"Astaga dimana aku? mengapa aku bisa di sini?" gumam Indira yang baru tersadar dari pingsannya. Matanya begitu menatap nanar seluruh sudut ruangan yang terlihat seperti bangunan tua.
Tidak ada suara apa pun yang ia dengar. Jika di perhatikan sepertinya tempat itu jauh dari keramaian sampai tidak terdengar satu pun suara kendaraan yang berlalu lalang.
"Apa yang harus aku lakukan?" ucapnya lagi dalam hati sambil memperhatikan tangannya yang sudah terikat tali.
Seketika mata bulatnya menatap besi tajam yang berada di tumpukan belakangnya. Perlahan Indira menggeser tubuhnya dan mulai menggerak-gerakkan tali di tangannya menekannya pada besi tajam itu.
Tenaganya yang kuat tidak butuh waktu yang lama untuk memutuskan tali itu. Setelah terakhir gesekan akhirnya lepas juga ikatan yang melingkar di tangannya. Dengan cepat Indira melepas tali yang mengikat kedua kakinya dan langsung perlahan melangkah menuju pintu keluar.
Sambil beberapa kali mematungkan diri di sela-sela tiang ia melihat dua orang penjaga yang berdiri di depan pintu itu.
"Halo, iya kami masih menjaganya di sini. Baik kami tunggu." ucap salah satu pria itu yang baru saja menerima telfon dari seseorang. Jika di tebak sepertinya orang itu yang menculik Indira.
Indira yang merasa tidak butuh banyak waktu segera berlari menendang kedua pria itu bergantian. Dengan lihainya ia membela diri sampai keduanya bergantian tersungkur ke tanah saat menerima tendangan dari Indira. Belum sempat satu pria itu bangun Indira sudah kembali berloncat menginjak perutnya. Merasa cukup untuk membebaskan diri Indira segera berlari menjauh dari tempat itu.
Sementara kedua pria tadi masih berusaha bangun dari tanah sambil memegangi perut dan yang satunya memegangi kepalanya. Mereka benar-benar tidak bisa mengimbangi kelincahan Indira. Baru kali ini ada wanita terlihat anggun ternyata menyimpan tenaga sekuat itu.
Belum lama setelah insiden itu kini mobil mewah datang dan terparkir dengan sempurna. Kemudian turun seorang wanita dengan heels yang tingginya sekitar sembilan sentimeter. Wajahnya terkejut melihat kedua anak buahnya yang seperti menahan sakit terlihat juga wajah yang lebam kiri dan kanan.
"Apa yang terjadi?" tanyanya dengan panik.
"Maafkan kami, Nona. Gadis itu kabur dan berhasil mengalahkan kami." jelas mereka dengan suara penuh rasa bersalahnya.
"Apa kabur? bagaimana bisa kalian mengalahkan satu wanita lemah sepertinya? dasar tidak berguna!" teriak wanita itu yang ternyata adalah Dita. Saingan model Indira yang ingin menggantikan Indira menjadi model di mall Tuan Abian.
Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang mengintip dari arah tidak jauh. "Ternyata wanita itu dalang dari semua ini." ucap Indira dengan wajah kesalnya.
Ia tidak menyangka jika Dita akan melakukan hal seburuk ini, apa lagi yang Indira lakukan sampai membuatnya marah dan menculik Indira. Beruntung saja gadis itu berhasil melindungi dirinya dari sekapan itu jika tidak entah apa yang akan Dita lakukan padanya.
Indira yang kini telah merasa selesai untuk mengintip ia memutuskan untuk segera pulang ke apartemen. Di apartemen nanti baru ia memikirkan apa yang harus di lakukan selanjutnya.
"Ra, kamu dari mana saja?" tanya Federic yang terkejut melihat kedatangan Indira karena sejak seharian tidak bisa di hubungi.
"Aku lelah tidak bolehkah aku masuk dulu." jawab Indira dengan lemas.
Federic yang mendengarnya segera merangkul gadis itu hingga menuntunnya duduk di sofa dengan wajah penuh kecemasan. Setelah Indira minum dan merasa lebih baik, kini Federic kembali menghujani dengan pertanyaan-pertanyaan tanpa henti.
"Kamu dari mana saja? mengapa aku tidak bisa menghubungimu kau yang sudah berjanji bukan untuk tidak membuatku khawatir? jika aku tahu akan seperti ini aku tentu tidak akan melepaskanmu sendirian. Dan mengapa bukan kau yang muncul di tv tetapi wanita itu?" ucap Federic yang terus berbicara seperti seorang ibu mengomeli anaknya.
