Seusai pernikahan Nyonya Ningrum dengan Tuan David di hotel mewah kini mereka menuju sebuah rumah baru yang terlihat sangat mewah di ikuti dengan Gibran.
"Kalian suka rumah ini?" tanya Tuan David.
Nyonya Ningrum yang tidak menjawab hanya berdiam dan melangkah masuk ke dalam rumah megah nan indah itu wajahnya tidak terpancar sama sekali kebahagiaan. Fikirannya terus berputar mengingat wajah putrinya yang akan marah padanya dan keluarganya yang akan menghinanya.
Tidak lama kemudian benar, ponsel Nyonya Ningrum berdering melihatkan ada panggilan dari Kakak iparnya dadanya begitu sesak ketika melihat panggilan itu. Namun tentu ia tidak bisa untuk menghindar akhirnya Nyonya Ningrum perlahan mengangkat telfon.
"Ha-" (Ucapannya terputus ketika suara dari seberang sana sudah lebih dulu memakinya).
"Dasar kau wanita haus harta yah, bisa-bisany kami dulu merestui kau menikah dengan adikku yang begitu baik dan bagaimana bisa ia mencintai wanita macam dirimu cuih." ucapan demi ucapan terus menghujani telinga Nyonya Ningrum.
Dan tidak lama terdengar sambungan telfon yang terputus tanpa mengucapkan apa-apa lagi, tampaknya mereka sangat marah ketika melihat acara pernikahan yang begitu megah di siarkan melalui televisi.
Hari-hari berlalu tanpa ada rasa kebahagiaan, di rumah megah itu hanya ada wajah-wajah yang tampak tidak ikhlas menerima takdirnya. Gibran yang tidak pernah ingin menyapa Tuan David sebagai ayah tirinya hanya di acuhkan saja oleh Tuan David.
Pagi itu ketiganya sedang berkumpul di meja makan untuk sarapan semua sibuk dengan sendok masing-masing yang terdengar menyentuh sesekali piring kaca.
"Hari ini waktunya Indira menerima uang bulanan bukan?" tanya Tuan David yang memecah keheningan.
"Iya." jawab Nyonya Ningrum singkat.
"Kau tidak usah mentransfernya biar aku saja." ucap Tuan David sambil tersenyum ke arah Nyonya Ningrum.
Gibran yang mendengar sedikit terkejut tidak percaya mendengar ucapan Ayah tirinya yang tampak perhatian pada sang Kakak. Fikirannya mulai melihat ada ketulusan di hati Tuan David menikahi Maminya yang memiliki dua anak. Tapi tetap saja biar bagaimana pun dia tetap salah menikah dengan Maminya ketika tanah kuburan Papinya belum mengering.
Nyonya Ningrum yang mendengarnya pun juga ikut tersentuh dengan perhatian suaminya pada anaknya yang jauh dari mereka saat ini.
"Terimakasih." jawab Nyonya Ningrum dengan ragu.
***
"Loh, Mami kok tumben transfernya lewat rek siapa ini?" gumam Indira yang merasa tidak mengenali nomor rekening itu.
"Ada apa, Ra?" tanya Federic yang baru saja keluar dari kamarnya.
"Ini Mami kok transfer uang pake nomor rekening baru yah?" tanya Indira yang bingung.
"Mungkin rekeningnya lagi gangguan jadi pinjem punya temennya." jawab Federic yang membuat Indira legah.
Akhirnya mereka kini bergegas pergi ke kampus untuk kuliah dan Indira hari itu memiliki jadwal untuk pemotretan setelah kuliah keduanya. Sepersekian menit mereka melaju ke kampus kini kedua sahabatnya Queensya dan Keyra yang sudah berdiri menunggu kedatangan mereka tampak melambaikan tangan pada Indira.
Mereka masuk ke kelas bersama-sama dengan wajah ceria seperti biasanya, Federic yang bisa melihat kebahagiaan Indira mulai kembali juga ikut merasa senang.
Hari-hari mereka lalui dengan begitu santai dan tenang sampai beberapa bulan kemudian tiba waktunya ketika Indira pulang dari kampus dan membuka apartemennya ia di kejutkan dengan sosok pria yang sudah duduk di sofa. Keningnya mengernyit tidak mengerti siapa dan apa tujuan pria itu datang dan bagaimana bisa pelayannya mengijinkan pria itu masuk.
"Kau sudah pulang Indira?" tanya Tuan David sambil tersenyum.
Indira yang masih berdiri mematung tampak mengingat-ingat wajah pria itu seperti samar-samar dalam ingatannya entah siapa dia.
"Kau..." ucap Indira yang menggantung.
