Indira yang berjalan lemas berusaha kuat keluar dari hotel dengan wajah yang sudah tampak kusut, semua pengunjung hotel yang melihatnya tampak membicarakan berbisik satu sama lain dengan tatapan yang penuh kebencian. Indira yang melihat respon di sekelilingnya hanya berusaha terus mengacuhkannya sampai ia benar-benar tiba di pinggir jalan untuk mencari taksi.
Air mata yang sejak tadi sudah mengering memberikan kekuatan yang baru pada Indira, tatapan gadis itu kini tidak lagi terlihat lembut hanya kemarahanlah yang ada di dalam fikirannya. Selama perjalanan ke apartemen gadis itu hanya duduk bersandar tanpa ekspresi. Perjalanan yang tidak macet membuat waktunya semakin cepat untuk tiba di tujuan.
Kini Indira yang sudah turun dari taksi melangkah menaiki lift menuju kamarnya, sesampainya di depan kamar Indira di sambut dengan kekhawatiran dari pelayan itu.
“Nona Indira, anda baik-baik saja?” tanyanya. Indira yang melihat ekspresi wanita itu hanya tersenyum dengan wajah lemasnya kemudian melangkah memasuki kamarnya. Seketika matanya tersadar dengan sosok pria yang belum ia lihat sampai saat ini.
“Apa Federic belum juga pulang?” tanya Indira yang keluar dari kamarnya. Pelayan yang tadinya sibuk membersihkan ruangan depan terkejut sambil mengusap pelan dadanya.
“Belum, Nona.” jawabnya.
Indira yang cemas kini terus berusaha menelfon beberapa teman kampusnya yang kenal dengan Federic. Namun, tidak ada satu pun di antara mereka yang mengetahui keberadaan pria itu. Kecemasan semakin membuat Indira tidak bisa tenang, ia takut jika ini juga karena ulah Ayah tirinya.
“Awas saja jika sampai benar-benar ia melakukan sesuatu.” ucap Indira dalam hati dengan mengepal tangannya. Belum sempat Indira beranjak masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri kini ponselnya sudah berdering. Matanya menangkan layar yang melihatkan nama Federic di sana dengan wajah tersenyum ia segera mengangkat panggilan itu.
“Kau kemana saja? Mengapa sulit sekali di hubungi aku sangat khawatir. Kau tida tahu apa yang sudah terjadi denganku Federic? Bagaimana bisa kau membiarkan aku menghadapi pria itu sendirian?” omelan demi omelan terus Indira lontarkan sampai akhirnya terdengar suara asing dari seberang sana.
“Maaf Nona Indira,” ucap wanita itu yang membuat alis Indira seketika mengerut. Fikirannya semakin tidak karuan setelah mendengar suara wanita.
Dada Indira begitu sesak ia berfikir jika Federic sedang bersama wanita lain, mata yang tadinya sudah terlihat kuat kini kembali meneteskan air bening di wajah mulusnya.
“Halo, Nona Indira.” ucap wanita itu kembali mengulangi kata-katanya.
“Eh iya, anda siapa?” tanya Indira yang tersadar dari lamunannya.
Akhirnya dengan cepat wanita itu menjelaskan keadaan Federic yang sedang tidak sadarkan diri di ruang rawat. Dan ternyata wanita itu adalah seorang suster yang berusaha menghubungi keluarga Federic namun tidak ada yang bisa dan hanya Indira satu-satunya nomor yang bisa di hubungi.
Seketika wajah cemas Indira terlihat begitu juga dengan pelayan yang saat itu bersamanya sangat bingung melihat gadis di depannya meneteskan air mata. Terlihat jelas tubuhnya yang bergemetar dan menjatuhkan ponsel yang ada di genggamannya.
“Ada apa, Nona?” tanyanya dengan penasaran.
“Ayo sekarang kita pergi ke rumah sakit.” ajak Indira dengan cepatnya.
Kini kedua wanita itu beerlari keluar apartemen dan segera melajukan mobilnya menuju rumah sakit yang merawat Federic. Selama perjalanan Indira terus menangis tanpa henti air mata yang terus menjatuhi pipinya tidak bisa terhenti. Berulang kali tangannya menyeka air mata itu namun tetap terjatuh lagi dan lagi.
