Federic yang sudah sangat emosi kini segera mencari keberadaan pria itu dan ia menemukan Tuan David yang masih jatuh pingsan di atas kasur Indira. Tanpa bisa mengendalikan diri lagi kini Federic terus memukuli pria tua itu dengan keras sampai terlihat wajahnya yang biru lebam di beberapa bagian.
Tidak hanya sampai di situ, Federic juga menghubungi polisi untuk membawa Tuan David ke penjara karena telah melakukan percobaan pemerkosa*n pada anak tirinya sendiri. Pihak kepolisian dengan sigap sudah tiba di lokasi setelah menerima laporan dari Federic.
Kini Tuan David yang belum sadarkan diri di bawa ke kantor polisi dengan di ikuti Federic yang menggunakan mobil pribadi. Karena pihak kepolisian memintanya untuk menjadi saksi atas laporan yang ia ajukan.
Hari begitu singkat cepatnya waktu berputar tidak mampu menghilangkan ingatan seseorang tentang kejadian malam itu. Indira yang baru saja terbangun dari tidurnya kini kembali menangis histeris sampai pelayan yang menjaganya begitu panik dan berlari mendekat ke sumber suara.
“Nona, ada apa?” tanya pelayan itu dengan berbahasa Inggris.
Indira yang tidak menjawab hanya terus menangis berteriak-teriak seakan merasa ada yang terus mengejarnya dan ingin memakannya. Pelayan yang merasa panik kini berlari mencoba menghubungi Federic melalui telfon ruangan itu.
“Ada apa?” tanya Federic.
Tanpa basa basi pelayan itu menceritakan keadaan Indira yang kini menangis terus dan berteriak tanpa bisa di tenangkan. Federic yang mendengar kini berlari dengan cepat menuju apartemen di ikuti dua orang petugas kepolisian untuk mendapatkan informasi terkait laporan yang di berikan Federic.
“Tolong...jangan dekati aku, ku mohon.” teriak Indira terus berkicau tanpa mau mendengarkan ucapan pelayan itu yang kini sudah menangis melihat keadaan Indira tampak trauma berat.
Di dalam fikiran Indira terus terbayang ketika Tuan David sudah hampir menelusui area kepemilikannya dengan milik Tuan David. Hal itu terus berputar seperti kaset di kepala gadis itu air matanya terus berlinang.
“Nona Indira tenangnya, anda masih belum di apa-apakan dengan pria itu.” jelas pelayan yang berusaha menenangkan Indira.
Tampaknya usaha wanita itu sangat sia-sia karena Indira sudah tidak lagi bisa mendengarkan ucapan siapa pun karena bayangan Tuan David terus merasuki fikirannya.
“Indira.” ucap Federic yang baru saja tiba tampak syok melihat gadis yang kini sudah menyembunyikan rapat tubuhnya di sudut kasur dengan rambut yang berantakan.
Perlahan Federic mendekat dan memeluk tubuh Indira yang sangat penuh dengan keringat, meskipun ruangan itu sangat dingin namun aktifitas Indira yang begitu tidak beraturan menghambur-hamburkan semua bantal membuatnya kepanasan.
Kini Indira menangis dalam pelukan pria tampan itu tanpa mengatakan apa pun hanya pelukan yang Federic rasakan begitu eratnya. Setelah Indira merasa lebih tenang kini Federic menyuruh petugas kepolisian yang ikut berasamanya keluar dengan pelayan.
Di luar mereka mengajukan beberapa pertanyaan untuk melengkapi laporan Federic pada Tuan David. Pelayan itu menceritakan dengan seksama kejadian semalam yang ia alami bersama Indira di apartemen sebelah. Akhirnya mereka kini menuju apartemen Indira untuk melihat tempat kejadian kini apartemen Indira di tutup sementara waktu demi melancarkan penyelidikan mereka.
“Kau baik-baik saja?” tanya Federic yang melihat Indira sudah jauh lebih tenang.
“Aku takut.” keluh Indira yang terus meneteskan air matanya.
“Aku sudah bilang bukan kapan pun kau butuh aku akan bersama mu.” ucap Federic yang membuat Indira merasa tenang.
Akhirya hari itu Federic memutuskan untuk tidak kuliah bersama Indira, sementara Tuan David yang berada di kantor polisi baru saja sadar dari pingsannya. Perlahan matanya membuka dengan berat masih bisa ia rasakan punggung yang sakit akibat pukulan pelayan semalam.