"Aku Tuan David, kita pernah bertemu saat meninggalnya Tuan Damar." jelas Tuan David.
"Lalu bagaimana anda di sini?" tanya Indira lagi tanpa berani masuk ke apartemennya.
Ingatannya kembali pada nomor rekening yang beberapa kali mentransfernya uang bulanan dengan nama David Keenan.
"Aku sedang ada pekerjaan di sini, jadi demi menghemat tempat tinggal tidak ada salahnya jika aku tidur di sini untuk sementara waktu." ucap Tuan David yang kini sudah melangkah masuk ke kamar tempat Federic tidur.
Kebetulan hari itu Federic pulang terlambat karena sedang ada tawaran membuat gedung yang tidak begitu besar harusnya Indira juga bekerja tim dengan Federic namun karena ia sudah mendapat kontrak model akhirnya ia melepaskan tawaran itu.
"Apa maksud anda tidur di apartemen saya?" tanya Indira yang berlari menyusul langkah Tuan David.
"Wah rupanya istriku belum menceritakan semua padamu yah." sahut Tuan David yang semakin membuat Indira bingung.
Seketika Tuan David melihatkan foto di ponselnya yang tidak lain adalah foto pernikahannya dengan Nyonya Ningrum. Indira begitu syok melihat foto itu tanpa sadar air matanya menetes dan tubuhnya tersungkur lemas bagaimana bisa Nyonya Ningrum tidak menceritakan semua pada putrinya jika ia sudah menikah.
Kini pelayan yang melihat Indira menangis dengan segera membantunya untuk berdiri dari lantai dan mengantarnya ke kamar.
***
Langit kini sudah menjadi gelap matahari yang menyinari seluruh bumi kini silih berganti dengan bulan yang mulai tampak berwarna merah menandakan malam akan segera hadir menyelimuti hati yang sedang sepi.
Di rumah megah itu terlihat seorang wanita yang tengah cemas menunggu kepulangan suaminya sejak sore namun tak kujung tiba.
"Halo," ucap Nyonya Ningrum yang terkejut ketika melihat Indira yang menelfonnya.
Alih-alih ia cemas ketika suaminya tak juga pulang kini di tambah lagi ketika putrinya yang menghubunginya dan sejak lama Nyonya Ningrum selalu berusaha menghindar ketika mendapat telfon dari Indira.
"Mam, Indira mau bicara." Suara Indira yang terdengar bergemetar.
"Maaf sayang, Mami mau-" (ucapan Nyonya Ningrum seketika terpotong oleh Indira).
"Cukup Mami bohongi Indira terus menerus." teriak Indira yang tidak bisa menahan kesedihan dan kini sudah terdengar tangis pecah di kamarnya.
Tuan David yang mendengarnya hanya menggoyangkan kaki sambil berbaring dengan wajah yang tampak menikmati permainannya saat ini.
"Apa maksud kamu, Ra?" tanya Nyonya Ningrum yang berusaha bersikap tenang.
"Pria itu datang kesini dan mengatakan semuanya." jawab Indira tanpa mau menyebut nama Tuan David.
"Apa?" Nyonya Ningrum yang sangat terkejut mendengarnya.
Indira yang sudah memutuskan sambungan telfonnya kini kembali menangis, sedangkan Federic yang baru saja tiba di apartemen Indira kini di beri tahu pelayan jika Indira menangis di kamar. Dengan segera Federic menemui Indira yang kebetulan saat itu kamarnya tidak terkunci.
"Ra, apa yang terjadi?" tanya Federic yang kini sudah meraih tubuh wanita itu dan menenggelamkan ke dalam pelukannya.
Indira masih belum mengatakan apa-apa sampai akhirnya Tuan David ikut masuk ke dalam kamarnya dan menatap tajam Federic.
"Kau siapa?" tanya Federic dengan wajah marahnya tentu ia tahu pria ini pastinya yang membuat Indira menangis histeris.
"Aku David Keenan Ayah baru Indira." jelas Tuan David dengan tersenyum sinis.
Federic yang mendengar sangat terkejut tidak percaya namun ketika ia ingin berdiri memukul pria itu Indira sudah lebih dulu menahan tangan Federic dan mengangguk padanya memberi isyarat jika yang di katakan Tuan David adalah benar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
Yu Fi
oooo mulai paham bpke tiri ada rasa suka iki ama indira
2021-02-13
0
Nur Waidah
hati"sama bapak tirimu Indira dia punya niat tidak baik sama kamu
2021-02-09
2
Nur Ain
Wah nikah mak.. Anak pu. Teringin jugak nih david
2021-01-26
1