Indira yang mendengar ucapan Abian merasa di rendahkan wajahnya begitu semakin kesal, karena kerja kerasnya tidak di hargai sama sekali. Pria di hadapannya memang sangat tampan tapi bagaimana bisa ketampanan itu memiliki sifat yang tidak bisa menghargai wanita seperti itu.
“Bukannya saya sudah minta anda untuk membuka lantai enam ini yah?” tanya Abian dengan mata melototnya.
Indira yang seketika tersadar dengan beberapa wakut lalu jika ia ingin bertemu dengan Abian untuk menjelaskan tentang pemahamannya namun tidak sepat bertemu sampai ia lupa. Dan saat ini tidak akan mungkin bisa merubah kemarahan pria itu. Tidak ada pilihan lain selain Indira meminta maaf padanya.
“Tuan, ma-afkan saya. Waktu itu-“ (ucapan Indira terpotong oleh Abian).
“Waktu itu apa? Kau mau bilang waktu itu kau ingat dan sekarang lupa? Iya?” bentak Abian dengan wajah penuh kemarahannya.
Entah apa yang membuat Abian semarah itu pada ruangan yang batal ia seperti keinginannya. “Saya mau bagaimana pun lantai ini harus di buka.” ucapnya dengan tegas.
“Tapi Tuan, jika lantai ini dibuka barang yang ada di lantai ini dan lainnya akan lebih mudah kotor.” bantah Indira yang bersikeras untuk mempertahankan bangunan yang sudah jadi itu.
“Sepertinya ucapan Nona ini benar juga Tuan.” sahut salah seorang penasihat Abian yang tampak yakin.
“Kau.” ucap Abian yang terdengar seperti nada ancaman.
“Maafkan saya, Tuan.” ucap pria itu dengan menundukkan kepalanya.
Abian semakin geram lagi-lagi Indira membuatnya terlihat salah di depan orang-orang di sekitar mereka. Keputusan Brian tetap jika lantai itu harus di buka apa pun caranya.
“Jika tidak bisa silahkan bongkar semua dan mulai mengerjakannya lagi.” ucap Abian dengan mudahnya lalu melangkah pergi.
Indira yang merasa tidak masuk akal mengejar pria itu dengan wajah kesalnya. “Tuan, anda tidak bisa seenaknya seperti ini.” ucapnya.
“Dan yah aku akan meminta ganti rugi juga padamu.” ucap Abian dengan wajah datarnya.
“Apa, ganti rugi?” tanya Indira yang terkejut tidak percaya.
Memangnya apa yang bisa gadis malang itu berikan untuk gati rugi, uang bulanan saja ia masih terpaksa mendapatkan dari Ayah tirinya yang k*ji itu. Dan sekarang ia harus mengganti rugi tentu jumlahnya tidak kecil.
Baru saja bekerja satu proyek bukannya mendapat keuntungan justru hasil pertamanya harus ia gunakan untuk ganti rugi. Bagus jika masih tersisa, melihat bangunan yang besar itu jika Indira memang harus ganti rugi sepertinya hasil kerjanya tidak akan cukup mengganti semuanya.
“Ta-pi saya tidak punya uang.” jawab Indira yang mulai tertunduk meminta belas kasih.
“Heh kau bisa membayarnya dengan yang lain.” ucap Abian dengan wajah tersenyum kecil menatap tubuh Indira dengan dalamnya.
Indira yang merasa takut melihat tatapan Abian berusaha menutupi tubuhnya dengan tas kuliahnya kemudian memeluk tubuhnya sendiri. Seolah ia berfikir pria itu ingin apa darinya mengapa menatap tubuhnya seperti itu apakah dia ingin Indira mengganti rugi dengna tubuhnya.
“Astaga tidak...tidak jangan berfikir sekotor itu Indira.” gumamnya sambil menatap Abian yang sudah pergi menjauh darinya.
Akhirnya Indira pulang ke apartemen di sana sudah tampak Federic yang terlihat panik melihat kedatangannya.
“Kau dari mana saja, Ra?” tanya Federic penuh kecemasan.
“Huh dasar pria gila, untung saja tampan.” gerutu Indira.
“Siapa tampan?” tanya Federic lagi.
Akhirnya Indira menceritakan jika seorang pria sombong yang seenak jidatnya meminta indira untuk ganti rugi atas kesalahannya. Federic yang mendengar keluhan Indira berniat untuk membantu ganti rugi. Namun Indira menolak karena ia tidak ingin berhutang budi padanya.
“Aku bisa mengatasi ini.” ucap Indira yakin.
“Kalau tidak, berjanjilah kau akan meminta pertolongan padaku.” sahut Federic.
