BAB 7

Nayla menghentikan laju motornya di depan sebuah klinik anak, milik sang bunda. Tadi bundanya menelfon dan memintanya untuk datang menjemput beliau, karena sang bunda tidak membawa mobil.

Setelah beberapa waktu menunggu diluar, akhirnya bundanya pun keluar. Namun dahi Nayla berkerut heran, ketika melihat sosok wanita lain keluar bersama bundanya, tapi sosok itu terlihat tidak asing. Yah gadis itu adalah gadis yang tadi siang, gadis yang mengatai Nayla licik.

“Sayang banget sih, tan… harusnya aku aja yang anterin tante pulang.” Gadis itu bergelut manja di lengan bundanya.

“Nggak usah sayang, lagian sudah ada anak bunda yang menjemput.”

Gadis itu mengerucutkan bibirnya, membuat Nayla menyeringai sinis. Nayla tidak tahu kenapa dan bagaimana bundanya bisa dekat dengan gadis berambut pirang itu, tapi Nayla bisa menebak jika gadis itu sedang mencari perhatian kepada bundanya. Apalagi tujuannya selain bisa dekat dengan Riki. Bukan hanya hari ini gadis itu selalu melihat gadis-gadis cantik berbuat seperti itu pada bundanya, melainkan sudah sangat sering, terlebih ketika dia dan Riki duduk di bangku kuliah, silih berganti wanita datang mencari perhatian kepada sang bunda dan wanita paruh baya itu selalu bersikap ramah kepada mereka.

Jadi, yang licik disini siapa? Nayla kembali menyeringai, memikirkan hinaan yang didapatkannya dari gadis itu. Sebenarnya kata licik itu sangat cocok untuknya, yang tengah mencari muka, padahal mukanya sudah dua.

“Bun…,” seru Nayla memanggil bundanya yang masih berbicara dengan gadis bermuka dua itu.

Bunda menoleh kearahnya dan tersenyum. Begitupun dengan gadis berambut pirang itu, tapi gadis itu hanya menatap Nayla tanpa tersenyum dan tatapannya itu sangat berbeda antara tatapan tidak suka dan terkejut. Mereka kemudian berjalan mendekati Nayla.

“Sudah lama, nungguin bunda?” tanya bunda.

“Nggak kok bun, baru aja.” Jawab Nayla, “kita pulang sekarang?” sambungnya lagi.

“Iya… tapi tunggu…,” bunda menarik Amanda semakin mendekat dengannya, “kenalin sayang, ini Amanda… Amanda ini Nayla… anak bunda.”

Bunda dengan ramah memperkenalkan mereka berdua, padahal raut wajah mereka sama sekali tidak saling suka. Jelas Nayla tidak menyukai gadis yang bersikap sombong dan angkuh seperti dia. Begitupun dengan Amanda, dia juga tidak menyukai sikap sok Nayla. Tapi gadis itu tidak punya pilihan lain selain bersikap baik dan ramah kepada Nayla, karena seperti yang dikatakan oleh bunda, jika Nayla adalah anaknya, tapi ada yang aneh.

“Dia anak tante?” Tanya Amanda bingung.

“Iya.”

“Anak tante, yang ke berapa?” tanya Amanda lagi, pasalnya Nayla terlihat seumuran dengan Riki dan juga dirinya.

“Kenapa? Apa karena dia terlihat seumuran dengan Riki?”

Amanda mengangguk.

“Itu karena dia saudara kembar Riki.”

Amanda semakin terkejut dengan pernyataan bunda. Sementara Nayla sudah biasa mendengar pernyataan seperti itu, karena memang bunda selalu mengatakan hal itu ketika ada yang menanyakan jika Nayla anak ke berapa.

Itulah yang membuat Nayla sangat menyayangi wanita paruh baya ini. Wanita itu tidak ingin orang-orang mengetahui status Nayla sebagai anak angkat. Wanita ini tidak ingin jika Nayla terluka dengan cibiran orang-orang yang mengatakan jika dia adalah anak yang sial.

“Jadi, dia dan Riki kembar?” tanya Amanda lagi.

“Iya.” Jawab bunda.

“Kok aku baru tau?”

“Itu karena kamu baru bertanya.” Ketus Nayla.

“Selama ini Nayla tinggal di Jepang, makanya kamu tidak tahu tentang dia.” Jawab bunda.

“Ohh gitu yah… ter…

“Jadi sampai kapan kamu akan bertanya?” ketus Nayla lagi memotong ucapan Amanda.