Indira yang mendengar begitu terkejut dan hanya menggaruk kasar kepalanya lalu mendengus kasar. "Bisakah aku untuk menjawabnya satu-satu?" tanyanya sambil melihatkan wajah kesalnya.
Federic yang tersenyum kemudian mengelus rambut gadis itu kini mengangguk memberikan ijin ia berbicara. Indira bercerita jika ia sebenarnya terkejut saat Federic mengatakan Dita yang muncul di tv namun seketika ia ingat saat di tempat penyekapan tadi memang Dita yang berada di sana dengan dua orang pesuruhnya.
Sepertinya Indira bisa tahu apa alasan wanita itu menculiknya. "Ku fikir memberikannya posisi model kampus itu sudah sangat bagus ternyata masih meminta lebih." ucap Indira memandang tajam membayangkan betapa liciknya wanita itu.
Federic yang merasa bingung semakin penasaran ada apa sebenarnya, Indira menceritakan jika saat ia bersiap untuk acara peresmian tiba-tiba ada orang yang membiusnya dan membawanya ke tempat penyekapan. Beruntung Indira sudah lebih kuat dari sebelumnya sampai ia berhasil mengalahkan dua orang suruhan Dita kemudian kabur. Ternyata motif penyekapan itu karena Dita ingin menggantikan posisi Indira.
Namun kali ini muncul pertanyaan besar, bagaimana Dita sampai tahu tentang Indira yang akan menjadi model di acara besar itu.
"Sudah aku tidak ingin tahu tentang masalah wanita, yang jelas kau tidak akan ku biarkan kemana-mana sendirian lagi. Dan berhenti melarangku untuk menjagamu, Ra. Karena itu tidak akan mungkin terjadi lagi kau mengerti!" ucap Federic yang nampak keras kepala.
Indira yang mendengar hanya menunjukkan ekspresi datarnya. Kini mereka beristirahat di kamar masing-masing, Federic yang berusaha tidur merasa gelisah. Hari wisuda mereka sebentar lagi akan tiba sedangkan ia belum siap jika harus berpisah dengan Indira.
"Apa yang terjadi padanya jika aku meninggalkannya sendirian di Indonesia nanti?" gumam Federic yang terlihat penuh kekhawatiran.
Begitu pun dengan Indira yang terus membayangkan dirinya akan pulang ke Indonesia sebentar lagi, akan bertemu dengan Ayah tirinya dan Ibunya yang sudah berbohong padanya. Seketika malam itu penuh dengan kegelisahan.
"Papi, andai kau masih ada semua tidak akan sesulit ini Indira lalui sendirian. Bagaimana Indira bisa hidup di sana nanti?" gumam Indira yang sudah kembali menangis di kamarnya.
***
"Apa, jadi kau sudah menemukan pelakunya?" tanya seorang pria yang sedang menerima telfon dari seorang wanita.
Zanna yang baru saja tiba di Indonesia berhasil menemukan informasi tentang pelaku pembunuhan yang belum lama terjadi. Ia menceritakan jika pembunuh itu berhasil menghilangkan jejak sampai tidak bisa di lacak pihak kepolisian. Sayangnya ia tidak menghilangkan jejak dari pekerja cctv yang ia suruh berhenti bekerja setelah kejadian pembunuhan di kantor konsultan itu.
Zanna berhasil menemukan pekerja yang bersembunyi itu, dan kini semua bukti tidak ada hanya saja pria itu menceritakan kronologis kejadiannya. Tuan Abian yang mendengarnya merasa sangat marah, ia benar-benar tidak akan tinggal diam atas kejadian ini. Pria yang sudah berani bermain-main dengannya tidak akan ada ampun lagi, tangannya mengepal keras seakan saat itu juga ingin melenyapkan orang itu.
"Siapkan penerbangan!" pintah Abian dengan tegasnya.
"Malam ini, Tuan?" tanya Zanna yang terkejut.
"Iya." jawab Tuan Abian.
"Tapi Tuan," Zanna yang ragu jika Tuan mudanya pergi sendiri tanpa dampingan darinya.
"Zanna, aku bilang malam ini!" teriak pria itu dari sambungan telfon kemudian terputus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
Wahyuni Yuni
lanjutkan
2021-11-25
0
Sarah Ginting Bre Karo
kok aku lebih suka y klk indiria sma federic daripada SMA abian yg kasar sedangkan federic baik dan tulus lemah lembut gak kayak abian
2021-02-28
1
Arunika
kenapa setiap novel yg aq baca rata3 tuan mudanya kasar dan kejam... 😭😭😭
2021-02-12
1