Di sebuah restoran kini Nyonya Ningrum yang sedang menyantap makanan bersama Tuan David tampak terlihat tegang. Di kesunyian mereka kini Tuan David yang tiba-tiba memecahkan keheningan.
"Kau mau aku membantumu?" tanyanya pada Nyonya Ningrum.
Mendengar ucapan dari pria itu seketika tatapan Nyonya Ningrum yang tadinya menunduk berubah menatap pada wajah pria di hadapannya.
"Apa maksud anda?" tanya Nyonya Ningrum yang tidak mengerti arti tawaran itu.
Tuan David yang menjelaskan tentang perusahaan suaminya yang bangkrut dan sama sekali tidak menyisahkan sepeser pun untuk kedua anaknya. Setelah mendengar ucapan Tuan David yang menyebutkan kedua anaknya kesadaran Nyonya Ningrum kembali.
Ia tentu sangat memikirkan hal itu sejak tadi melihat perusahaan almarhum suaminya di tutup. Tuan David kembali menawarkan pada wanita itu.
"Tapi...aku tidak bisa membayarnya." jawab Nyonya Ningrum yang menyadari kekayaannya saat ini sangatlah tidak berarti lagi karena sudah hilang entah kemana.
"Menikahlah denganku." jawab Tuan David dengan menatap dalam pada kedua bola mata Nyonya Ningrum.
"Tidak...apa yang anda fikirkan." bantah Nyonya Ningrum yang kini bergegas pergi meninggalkan Tuan David.
Sepanjang jalan ia berlari menangis sambil mencari tumpangan taksi, setelah mendapat taksi dengan segera ia masuk dan menuju rumahnya. Matanya begitu sembab karena menangis selama perjalanan fikirannya terus terbayang ucapan Tuan David yang memintanya untuk menikah.
"Mengapa kau meninggalkanku dengan keadaan seperti ini?" gumam Nyonya Ningrum yang ingin melampiaskan kesedihannya pada Tuan Damar.
"Mam, apa yang terjadi?" tanya Gibran yang melihat wajah Nyonya Ningrum tampak syok.
"Iya sayang, Mami oke." jawab Nyonya Ningrum berusaha menutupi dengan mengusap air mata dan tersenyum.
Dengan perlahan keduanya masuk ke dalam rumah, langkah Nyonya Ningrum terhenti saat memasuki rumah mereka. Matanya memandangi rumah mewah itu yang terpajang foto mereka di segala sudut ruangan terlihat tampak senyum bahagia.
Tanpa bisa menahan lagi kini air mata Nyonya Ningrum kembali terjatuh, ia berfikir apakah rumah penuh dengan kenangan ini juga akan hilang dari tangannya setelah semua milik suaminya habis begitu saja tanpa tersisa satu pun.
Gibran yang membopong tubuh Nyonya Ningrum duduk di sofa kini bergegas mengambilkan air minum untuk wanita itu. Nyonya Ningrum yang berfikir harus mengadu pada siapa kali ini benar-benar tidak tahu apa yang bisa ia perbuat saat ini.
Tangannya begitu erat memijit kening yang terasa sangat pusing, kedua matanya pun sudah bengkak untuk membuka lebar saja ia tidak bisa.
"Mam, minum dulu." pintah Gibran yang menyodorkan gelas berisi air ke mulut Nyonya Ningrum.
Belum lama mereka masuk dan duduk di dalam rumah sudah tiba beberapa orang yang terdengar ramai di depan rumah memarkirkan mobilnya.
Nyonya Ningrum yang saat itu hanya bersama Gibran merasa penasaran dengan suara ramai dan akhirnya mereka keluar untuk memastikan siapa yang datang. Ternyata mereka adalah keluarga dari Tuan Damar, semua wajah mereka tampak terlihat tidak suka dengan Nyonya Ningrum.
"Kalian datang?" tanya Nyonya Ningrum yang berusaha memecahkan keheningan.
"Wah kau wanita pandai sekali yah berwajah ular." sahut seroang wanita yang tidak lain adalah Kakak tertuan Tuan Damar.
"Ada apa yah, Kak?" tanya Nyonya Ningrum yang tidak mengerti dengan ucapan kasar Kakak iparnya.
Kini mereka semua masuk dengan melewati Nyonya Ningrum yang berdiri di depan pintu tanpa mengatakan apa pun dan dengan tidak sopannya menyenggol tubuh Nyonya Ningrum.
"Ada apa yah, Mam?" tanya Gibran yang tampak bingung melihat perlakuan para Bibi dan Pamannya.
"Mami juga tidak tahu, sayang." jawab Nyonya Ningrum.