Sesampainya mereka di rumah sakit dengan cepat berlari menuju ruang tempat Federic di rawat. Seketika tangis pecah di dalam ruangan saat Indira melihat lebam di beberapa sudut wajah Federic terlihat sulit untuk mengenali pria itu dengan rahang yang sudah membengkak.
Indira yang menangis kini memeluk erat tubuh pria yang saat ini masih belum juga sadarkan diri.
“Bangun. Ku mohon bangunlah jangan tinggalkan aku sendirian.” Suara Indira yang terus menggelegar di ruangan itu diiringi dengan isak tangisnya. Pelayan yang ikut bersamanya juga terus menangis karena melihat keadaan Indira yang semakin terpuruk.
***
“Ini pelajaran untuk mereka karena sudah berani bermain-main denganku hem.” ucap Tuan David yang tampak tertawa puas setelah mendengar laporan dari anak buahnya. Meskipun terlihat jidatnya yang di tempel perban tak mengurungkan rasa puasnya setelah mendengar anak buahnya yang telah menghajar Federic sampai tidak sadarkan diri.
Di dalam fikirannya saat ini hanya tawa ejekan pada Indira yang telah berani melawannya saat di kamar hotel itu. Andai saja wanita itu tidak melawan dan merelakan dirinya untuk Tuan David tentu pria itu tidak akan semarah ini.
Akhirnya setelah puas memberikan pelajaran kini Tuan David memilih untuk kembali mengurus kerjaannya di Indonesia. Dan tentu ia tidak akan membebaskan Indira begitu saja sebelum ia mendapatkan yang seharusnya ia dapatkan dari gadis itu.
Beberapa hari Indira terus fokus mengurus Federic yang masih terbaring di rumah sakit meskipun pria itu sudah sadarkan diri, namun tetap tidak mengubah keputusan Indira untuk terus menjaganya dua puluh empat jam. Beberapa kali ponsel Indira terus berdering namun tetap tidak ia hiraukan yang terpenting saat ini adalah kesehatan pria di hadapannya.
“Cepat angkat, Ra. Siapa tau itu untuk pemotretan.”ucap Federic yang tampak memaksa Indira melakukan aktifitasnya.
“Tidak, aku akan membatalkan apa pun itu jika harus membuatku keluar dari ruangan ini.” bantah Indira yang terdengar keras kepala.
Federic hanya mendengus kesal tentu ia tahu sekali sifat wanita di hadapannya ini sangat keras kepala apa pun yang ia katakan harus terlksana tidak ada satu pun orang yang bisa mencegahnya. “Yasudah terserah kau saja.” ucap Federic yang menyerah.
Beberapa hari berlalu, kini Federic yang sudah bisa keluar dari ruangan di temani dengan Indira dan pelayan mereka menuju apartemen. Wajah ceria Indira kembali terlihat setelah kepulangan Federic dari rumah sakit.
Setelah Federic merasa cukup beristirahat di apartemen dan inilah saatnya mereka untuk aktif berkuliah lagi, tentu sudah sangat banyak pelajaran yang tertinggal di kelas. Ketika Indira baru tiba di kampus ia terkejut melihat banner yang berada di depan kampus berubah menjadi wajah wanita lain. Seingatnya itu adalah wajahnya yang berdiri tersenyum mengapa jadi berganti orang.
Federic yang tak kalah terkejut melihat banner itu mengajak Indira untuk ke ruang pengurus kampus. Di sana mereka mendapatkan penjelasan mengganti banner yang lama dengan yang baru karena beberapa hari yang lalu sedang ada acara kampus dan Indira sebagai model kampud tidak bisa menjawab telfon. Sampai mereka harus mengganti sementara Indira, menyadari dengan keputusannya beberapa hari yang lalu kini Indira hanya mengangguk paham dan berniat untuk pergi dari ruangan.
“Tunggu.” ucap pria itu dengan cepat dan seketika langkah Indira dan Federic terhenti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
dewi⚘💕
lama alurnya
samapai part ini masi belum nyambung dengan judul
2021-12-31
1
Maya Astuti
Semangat indira
2021-08-19
0
Susilawati Dewi
kasian banget ya indira
2021-08-05
0