Setelah perjalanan begitu panjangnya kini pesawat dari London sudah mendarat dengan sempurna di Bandara, Federic yang baru terbangun dengan segera berdiri setelah mendapat persetujuan pramugari untuk turun. Tangannya menggandeng tangan Indira lalu turun dari pesawat, kali ini mereka memang tidak membawa barang apa pun hanya tas kuliah saja.
Indira masih belum berbicara apa-apa, Federic yang mengerti tentang kesedihannya hanya terus menggandeng
gadis itu menuju keluar bandara sambil merangkulnya.
Bagi Indira hal terberat kali ini benar-benar membuatnya terpukul, tidak ada yang lebih indah dari pada hari-hari yang di naungi cinta. Dan tak ada yang lebih menyakitkan dari pada hari-hari penuh ketakutan karena ditinggalkan orang terkasih. Apa pun alasannya dan penjelasannya, kehilangan akan selalu terasa menyakitkan.
Perjalanan begitu terasa cepat saat itu, tanpa terasa kini Indira sudah tiba di kediamannya yang tampak ramai orang-orang mengenakan pakaian berwarna hitam.
Para keluarga tertegun saat melihat kedatangan Indira bersama seorang pria yang berwajah asing sangat mempesona. Mereka sudah menduga-duga jika pria itu adalah kekasih Indira.
"Mam, itu Kak Indira." ucap Gibran menunjuk arah pintu rumahnya.
Dengan cepat Nyonya Ningrum berlari menghampiri Indira kemudian memeluk putrinya seketika tangisan keduanya pecah memenuhi ruangan rumah itu. Indira semakin menangis tanpa kuat menahan beban tubuhnya dengan cepat tersungkur ke dasar lantai dan terus menangis histeris. Matanya tertuju pada jenasah sang Ayah yang sudah terbalut dengan kain kafan.
"Tidak...ini tidak mungkin." teriak Indira membuat seisi rumah ikut menangis.
Indira yang melepaskan pelukan sang Ibu hanya mampu merangkak mendekati jenasah Tuan Damar, kepalanya terus menggeleng pelan tidak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini. Tangannya memeluk penuh jenazah itu sambil menggoyang-nggoyangkan tubuh Tuan Damar.
"Papi, jangan tinggalin Indira, Pi...tolong Papi bangun sekarang Indira masih kuliah Indira belum bisa buatin Papi gedung besar hemmmmm....bangun Pi." ucap Indira tanpa henti terus menggoyangkan jenazah Tuan Damar.
Federic yang melihat Indira terpuruk tanpa sadar meneteskan air mata namun saat itu ia hanya bisa berdiam tanpa berkata apa-apa. Perlahan langkahnya mendekat pada Indira yang memeluk jenazah itu. Federic hanya bisa mengusap punggung gadis itu sambil terus meneteskan air mata hatinya begitu sakit melihat Indira menangis. Namun ia tidak bisa melakukan hal apa-apa selain terus setia berada di sampingnya.
Nyonya Ningrum dan Gibran kini duduk di sebelah Indira, mereka hanya terus saling merangkul memberi kekuatan. Namun saat Federic tersadar Indira sudah tidak bergerak lagi dan tubuhnya terjatuh menindih jenazah Tuan Damar.
"Indira." panggil Federic.
Gibran dan Nyonya Ningrum saling menatap ke arah Federic mereka terkejut. Dengan segera Federic menggendong tubuh Indira ke kamar dengan petunjuk Gibran. Sementara Nyonya Ningrum masih duduk di samping jenazah suaminya.
Kini air mata wanita paruh baya itu terus menetes tanpa henti dan ia hanya seorang diri tanpa kedua anaknya. Sementara Gibran dan Federic yang sedang membangunkan Indira terus memberikan minyak di hidung Indira agar sadar.
“Indira, bangunlah.” Ucap Federic dengan khawatir.
Sedangkan Gibran hanya diam menatap Federic dengan penuh tanya. Namun ia masih belum bisa bertanya di saat seperti ini tentunya.
Kini Federic yang menyadari kedua temannya yang tentu khawatir dengan mereka, segera Federic mengirim pesan singkat pada Keyra jika mereka sudah tiba di Indonesia.
Mendengar kabar dari Federic, Keyra dan Queensya terasa legah meskipun mereka sedih karena tidak bisa
mendampingi sahabatnya saat terpuruk seperti ini.
Federic yang terkejut saat Indira tiba-tiba memeluknya dan menangis membuat Gibran seperti menebak jika mereka memiliki hubungan serius.
“Ini mimpikan, Ric?” tanya Indira yang berusaha membohongi dirinya.
Federic yang mendengar hanya menghela nafas pelan lalu melepas pelukan Indira dan meraih kedua pipi gadis itu kemudian menggelengkan kepala.
“Ra, kau tidak bermimpi ini semua nyata kau harus kuat...please don’t cry baby.” Ucap Federic sambil mengusap air mata Indira.
