
"Aku sangat menyukai senyuman mu itu,manis seperti candu saat pertama melihat nya.
seperti racun yang mampu menghentikan aliran darah ku,dan seperti bius yang membuatku tak berdaya. Nafasku sesak saat mendengar suaramu yang sangat jelas di telingaku, kepalaku seperti banyak kunang kunang yang berterbangan menggoda pikiranku, ingin ku hentikan waktu agar aku puas menikmati ciptaan tuhan yang berada tepat di hadapanku ini."
Krringg...
Bel tanda pelajaran usai pun berbunyi.
"Baiklah sampai bertemu Minggu depan, saya harap tidak ada lagi keterlambatan di dalam kelas saya, dan kau Gia setelah pulang kuliah temui saya di ruangan saya!" ucap Dosen Ji mengakhiri kelasnya.
"Baik Gangsa Ji " Jawab Gia dengan sedikit menunduk.
Hari ini Gia sendiri karena Haruto harus keluar kota untuk urusan keluarga dan dalam beberapa hari ke depan Gia akan kesepian tanpa Haruto.
Jam perkuliahan Gia sudah selesai, Gia menyelusuri Koridor menuju ruangan Dosen Ji dan setelah sampai didepan ruangan Dosen Ji niat untuk mengetuk pintu Dosen Ji pun terhenti.
"Hei kau,bisa sedikit sopan tidak kepadaku! aku ini kakakmu!" Teriak Dosen Ji terdengar jelas di telinga Gia.
"Aku tau kau marah kepada Papi tapi kau tidak perlu memperlakukan Haruto seperti itu, sadarlah Haruto itu saudaramu,adik kandungmu! aku sangat menyayangi kau dan Haruto aku tidak akan membiarkan kau dan Haruto seperti itu,akupun tau kau juga menyayangi Haruto!" terdengar isak tangis Dosen Ji yang pilu,entah kepada siapa ia berbicara,karena tidak ingin menggangu Dosen Ji, akhirnya Gia mencoba menunggu di kantin sampai Dosen Ji ji menghubunginya.
BIP..BIP...BIP...
"Temui aku di ruangan ku sekarang!"isi Chat Dosen Ji Kepada Gia, sambil menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya Gia berjalan lagi menuju ruangan Dosen Ji.
Tok...tok.... tok
"Masuk" terdengar suara Dosen Ji dari dalam ruangan.
"Selamat siang Gangsa ji " ucap Gia dengan rasa canggung karena kejadian pagi tadi.
"Duduklah, rileks Gi, ini bukan jam pelajaranku jadi kau tidak perlu bersikap Formal kepadaku" sembari melempar senyum kepada Gia.
Haruto sangat dekat dan manja kepada Ji saat di rumah tapi akan acuh tak acuh jika berada di Kampus. Haruto selalu menceritakan apapun yang dia rasakan dan apapun yang dia lalui kepada Ji.
Bagi Haruto,Ji bukan saja sosok kakak perempuan tapi Ji sudah seperti sosok Ibu dimata Haruto, dan Gia pun bukan orang asing untuk Ji,
Ji sangat tau tentang Gia dari Haruto.
"Besok Haruto akan pergi keluar kota untuk beberapa hari,malam ini bisakah kau datang ke rumah untuk makan malam?" Tanya Ji Kepada Gia.
"Baiklah Oenni " sambil melempar senyum kepada Ji.
"Owh iya sekalian ajak Ayah dan Ibumu juga" sambung Ji.
"Baiklah Oenni, mereka akan ikut" ucap Gia.
Ji adalah sosok penyayang jika di luar kampus, dia sangat lembut dan penyayang dan Ji akan berubah menjadi Killer jika telah memasuki area Kampus,
Ji tidak keberatan jika di luar kampus Gia memanggilnya Oenni karena Ji pun sudah menganggap Gia sebagai adiknya sendiri.
Di kediaman Haruto.
"Noona, besok aku akan berangkat,aku titip Gia ya! " Pinta Haruto kepada Ji.
"Emang aku Tempat penitipan anak" ucap Ji yang selalu bercanda kepada Haruto.
