“Mam, apa yang Mami katakan?” tanya Gibran tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
Nyonya Ningrum yang mendengar pertanyaan putranya enggan menjawab dan segera mengejar Abian yang sudah menuju keluar rumah. “Tuan, ini putri saya. Saya yakin putri saya tentu tidak akan membuat kecewa anda.” ucapnya sambil menyodorkan ponselnya pada Abian.
“Astaga orangtua macam apa ini menyerahkan anaknya hanya demi membebaskan keluarganya dari kesalahan yang harusnya di pertanggungjawabkan?” gumam Zanna yang merasa aneh dengan keluarga satu itu.
Abian yang melirik ponsel wanita itu sedikit terkejut, “Jadi wanita itu-“ (ucapan Abian menggantung saat mengingat wajah Indira). wajahnya seketika tersenyum licik.
“Dunia begitu sempit, bagaimana bisa wanita yang tidak bertanggung jawab itu- ah sudahlah memang anak dan orangtua semua sama saja sama-sama tidak punya rasa tanggung jawab.” gumam Abian yang sambil menatap lama layar ponselnya.
Tanpa menjawab Abian kini melangkah menuju mobilnya dengan wajah yang terlihat ekspresi bercampur aduk.
Zanna yang melihat ekspresi Tuan mudanya saat mendapatkan tawaran seorang gadis tentu sudah bisa menebak jika Tuan mudanya akan menolak. Bagaimana bisa ia menerima tawaran itu sedangkan Abian masih belum bisa menerima kematian calon istrinya. Meskipun selama kepergian calon istrinya begitu banyak wanita yang terus berdatangan pada Abian, pria itu hanya bisa menolaknya lagi dan lagi.
Beruntung Abian memiliki sekertaris yang cerdas, Zanna selalu mampu membuat semua wanita menjauh dari Abian dengan kegalakan yang ia miliki. Beberapa kali wanita lari dari rumah Abian saat melihat kedatangan Zanna yang terus melihatkan ekspresi seorang wanita kanibal yang membawa pisau seakan ingin memakan tubuh mereka.
Di perjalanan Abian yang hanya menatap ke depan tanpa mengatakan apa pun membuat Zanna terus merasa penasaran.
“Maudi sayang, tenanglah. Aku akan membuat semua tidak akan baik-baik saja karena berani membuatmu pergi dariku.” gumam Abian yang terus mengepal tangannya. Matanya tampak memerah seakan terlihat sorot mata yang tadi sayang tajam berubah menjadi mata yang penuh kesedihan begitu dalam.
Abian mengingat kembali saat calon istrinya menelfon terakhir kalinya sebelum kepergiannya malam itu.
Flashbac on
“Sayang, kita makan malam yah ini malam minggu loh.” ucap Abian dengan berusaha membujuk Maudi lewat telfon.
“Ahhh, besok saja yah. Aku sedang sangat sibuk.” tolak Maudi dengan datarnya.
“Ayolah, aku saja yang seorang Direktur terkenal bisa meluangkan waktu untuk calon istriku, masa kau tidak bisa?” Abian yang terus berusaha memohon.
“Abian Malik, saat ini calon istrimu yang cantik ini sedang sibuk. Kau tahu di luar sana banyak sekali orang yang membutuhkan wanita sepertiku sebagai dewa penolong mereka loh.” jelas Maudi dengan becandanya.
“Oh yah? Memangnya apa yang kau lakukan sampai tidak bisa memberiku waktu sedikit saja?” tanya Abian tampak penasaran.
“Malam ini aku akan mengumpulkan semua berkas tentang penggelapan pajak dari sebuah perusahaan. Dan kau tahu perusahaan ini sudah bertindak jahat sangat lama tidak sedikit nyawa yang melayang karena ulahnya itu.” jelas Maudi yang terdengar geram dari seberang sana.
Abian yang mendengar curahan hati wanitanya hanya tertawa dengan rasa kagum sesekali kepalanya mengangguk. “Ya ya ya aku adalah satu-satunya pria yang begitu bangga memiliki seorang calon istri yang berjiwa pahlawan sampai tidak bisa menyisakan waktu sedikit pun untuk calon suaminya yang tampan ini.” ejek Abian yang membuat Maudi kesal.
“Sayang, kau mengapa berkata seperti itu sih? Aku ini seorang konsultan dan itu tentu kewajibanku melakukan kejujuran kan?” Maudi yang berusaha membela dirinya.
“Hehehe iya iya sudahlah aku hanya bercanda, baiklah aku akan malam mingguan dengan Zanna saja kalau begitu.” ucap Abian yang membuat Maudi cemburu.
“Baiklah, katakan pada Zanna jaga calon suami tampanku yah.” sahut Maudi yang sudah mematikan ponselnya.
“Astaga aku ini calon suaminya atau adiknya sih? Mengapa tidak ada rasa cemburunya sedikit pun padaku?” tanya Abian dalam hatinya.
Setengah jam kemudian Abian di kejutkan dengan Zanna yang sudah berlari mengahampirinya di ruang kerjanya. “Ada apa?” tanya Abian dengan wajah datarnya.