Dan mereka kembali berpelukan dan melampiaskan semua kesedihannya di pelukan itu. Gibran yang merasa harus keluar kini meninggalkan Indira dengan Federic di kamar. Ia memilih untuk menemani Maminya.
“Saya turut berduka cita, Ningrum.” Ucap pria yang tiba-tiba mengejutkan Ningrum yang sedang menangis.
Pria itu adalah mantan kekasih Ningrum sebelum menikah dengan Tuan Damar ia bernama David Keenan seorang pengusaha kaya yang bergerak di bidang jam tangan mewah. Nyonya Ningrum yang terkejut melihat kedatangannya hanya bisa mempersilahkan pria itu duduk dan kembali menatapi jenazah sang suami.
“Mam.” Ucap Gibran yang mendekat ke arah Nyonya Ningrum sambil menatap Tuan David dengan penuh tanya.
“Iya sayang, ini Paman teman Mami dan Papi dulu.” Jelas Nyonya Ningrum yang mengerti tatapan anaknya.
Gibran lah satu-satunya yang kini sudah tidak menangis selain Tuan David matanya seperti sudah kehabisan air untuk di keluarkan. Sangat terlihat kelopak mata yang bengkak dan ujung hidung yang tampak memerah.
“Ningrum semoga kau dan anakmu kuat menghadapi ini semua.” Ucap Tuan David dengan wajah datarnya.
“Terimakasih David.” Jawab Nyonya Ningrum berusaha kuat meskipun air mata terus berjatuhan.
Indira yang sudah merasa lebih baik kini meminta Federic mengantarnya kembali ke luar kamar, dengan senang hati Federic menuntun Indira keluar kamar sembari terus memeluk tubuh gadis itu. Mereka mendekat ke samping jenazah Tuan Damar dan Indira yang sudah mulai bisa mengontrol air mata kini hanya duduk terdiam sambil terus memeluk jenazah Tuan Damar sesekali.
“Dia anak pertama kami.” Ucap Nyonya Ningrum memperkenalkan Indira pada Tuan David.
Mata pria itu menatap dalam pada Indira yang tidak menghiraukan pembicaraan Nyonya Ningrum, entah apa yang ada dalam fikiran Tuan David dan hanya dialah yang mengerti saat ini.
Setelah cukup lama berada di tempat itu, Tuan David berpamitan untuk pulang dan meminta maaf karena
tidak bisa mengantar sampai ke pemakaman. Nyonya Ningrum yang mengerti dengan kesibukannya tentu paham hal itu.
Kini Tuan David bergegas pergi meninggalkan rumah mewah itu yang masih terasa kesedihan di dalam sana. Suara tangis selalu mengisi ruang di rumah itu secara bergantian, keluarga Tuan Damar yang semakin banyak berdatangan.
Tuan Damar memiliki tiga saudara kandung, ia adalah putra kedua setelah Kakak perempuannya dan Tuan Damar memiliki adik laki-laki satu dan adik perempuan satu. Mereka semua sudah menikah dan memiliki keluarga
masing-masing. Sedangkan orangtuanya hanya tersisa Tuan Aditya Mahesa karena sang Ibu sudah meninggal sejak lama.
Mereka ikut berkumpul di samping jenazah Tuan Damar dan ikut menangis, Indira yang tadinya sudah merasa kuat kembali ikut menangis karena kesedihan keluarga Tuan Damar begitu terasa bagi Indira. Mereka semua benar-benar kehilangan sosok pria yang begitu ceria tiap kali ada pertemuan keluarga. Tuan Damar selalu sukses mencairkan suasana semakin ramai. Tuan Aditya yang kini sudah berusia hampir delapan puluh tahun masih terlihat segar karena sifat cerianya yang ia turunkan pada putranya Tuan Damar.
Indira yang melihat kehadiran sosok Kakek di sampingnya dengan segera memeluk pria tua itu dan kembali memecahkan tangisannya. Wajah Tuan Aditya memang sangat mirip dengan Tuan Damar dan kali ini Indira hanya bisa melihat pria tua itu untuk menigingat sang ayah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
harap_tenang😌
huuhhhhh basah mata ak Thor...
sedih banget emang kehilangan sosok ayah apalagi saat kita masih butuh dukungan moril dan kasih sayang nya...
dulu ak juga ditinggal ayah ak waktu ak kls 3 SMP.. udah deket ujian ayah pergi selamanya...
waktu itu ak sempet down bgt sempet ga semangat masuk sekolah
ngerjain soal jg ga fokus, soalnya apa jawabnya apa. sempet jd bahan tertawaan temen2 jg guru mapel gara2 salah jawab.
mereka ga tau sih gimana kacaunya pikiran ak waktu itu.
waktu itu adik ak jg masih kecil ibu ak jg lg terpuruk.. gimana ak bisa konsen pelajaran coba...
duh kalo inget masa itu bawaannya pengen mewek mulu...
sory Thor jd curhat ak nya 🙈🙈🙈🙈🙈🙊🙊🙊🙊🙊
2021-02-16
0
Devan Dhina
cup cup
2021-01-23
2
Hayurapuji
berasa londok - indonesia dekat
2021-01-23
6