Indira yang mendengar dari mulut Federic merasa legah karena ia tidak perlu takut lagi jika akan keluar tanpa Federic. Namun ada rasa penasaran mengapa sampai saat ini Maminya atau pun Adiknya belum juga ada menghubunginya.
“Apa mereka tidak tahu tentang masalahku di sini?” gumam Indira yang kembali melamun.
“Ra,” panggil Federic.
“Eh iya.” jawab Indira yang terkejut.
“Ada apa?” tanya Federic yang penasaran.
“Tidak ada, aku hanya tidak sabar untuk kuliah lagi.” jawab Indira.
Federic yang mendengar Indira sudah kembali semangat lagi ikut merasa senang, kini mereka bersiap untuk ke kampus. Seperti biasa Indira kuliah berangkat berdua dengan Federic dan melakukan aktifitas mereka masing-masing saat sudah di kampus. Indira yang mulai dengan pemotretan dan Federic yang sibuk membuat sketsa bangunan proyek baru lagi. Selama kuliah Federic sambil bekerja agar bisa sukses tanpa menunggu lulus.
Beberapa waktu mereka lalui dengan tenang tanpa ada masalah yang datang, hari itu saat Indira tidak pergi dengan Federic karena ada pemotretan, akhirnya Federic pergi melihat proyek sendirian sementara Indira di temani dengan kedua sahabatnya.
“Braakk.” suara mobil Federic di tabrak dari belakang oleh mobil yang tampak melaju sejak tadi.
Federic yang kesal dengan cepat turun dari mobilnya dan mendatangi mobil itu, namun ia terkejut ketika berdiri di depan mobil sudah tampak beberapa orang yang berwajah menyeramkan mengelilinginya dari segala arah. Di jalan itu memang tampak sepi tidak ada satu pun kendaraan yang lewat karena Federic memang menuju lokasi yang baru di buka.
“Siapa kalian?” tanya Federic yang merasa mulai khawatir.
Tanpa ada bicara segerombolan orang itu sudah memukuli Federic bergantian tanpa memberikan jeda Federic untuk bisa melawan. Mereka terus memukul bagian wajah, perut, dan kaki secara bergantian.
Federic yang sudah merasa tidak kuat lagi kini sudah tersungkur ke dasar tanah dengan wajah yang bercucuran darah. Tatapan matanya sudah buram tanpa bisa melihat jelas di sekelilingnya lagi, setelah yakin Federic tidak sadarkan diri kini mereka meninggalkannya seorang diri.
“Indira.” ucap Federic yang terdengar lirih.
Matanya perlahan mulai meredup dalam fikirannya hanya ada satu bayangan wanita cantik dengan senyuman manisnya. Suasana yang sangat sepi membuat Federic kesulitan mendapatkan pertolongan sedangkan tubuhnya yang terkulai lemas sudah tak mampu untuk bangun. Perlahan namun pasti mata pria itu menutup dengan sempurna.
Di mobil Federic terdengan ponselnya yang berdering beberapa kali, tentu itu adalah panggilan dari wanita kesayangannya. Indira yang berusaha menghubungi Federic beberapa kali kini masih belum mendapatkan jawaban. Perasaannya mulai cemas mengkhawatirkan pria itu sangat tidak biasa Federic mengacuhkan panggilan dari Indira.
“Kemana dia?” tanya Indira sambil menggenggam erat ponsel di tangannya.
Wajahnya begitu terlihat cemas berulang kali Indira bolak balik di depan pintu apartemen mencoba menenangkan diri menunggu kepulangan prianya tetapi hasil tetap saja sama perasaan tidak akn bisa tenang jika belum melihat separuh nafasnya.
Hari sudah semakin malam Indira yang belum menutup pintu apartemen tiba-tiba di kejutkan dengan kedatangan beberapa pria asing yang memakai pakaian serba hitam.
“Siapa kalian?” tanyanya.
“Anda tidak perlu bertanya, ikut kami!” Beberapa pria itu memaksa Indira untuk pergi bersama mereka.
Sedangkan pelayan yang tadinya berada di dapur berlari mengejar Indira namun para pria itu berhasil mendorong pelayan sampai jatuh pingsan. Indira terus menangis berusaha melakukan perlawan namun tubuhnya yang terkalahkan dengan tenaga mereka tidak bisa menyelamatkan diri.
Apa lagi yang harus gadis itu hadapi kali ini belum cukupkah semua yang sudah di alami selama ini mengapa Tuhan begitu tidak adilnya dengan satu makhluknya ini. Indira yang terus berusaha melakukan perlawanan meskipun ia tahu itu tidak akan menghasilkan apa pun setidaknya ada orang yang berniat baik membantunya.
