Saat ini Aldi tengah dalam perjalanan menuju apartemen Riki. Tadi sore pria itu kembali ke rumahnya untuk mengambil sesuatu sekalian pria itu juga mengambil beberapa helai pakaian, karena malam ini dia akan menginap lagi di apartemen Riki.
Sebagai seorang sahabat dia sudah sangat mengenal Riki dan sudah mengetahui setiap seluk beluk permasalahan yang selama ini dialami oleh pria itu kecuali permasalahannya dengan Nayla dan Aldi selalu menemani Riki, disaat pria itu sakit seperti ini.
Di tengah perjalanan, Aldi mampir ke sebuah apotik rumah sakit untuk membeli sebuah cairan infus untuk dia pasang pada tubuh Riki. Karena pria itu kekurangan cairan dan tidak ingin di rawat di rumah sakit. Sebenarnya menyusahkan tapi itulah pekerjaannya, selain sebagai seorang asisten dia juga adalah dokter pribadi Riki.
Tujuan awal pria itu adalah ingin bekerja sebagai dokter di rumah sakit besar karena dia sudah mendapatkan lisensi kedokterannya, namun apalah daya, pria itu sangat baik, sehingga dia harus mengorbankan impiannya untuk Riki yang sudah menjadi sahabatnya sejak SMA.
Setelah membeli berbagai jenis obat-obatan untuk Riki, pria itupun kembali melajukan mobilnya menuju apartemen Riki. Namun baru saja pria itu memarkirkan mobilnya, tiba-tiba saja ponselnya berdering.
“Amanda?” Dahi Riki berkerut heran ketika melihat orang yang memanggilnya adalah Amanda. Setelah sekian lama, ini adalah kali pertamanya gadis itu menelfonnya lagi.
Seketika perasaan khawatir menyelimuti Aldi, dengan cepat pria itu menjawab panggilan Amanda.
“Hu… hu… Aldi….”
Bola mata Aldi membulat sempurna, ketika mendengar suara Amanda seperti sedang menangis.
“Tunggu aku, lima menit lagi aku segera kesana.”
Aldi langsung memutuskan sambungan telfonnya, dengan terburu-buru pria itu langsung meraih segala keperluan yang dia siapkan tadi dan langsung berlari keluar dari mobilnya menuju ke apartemen Riki.
Butuh beberapa waktu untuk dirinya bisa sampai ke apartemen Riki dan memasang alat infus pada Riki. Sebelum meninggalkan sahabatnya yang masih terbaring lemah . sebelum pergi pria itu kembali memeriksa tubuh Riki dan semuanya baik-baik saja, hanya saja pria ini butuh asupan.
Sebenarnya Aldi tidak tega meninggalkan Riki sendirian, tapi dia juga sangat khawatir pada Amanda. Akhirnya pria itu memutuskan untuk pergi mengecek keadaan Amanda setelah itu dia akan kembali lagi.
Pria itu pun meninggalkan apartemen Riki sambil menghubungi seseorang, dan seseorang itu adalah Nayla. Aldi ingin meminta Nayla untuk datang dan membuatkan makanan untuk Riki.
Tapi sayang, Nayla tidak menjawab telfonnya. Dengan menghela nafas berat, pria itu berhenti menghubungi Nayla dan kembali berlari menuju parkiran, dia berjanji tidak akan lama meninggalkan Riki seorang diri.
^_^
“Pelan-pelan!”
“Ini aku udah pelan-pelan.”
“Kalau bisa lebih pelan lagi.”
“Kapan sampainya kalau begitu?”
“Kamu mau kita berdua jatuh dari tangga.” Nayla berkata dengan kesal.
Sepanjang perjalanan menuju lantai atas, kedua anak itu selalu saja berdebat. Nayla yang dengan sabar membantu Rina agar bisa sampai di kamarnya.
Sebenarnya Nayla meminta Rina untuk tidur di kamar tamu lantai bawah saja, tapi gadis berusia delapan belas tahun itu sangat keras kepala. Katanya, dia tidak akan bisa tidur jika itu bukan kamarnya. Alasan saja bocah ini.
Makanya dengan sangat terpaksa disertai peluh perjuangan, akhirnya mereka bisa melewati puluhan anak tangga dan berhasil masuk ke dalam kamar.
Nayla membantu Rina berbaring di kasurnya, tapi sebelum itu gadis itu melepas sebelah sepatu Rina.
“Biar aku aja.” Rina menjauhkan kakinya dari jangkauan Nayla.
“Nurut aja.” Nayla menahan kaki Rina lalu melepaskan sepatu adiknya itu.
Rina hanya bergeming menyaksikan perlakuan Nayla kepadanya, tapi meskipun gadis itu selalu bersikap baik pada Rina, jangan harap gadis kecil itu akan luluh dan baik pada Nayla. Itu tidak akan pernah terjadi.
“Sebelahnya lagi mana?” Nayla mendongak menatap Rina.
“Huh?” Rina bingung.
“Sepatu kamu…,” Nayla mengangkat sebelah sepatu Rina, “sebelahnya mana?”
“Kelupaan di rumah sakit... hehe.” Rina tertawa kecil sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Nayla merasa gemas melihat Rina yang seperti itu, ini adalah pertama kalinya gadis kecil itu memperlihatkan tawanya pada Nayla.
“Ya udah, kamu istirahat… besok aku akan kembali kesana dan mengambilnya.” Nayla membaringkan tubuh Rina, lalu menutupinya dengan selimut.
“Apa kamu sudah makan?” tanya Nayla lagi penuh perhatian.
“Aku nggak lapar.” Rina kembali berbicara dengan ketus.
“Ya sudah, kalau begitu aku akan buatkan kamu makanan.”
Rina berkerut heran mendengar penuturan Nayla, “aku bilang aku tidak lapar.”
“Itu artinya kamu lapar… aku sudah kenal sifat kamu jika sama aku, selalu menolak tapi kebalikannya.” Nayla pun beranjak dari kamar itu.
“Kamu tunggu sebentar… jangan tidur. Aku nggak akan lama.” Nayla berucap diambang pintu kamar Rina, sementara Rina hanya bergeming, tidak menolak tidak juga menerima. Lalu Nayla pun menghilang setelah menutup pintu kamar Rina.
-tbc-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Rini Nurkholifah
up lagi dong gimana sama mita
2020-11-24
1
Vanty Vebria
Aaaaa akhirnya kesalahpahaman terlewati. Seru Thor makasih lho. Segera up yahh Thor karena aku suka jalan ceritanya. Indahnya bersahabat dari sekolah sampe pada nikah. Teman, Cinta, Benci, Bahagia, Sedih lengkap sudah terbawa suasana alur ceritanya
2020-11-24
3
Qinoy Luchu
mksh dah up lg
2020-11-24
0