Kedua akhirnya menyusul mereka yang sudah lebih dulu memasuki rumah dan duduk di sofa memasang wajah sinisnya.
"Kau, apakah sudah berencana membunuh Damar?" tanya Kakak dari Tuan Damar.
"Apa maksud kalian, Kak?" Nyonya Ningrum yang kembali bertanya karena benar-benar tidak mengerti yang sebenarnya mereka maksud.
"Kau yang membunuh Damar, dan setelah Damar tiada kau berselingkuh dengan pria itu kan?" teriak adik perempuan Tuan Damar.
Nyonya Ningrum yang mendengarnya meneteskan air mata menggelengkan kepala tidak percaya mendapat tuduhan sekeji itu dari keluarga suaminya.
"Bibi, apa yang kalian katakan pada Mami?" tanya Gibran yang tidak terima dengan perlakuan para wanita itu.
"Diam saja Gibran, kau harus tahu tingkah licik Mamimu ini." bentak Kakak Tuan Damar.
Nyonya Ningrum yang dengan segera menarik putranya ke dalam pelukannya agar menjauh dari mereka dan tidak melakukan hal yang tidak-tidak.
"Ayo kita pulang." ajak Kakak dari Tuan Damar.
Kini mereka semua pergi keluar rumah meninggalkan Nyonya Ningrum yang masih berdiri sambil meneteskan air matanya. Kesedihan hidupnya kali ini benar-benar mengubah dunianya yang awalnya selalu bahagia hidup dengan kasih sayang keluarganya mendapatkan fasilitas mewah. Tidak sekalipun ia berfikir bagaimana cara mendapatkan uang karena yang ia fikirkan bagaimana menghabiskan uang.
Setelah Nyonya Ningrum duduk di sofa ia kembali membayangkan nasib keluarganya kedepan harus bagaimana, semua ada di tangannya kedua anaknya tergantung pada keputusan Nyonya Ningrum.
"Bagaimana aku menyekolahkan kedua anakku saat ini? dan bagaimana kami bisa hidup?" gumam Nyonya Ningrum yang menatap Gibran dengan tatapan sendunya.
Saat ini Nyonya Ningrum tidak bisa berbicara pada kedua anaknya tentang kekayaan mereka yang sudah habis dalam sekejap. Semua pemberitaan hanya mengungkap tentang bangkrutnya perusahaan milik Tuan Damar tanpa tahu apa penyebabnya.
Nyonya Ningrum kembali teringat dengan tawaran Tuan David untuk menikah dengannya, tapi bagaimana bisa ia akan menikah dengan pria yang pernah memiliki hubungan di masa lalu dengannya. Di tambah lagi kuburan Tuan Damar yang masih belum kering apakah Nyonya Ningrum bisa setega itu pada suaminya yang baru saja meninggal.
***
"Apakah kamu bersedia jika kami memilihmu menjadi model kampus ini?" tanya seorang pengurus kampus tempat Indira dan sahabatnya berkuliah.
"Apa? anda tidak bercanda?" tanya Indira yang terkejut dan menatap Federic yang berada di sampingnya.
"Tentu saja tidak." jawab pengurus kampus itu.
Ia adalah pengurus kampus yang berada di bidang pemasaran kampus sejak ia mengetahui ada seorang mahasiswi pintar berasal dari Indonesia dan memiliki tubuh yang ideal dengan cepat ia mencari sosok wanita itu. Dan ternyata benar saja, rumor yang beredar tentang kemolekan tubuh Indira yang membuatnya semakin sempurna dengan kecerdasannya sangatlah benar.
"Ini kesempatan, Ra." ucap Federic yang mendorong Indira untuk lebih maju.
"Baiklah, saya setuju." jawab Indira sembari tersenyum lebar.
Kini ia menandatangi sebuah kontrak yang menyebutkan beberapa peraturan tentang model kampus dan jika Indira berhasil membawa nama baik pada kampus tentu karirnya tidak hanya sebatar model kampus. Tetapi mereka menjanjikan akan membawa Indira menjadi model Internasional.
Federic yang melihat peluang ini sangatlah besar untuk Indira dan dia sangat cocok. Indira merasa legah ketika sudah selesai menandatangi kontrak tersebut.
"Wah, sahabat kita akan jadi calon model Internasional nih." ucap Queensya yang menyambut Federic dan Indira di depan pintu yang baru saja keluar dari ruang pengurus kampus itu.
"Ra, nanti kalau kau sudah sukses jangan lupakan kami yah." sahut Keyra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
Susilawati Dewi
kasian juga ibunya indira harus menikah orang yg jht
2021-08-05
1
Arif Wahyu
masih nyimak..
2021-03-10
1
yeni ratnawati
Mau federic jg dong
2021-01-15
1