Matanya terbelalak tidak percaya ketika melihat langit-langit ruangan yang ia tiduri, merasa sangat asing dengan tempat itu kini Tuan David bangun dengan cepat lalu berteriak-teriak.
“Hey keluarkan aku! Kalian tidak tahu siapa yang kalian kurung ini?” teriak Tuan David yang menyombongkan dirinya.
Mendengar keributan di dalam ruangan kini penjaga sel dengan segera mendatangi Tuan David yang tampak lebam di beberapa bagian wajahnya.
“Ada apa Tuan?” tanya penjaga itu.
“Apa-apaan kalian mengurungku seperti ini?” tanya Tuan David yang tidak sadar.
“Maaf Tuan, anda saat ini sedang dalam masa tahanan karena laporan percobaan pemerk*saan.”jelas penjaga itu denga sopannya.
Tuan David yang mendengar merasa geram dengan tingkah anak tirinya yang sangat berani membuatnya masuk dalam sel.
“Rupanya kau tidak tahu sedang bermain dengan siapa?” gumam Tuan David dengan menatap sinis.
***
“Kemana saja dia ini?” gumam Nyonya Ningrum yang tampak khawatir dengan suaminya yang sudah beberapa hari tidak bisa di hubungi.
“Mami kenapa bingung begitu?” tanya Gibran yang melihat Nyonya Ningrum mondar mandir di depan kamarnya dengan menggenggam ponsel.
“Eh tidak, Mami tidak apa-apa hanya menghubungi Papi kamu tapi tidak bisa.” jelas Nyonya Ningrum.
“Mam, dia bukan Papi aku.” bantah Gibran dengan nada yang sedikit menekan.
Nyonya Ningrum yang mendengar sontak merasa kesal dengan putranya sudah lama mereka menikah namun sampai saat ini Gibran belum juga bisa menerima Tuan David.
“Gibran, kita sudah hidup dengan pemberiannya kau tidak boleh seperti itu.” bentak Nyonya Ningrum yang mulai habis kesabarannya.
Gibran yang mendengar kemarahan Nyonya Ningrum kini hanya berlari menuju kamar, pantas saja ia syok selama hidupnya baru kali ini mendengar Nyonya Ningrum tegas padanya. Dulu ketika Tuan Damar tegas pada Gibran justru Nyonya Ningrumlah yang selalu membelanya. Namun sayang sekali sepertinya dunia telah terbalik untuk Gibran saat ini.
***
“Ra, bagaimana kabarmu?” tanya Keyra yang baru saja tiba bersama Queensya.
Mereka datang dengan cepat ketika Federic menghubungi untuk memberikan ijin pada Federic dan Indira di kelas.
“Sabaryah baby, emmm.” Ucap lirih Queensya yang kini sudah memeluk Indira bersamaan dengan Keyra.
Indira yang merasa dapat dukungan dari sahabatnya kini merasa sedikit lebih tenang meskipun air matanya tak henti-hentinya terus berjatuhan. Hari itu Federic hanya ikut berkumpul dengan ketiga wanita di kamarnya. Tanpa berani membahas tentang Tuan David yang sudah ia laporkan ke pihak kepolisian.
Hari penderitaan bagi Indira untuk sementara telah berakhir kini Federic yang sudah membuatkan spaghety perlahan mendekat ke arah Indira yang sedang berbaring sambil melamun.
“Morning, Ra.” Ucap Federic yang membuyarkan lamunan Indira ketika melamun
sambil mengecup kening Indira dengan lembutnya.
Indira yang kini sudah duduk dengan menyandarkan tubuhnya di sandaran kasur terus menatap Federic dengan dalam.
“Ayo makan.” pintah Federic yang menyodorkan sendok ke mulut gadis itu dengan wajah tersenyumnya.
Indira yang sudah membuka mulutnya lebar kini makan dengan lahap tampaknya Federic sangat pandai menyenangkan perut wanita itu.
“Bagaiaman pria itu?” tanya Indira yang tiba-tiba memberanikan diri bertanya.
“Tuan-“ (Baru saja Federic ingin menjawab Indira sudah lebih dulu memotongnya).
“Iya, dia.” ucap Indira.
“Kepolisian sudah menghukumnya dan semua bukti yang ada sangat cukup untuk menghukumnya dengan waktu yang lama.” Jelas Federic.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
Susilawati Dewi
bagus lah di hukum
2021-08-05
0
Arif Wahyu
masih nyimk
2021-03-13
1
ARDIANSYAH GG
like terus
2021-01-07
0