Jujur saja Nayla sudah sangat bosan dengan segala pertanyaan gadis itu. Rasanya gadis itu sudah seperti reporter gosip yang ingin tau segalanya tentang latar belakang hidup seseorang.

“Naik bun, waktu sudah semakin sore.” Nayla menyerahkan helm kepada bundanya.

“Iya.” Bunda meraih helm itu lalu memakainya, “Amanda, tante pulang dulu yah… kamu hati-hati di jalan.” Sambung bunda lagi lalu naik ke motor Nayla. Amanda hanya tersenyum kikuk pada bundanya.

Setelah Nayla merasa, bundanya sudah siap dibelakang diapun langsung melajukan motornya tanpa memperdulikan wajah Amanda yang terlihat semakin kaku karena kesal.

Setelah menghabiskan waktu beberapa menit dalam perjalanan, kini Nayla telah memarkirkan skuter kuningnya di dalam bagasi, sementara sang bunda sudah dia turunkan di depan rumah tadi. Nayla pun masuk ke dalam rumah melalui pintu garasi yang terhubung langsung dengan ruang makan.

“Mau kemana lagi kamu, Rin?”

“Mau latihan dance.” Jawab Rina.

“Jangan pulang larut malam lagi, nanti ayah bisa marah sama kamu lagi.”

“Iya.” Jawab Rina dengan ketus lalu keluar dari rumah.

Nayla bisa mendengar percakapan mereka dari ruang makan itu, raut wajahnya berubah cemas. Rina adalah anak bungsu di keluarga itu, anak itu sangat bandel dan keras kepala.

Dia selalu melawan setiap perkataan ayah dan bundanya dan selalu berbuat sesuai dengan kemauannya. Itulah yang membuat Nayla merasa khawatir, dia khawatir bukan pada Rina tapi pada orang tua angkatnya, terutama pada bundanya. Setiap kali anak itu bertingkah pasti ayahnya akan memarahi gadis kecil itu dan itu membuat bundanya sedih, begitupun dengan Nayla.

Nayla adalah gadis yang kuat, tapi dia tidak sanggup jika melihat salah satu keluarganya sedih terutama sang bunda. Namun, Nayla tidak bisa berbuat apa-apa, dia sangat ingin menasehati Rina, agar gadis kecil itu tidak melakukan hal yang membuat orang tuanya sedih dan marah. Tapi apalah daya, Nayla tidak mampu melakukan hal itu, karena Rina sangat tidak menyukainya. Entah apa alasannya, sehingga gadis itu sangat membenci Nayla.

Nayla melangkahkan kakinya meninggalkan ruang makan menuju kamarnya, ketika dia berada di ruang keluarga dia sudah tidak melihat keberadaan bundanya, mungkin bundanya sudah di kamarnya. Pikir Nayla lalu kembali melanjutkan langkahnya menaiki tangga menuju kamarnya.

Setelah masuk ke dalam kamarnya, Nayla meraih ponselnya di dalam kantong tas kameranya lalu meletakkan tas itu di atas meja riasnya, detik berikutnya Nayla kemudian menghempaskan tubuhnya di atas kasur empuknya. Hari ini dia sangat lelah, di studio dia banyak pemotretan setelah itu dia harus ke apartemen Riki untuk merapikan apartemen pria itu, yang setiap harinya selalu berantakan. Nayla tidak habis fikir dengan kebiasaan buruk Riki yang tidak bisa rapi. Orang-orang mungkin menyangka jika dia adalah pria yang sangat perfek dan selalu rapi, namun kenyataannya nol besar.

Nayla menghela nafas berat memikirkan pria angkuh itu dan tunggu Nayla kembali mengingat kejadian yang dilihatnya di apartemen Riki tadi. Nayla bergidik ngeri mengingat perbuatan mesum itu.

Nayla pun menyalakan ponselnya karena ingin menghubungi Aldi, untuk melaporkan apa yang baru saja dilihatnya, namun baru saja gadis itu mengaktifkan ponselnya, dia langsung terkejut dan refleks tangannya melemparkan benda pipih itu. Astaga tampilan awal dari layar itu adalah gambar yang tidak sengaja dia potret.

-tbc-

Terpopuler

Comments

hanie tsamara

hanie tsamara

🤣🤣🤣
zooonkk yaa nay..
liat foto tak berfaedah🤭🤭

2023-03-22

0

Hasna Cenna

Hasna Cenna

degdegan thorr baca.y...😦😦😥😥
lanjut thor dan tetap semagat nulis.y...😁😁😁😍😍😍

2020-11-10

0

@larissa_arabella

@larissa_arabella

dag dig dug serrr wkk

2020-11-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!