“Iya-iya.” jawab Indira sambil melangkah menuju kamarnya dan merebahkan tubuh ke atas kasur.
Hari ini tenaga dan fikirannya seperti terkurang banyak sampai begitu sangat lelah terasa di tubuhnya.
Beberapa minggu berlalu setelah kejadian pertengkaran kecil antar Indira dan Abian Malik, kini pria tampan itu sudah berada di kantor menunggu kedatangan Indira.
“Permi-“ (ucapan Indira yang baru saja ingin melangkah masuk terhenti ketika Abian memotong ucapannya).
“Sudah terbiasa ya bekerja tidak disiplin?” tanya Abian dengan tegasnya.
“Ma-af tadi saya harus ke kampus dulu.” jelas Indira dengan pelan.
“Oh mahasiswa ternyata ada yang seperti dirimu cih?” ucap Abian tampak meremehkan Indira membuat wanita itu geram. Matanya seketika menatap tajam pria di hadapannya dengan dalam.
“Apa? Kau mau memukulku? Berani sekali.” ucap Abian yang menebak dari tatapan Indira padanya.
Indira yang mendengar segera tersadar dari lamunannya dan kemudian melangkah masuk ruangan mendekat ke arah Abian. Di dalam Indira merasa bergemetar pada tubuhnya ketika Abian menatapnya dan melangkah ke arahnya semakin dekat, semakin dekat dan sampai kini mereka tidak memiliki jarak lagi.
Wajah Abian mulai menyamping seperti sedang ingin menci*m wajah bibir mungil Indira. Melihat perlakuan Abian, Indira bingung harus berbuat apa detak jantungnya begitu tidak karuan. Wajahnya sudah berkeringat tanpa ia sadari.
“Apa ini yang bisa kau ganti rugi dari kesalahanmu?” tanya Abian yang tidak di mengerti oleh Indira.
“Maksud anda?” tanya Indira kembali.
“Kau ingin sekali yah berci*man denganku?” jelas Abian dengan tertawa licik.
Indira benar-benar kesal pada pria itu seakan ia seperti sedang di permainkan, bagaimana bisa Indira ingin sekali berci*man dengan pria kejam sepertinya. Tapi untuk marah Indira tentu tidak berani karena takut jika ia salah sangka dengan perlakuan Abian yang mendekat ke arahnya.
“Kau harus menjadi model mall itu sebentar lagi akan ada peresmian.” ucap Abian dengan berjalan menuju meja kerjanya.
“Hah? Maksud anda saya?” tanya Indira yang terkejut.
“Hem.” jawab Abian tanpa menatap ke arah Indira.
Indira bingung bagaimana bisa pria itu menyuruhnya menjadi model di mallnya, tidak mungkin kan seorang Abian Malik tahu model yang masih seujung kuku ini bahkan hanya di kampus saja. Indira tentu tidak tahu kemisteriusan pria yang bersamanya saat ini. Cukup lama Indira diam mematung dengan banyak pertengkaran di fikirannya tentang Abian.
“Kau sangat senang lama-lama dekat dengaku rupanya.” ucap Abian yang seketika membuyarkan lamunan Indira.
“Eh iya, maaf Tuan. Apakah sudah selesai?” tanya Indira yang dengan gugup.
“Pergilah.” pintah Abian dengan nada cueknya.
Lagi-lagi membuat Indira kesal sama sekali tidak ada hati nuraninya tidak bisakah Abian berkata sedikit lembut pada Indira. Kini gadis itu melangkah dengan wajah cemberutnya dan di sapa lembut dengan Zanna.
“Selamat jalan, Nona Indira.” ucap Zanna sambil tersenyum.
“Hey, kau tidak perlu memanggilku Nona, panggil saja namaku. Indira.” ucapnya dengan menepuk lengan Zanna.
“Ta-pi.” ucapan Zanna menggantung dengan ragu.
“Sudahlah aku tidak nyaman jika kau memanggilku seperti itu.” sahut Indira.
Akhirnya mereka setuju untuk saling memanggil dengan nama saja, kini Indira yang pergi keluar meninggalkan gedung mewah itu melajukan mobilnya menuju kampus. Di perjalanan ia terus berfikir bagaimana caranya untuk melepaskan kontrak dengan kampusnya sementara ia di paksa untuk menjadi model oleh Abian. Kepalanya mendadak tidak bisa berfikir kali itu mungkin pengaruh nerfes saat berdekatan dengan pria tampan tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
Wahyuni Yuni
sabar iya ra
2021-11-25
0
Dewi Kiwil
visualnya ada gak ya
2021-03-24
0
Arif Wahyu
makin seru ..lanjut..
2021-03-14
1