Tetapi usahanya pupus begitu saja ketika mereka melakukan pembiusan pada Indira saat di lorong apartemen. Selama perjalanan menuju sebuah hotel para pria itu tampak dengan wajah datarnya mereka kali ini berhasil menjalankan perintah dengan baik.
Setelah sampai di hotel mewah, Indira yang di bopong dari luar menuju kamar masih tidak sadarkan diri. Tubuh wanita itu dengan cepat di rebahkan ke kasur wajahnya begitu terlihat semakin menggoda siapa pun yang melihatnya.
“Kalian boleh keluar.” ucap pria itu.
“Sayang, bangulah.” panggil pria itu.
Indira yang merasa wajahnya di pegang-pegang dengan lembut akhirnya mulai tersadar matanya di buka perlahan dan seketika tatapannya berubah menjadi ketakutan.
“Kau.” ucap Indira yang dnegan segera mendorong tubuhnya untuk menjauh dari pria itu.
“Ada apa? Jangan takut padaku.” ucapnya sambil tertawa menggoda.
“Kau bukannya?” tanya Indira tampak berhenti.
“Yah. Seharusnya aku dipenjara itu kan katamu? tapi sayangnya kau lupa jika aku bisa melakukan apa saja termasuk memilikimu.” jelas Tuan David yang membuat Indira meneguk kasar dengan wajah yang sudah berkeringat.
Indira yang menyadari niat buruk Tuan David tampak ketakutan matanya menatap ke segala penjuru ruangan itu. Ia tidak tahu sedang berada di mana saat ini yang jelas pria tua itu pasti sudah merencanakan hal jahat lagi padanya.
“Ku mohon biarkan aku pergi, aku mohon.” ucap Indira yang mulai meminta belas kasih.
“Baiklah aku bisa membiarkanmu pergi,” ucap Tuan David namun kembali terkekeh dan mengatakan, "tapi setelah kau memuaskan ku dulu.
Indira yang mendengar tawaran itu merasa jijik sekali lagi ia harus merasakan ketakutan yang luar biasa. Tubuh tua yang sudah bau tanah bagaimana bisa memiliki hasrat yang begitu besar pada putri tirinya sendiri. Indira yang kini mulai berfikir cara melepaskan diri berusaha melihat seisi ruangan.
Ia terus mencari alat bantu sekalipun harus membunuh ia bahkan rela dari pada harus rela menyerahkan dirinya pada pria baj*ngan itu. Belum sempat Indira mendapatkan ide Tuan David lebih dulu menindih tubuhnya dengan begitu rakusnya pria itu mulai menelusuri leher jenjang Indira. Indira terus berusaha keras mendorong tubuh pria tua itu namun sayangnya masih belum ada hasil. Seketika tangan Indira yang terlepas dari genggaman Tuan David menarik tiang lampu yang berada di samping kasur itu.
“Plaakk.” Terdengar suara pukulan keras yang menghantam kepala Tuan David hingga berdarah.
Seketika pria itu memegang kepalanya yang terasa sakit, Indira yang dengan cepatnya berdiri dan berusaha meninggalkan kamar kini berusaha membuka pintu. Belum sempat ia melangkah keluar Tuan David sudah lebih dulu menangkap kaki Indira.
“Mau kemana kau?” tanya Tuan David yang terbaring dengan kepala bercucuran darah di lantai.
Indira teru berusaha melepaskan pegangan pria itu di pergelangan kakinya sampai akhirnya Indira menginjak kepala Tuan David yang berdarah. Begitu terlihat brutalnya Indira saat marah kelembutannya seketika berubah menjadi wanita pembunuh.
Indira yang merasa enggak untuk pergi kini memilih untuk kembali menendang perut Tuan David berkali-kali. Memukul tangan pria itu dengan kaki meja yang ada di sudut ruangan kamar itu kemudian meludahi wajah pria itu.
Tuan David yang sudah terbaring lemas begitu terkejut melihat keberanian Indira padanya, tanpa bisa melakukan perlawanan akhirnya Indira pergi dengan tatapan kemarahannya. Langkahnya begitu lurus dengan tatapan tajamnya air mata yang sejak tadi sudah terhenti seketika kembali menetes mengiringi kepergiannya dari hotel itu.
Bayangan Papinya dan keluarganya yang hidup bahagia seketika terputar kembali di kepala Indira, jika hari ini ia tidak bisa menyelamatkan diri tentu semua akan sangat menjijikkan. Indira yang saat ini terlihat sangat kuat membuatnya ingin lebih berani dari hari ini lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
Dea Aprilia
bunuh aja ra biar tau rasa
2021-11-25
0
Maya Astuti
Semangat indira.hajar tua bangka😡😡😡😡😡
2021-08-19
0
Susilawati Dewi
semoga ada yg menolongya
2021-08-05
0