"Ayolah, kalau Noona tidak mengiyakan aku akan membatalkan keberangkatan ku besok!" Ancam Haruto kepada Ji.
"Kau mengancam ku?" Teriak Ji.
"Habisnya susah sekali bilang iya saja! " memanyunkan bibirnya.
"Kau sangat mengkhawatirkan Gia, jangan jangan kau suka ya kepada Gia?" Tanya Ji dengan rasa curiga.
"Ah Ji Noona ada ada saja" jadi salah tingkah.
"Kau tidak bisa membohongi Noona mu ini, ayo ngaku!" Goda Ji.
"Heheh iya, sebenarnya aku jatuh cinta saat pertama kali bertemu dengan nya, tapi Gia sudah menganggap ku seperti Oppa nya sendiri, jadi aku tidak berani mengutarakan rasaku kepada Gia, aku takut Gia akan menjauh dan aku rasa ini hanya perasaan sesaat saja!" jelas haruto sambil menunduk lesu.
Ji yang tau perasaan haruto mencoba mengalihkan obrolan dan kembali kepada topik obrolan dimana Haruto meminta Ji menjaga Gia selama dia pergi.
Sambil mendekat dan memeluk Haruto dengan penuh kasih sayang.
"Apapun yang kau pinta pasti akan aku lakuin!" Sambil menatap wajah adik kesayangannya.
"Terima kasih Noona! kau memang paling terbaik pokoknya!" ucap Haruto tulus
Ji hanya diam dan mencoba tersenyum, tanpa diketahui Haruto air mata Ji mengalir seketika.
"Oh iya kak, dia tidak datang untuk makan malam bersama kita?" Tanya Haruto memecah kesunyian.
"Dia bilang ia banyak kerjaan" jawab Ji singkat.
Haruto yang mengerti keadaan hanya mampu mengangguk kecewa.
Haruto dan Ji bercengkrama di ruang tengah, sambil bercerita hal hal bahagia dan kenangan masa kecil yang pernah mereka lewati.
"Permisi non, keluarga non Gia sudah datang" ucap bibi In Kepada Ji.
"Oh iya bi, suruh mereka masuk, aku dan Haruto akan menemui mereka" ucap Ji sambil menatap Haruto.
"Halo Ji sayang."peluk Ibu ketika bertemu dengan Ji.
"Malam Appa ,malam Eomma" sambut Ji Kepada orang tua Gia.
"Silahkan duduk" mempersilahkan mereka duduk.
Orang tua Gia sudah menganggap Haruto dan Ji seperti anaknya sendiri.
Ji dan Haruto memang Humble, mudah akrab sama siapa saja,sedangkan orang tua Gia mereka sangat penyayang dan tidak segan segan memperlihatkan kasih sayang mereka kepada orang orang terdekatnya.
Mereka seperti keluarga kandung walupun mereka belum lama bertemu.
Jamuan makan malam telah usai, banyak obrolan yang mereka obrolkan, mula dari candaan maupun yang serius.
"Baiklah karena sudah malam, Appa dan Eomma pamit, dan kau Uto besok hati hati di jalan, kalau jatuh berdiri lagi, jangan menangis nanti orang bingung membujuk mu untuk berhenti menangis" pesan Ayah sambil menggoda Haruto.
"Siap laksanakan" jawab Haruto dengan nada seperti seorang Prajurit.
Semua orang tertawa melihat kelakuan Ayah Gia dan Haruto,
tampak jelas kebahagiaan Ji dan Haruto ketika berkumpul bersama keluarga Gia.
Ji dan Haruto memang selalu merindukan suasana hangat seperti ini, suasana yang telah lama menghilang dari rumah mereka.
#GANGSA (dosen)
#OENNI (Panggilan untuk kakak cewek, digunakan hanya dikalangan cewek atau sapaan cewek buat cewek juga)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Kekasih Gelap
aku mampir lagi ni, semangat untuk buat kisahya.
aku tidak bisa berkata apa-apa. Semoga novel ini bisa menyusul kejayan novel-novel terkenal lainnya.
salam hangat dari Xi Wang dan Jing Sheng.
klw ada waktu senggang mampir ya.
2020-11-02
2