“Tu-an ini, Nona Ma-udi-“ (ucapan Zanna yang terpotong).
“Maudi ada apa sih? Dia datang yah kemari?” tanya Abian dengan senyum bahagianya akhirnya calon istrinya memberikan waktu juga untuknya setelah perdebatan panjang.
“Bukan, Tuan. Nona Maudi meninggal.” ucap Zanna yang sukses membangunkan Abian dari duduknya.
“Apa katamu? kau bercanda apa ini Zanna tidak lucu mana Maudi?” tanya Abian yang terdengar berusaha membohongi dirinya.
Zanna yang sudah tidak kuat menjelaskan kini menyodorkan ponselnya melihatkan pemberitaan yang sudah tersiar di sosial media. Abian yang melihat pemberitaan tentang Maudi Bachsin seorang konsultan yang mati tertembak di kantornya kini masih menjadi tanda tanya tentang pembunuhnya. Karena sama sekali tidak meninggalkan jejak apa pun.
“Tidak, ini bercanda. Ini semua tidak terjadi. Aaaaaaaaa.” teriak Abian yang tersungkur ke lantai dengan wajah tidak percayanya. Dengan cepat ia berdiri kembali dan berlari menuju mobil supir yang baru saja ingin membukakan pintu mobil kini terdorong ke lantai oleh Abian.
Pria itu melajukan mobilnya seorang diri dan tanpa perintah pengawalnya dengan cepat melajukan mobil mengiringi kepergian Tuan mudanya. Sepersekian menit Abian tiba di lokasi kejadian ia melihat semua para petugas kepolisian sudah tampak menyelidiki, salah satu dari mereka mendekat pada Abian.
“Tuan, Nona Maudi sudah kami larikan ke rumah sakit X.” ucap polisi itu yang belum selesai menjelaskan Abian sudah lebih dulu berlari kembali melajukan mobilnya.
Sepanjang jalan ia terus menginjak gas mobil tanpa mengira-ngira. Di dalam fikirannya hanya terus terbayang wajah Maudi yang tersenyum saat menelfon dengannya beberapa kali ia terus memukul dadanya karena begitu sesak rasanya.
Rasa tidak percaya ketika mendengar kejadian yang di alami Maudi begitu membuatnya terpukul seperti sedang bermimpi buruk. Abian terus berdoa untuk keselamatan Maudi ia berharap semua akan baik-baik saja.
Zanna yang sudah menerima informasi tentang kematian Maudi dengan cepat melajukan mobilnya menuju rumah sakit. Tentu ia lebih dulu tiba di rumah sakit dari pada Abian, sesampainya di rumah sakit Zanna memastikan jika itu benar-benar Maudi.
Di kamar jenazah Zanna yang tampak syok melihat wajah wanita cantik yang sudah menutup matanya dengan rapat seakan tidak percaya jika malam itu adalah malam terakhirnya melihat Maudi tersenyum. Wajah Maudi yang tersenyum saat kematiannya terlihat sangat tenang.
Tubuh Zanna yang terlihat tegak seketika menjadi lemas bergemetar, bukan hanya Abian yang merasakan kehilangan Maudi satu-satunya yang Zanna dekat dari pada Abian dan Ayahnya hanyalah Maudi yang selalu baik padanya. Air mata yang tanpa terasa kini mengalir deras di pipi wanita itu tanpa bisa ia tahan.
“Sayang, Sayang jangan tinggalkan aku. Kita mau menikah. Katakan ini hanya bercanda kan sayang? Malam ini bukan malam anniversarry kita tapi besok malam. Kau terlalu cepat memberiku kejutan sayang.” ucap Abian yang terus menggoyang tubuh Maudi tak percaya sembari mengusap kasar air matanya. Ia yakin jika ini hanya kejutan Maudi yang salah hari.
Beberapa kali Abian terus membangunkannya sampai akhirnya Zanna meyakinkan Abian jika Maudi sudah benar-benar pergi. Abian terjatuh seketika tubuhnya kini tak kuat kuat lagi menopang beratnya beban yang ia alami.
“Kau juga meninggalkanku yah sama seperti Ayah dan Ibu? Ku fikir janjimu bisa kau tepati sayang akan menemaniku sampai tua nanti. Dan berdiri menikmati mall yang ku bangun untukmu bisa melihat bangunan yang berbeda dari yang lainnya bersama anak kita.” Ucap Abian yang terdengar seperti menagih janji Maudi saat itu.
Flashbac off
Zanna yang baru tersadar dengan salah satu penjaga di depan rumah Tuan David tadi merasa ada yang mengganjal di ingatannya. Beberapa kali wanita itu terus berusaha mengingatnya sampai akhirnya ia benar-benar ingat.
“Tato kincir di leher.” ucap Zanna tanpa sadar mengatakannya.
Abian yang mengingat tato itu tersadar seketika, “Ada apa, Zanna?” tanyanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
Wahyuni Yuni
jagan balas dendam sama ara
2021-11-25
0
Susilawati Dewi
berarti david jht bngt
2021-08-06
0
Arif Wahyu
makin seruuu
2021-03-14
1