Setelah memarkirkan mobilnya di basemant, Riki kemudian masuk melewati koridor menuju lift, namun dahinya berkerut heran ketika dia melihat Nayla dari arah berlawanan, langkah gadis itu terlihat terseok-seok karena sedang memapah seseorang, tapi Riki tidak mengenali gadis yang dipapahnya karena wajahnya tertutupi oleh rambut.
OWEEKKK...
Gadis yang dipapah itu muntah di baju Nayla. Riki bisa melihat jelas Nayla sedang menggerutu dan juga tengah kesulitan.
Tapi Riki tidak perduli dengan hal itu, karena itu bukan urusannya. Riki kembali melanjutkan langkahnya dan kini dia sudah berdiri di depan lift.
OWEEKKK...
Riki bergidik ngeri mendengar suara muntahan itu lagi, buru-buru Riki memencet tombol lift agar segera terbuka. Pria itu ingin segera naik menuju apartemennya seorang diri, dia tidak ingin berada di dalam lift bersama Nayla. Terlebih lagi Nayla sedang bersama seorang gadis yang tengah mabuk. Setelah pintu lift terbuka, Riki segera masuk lalu menekan tombol sebelas, dimana apartemennya berada.
“Riki…,” Nayla berseru ketika melihat Riki berada di dalam lift.
Riki semakin memencet tombol agar pintu lift itu segera tertutup sebelum Nayla masuk ke dalam.
“Ini Rina, Rik.” Seru Nayla lagi.
Riki terkejut mendengar ucapan Nayla. Apa itu Rina adiknya? pikirnya. Karena pintu lift hampir tertutup, Riki langsung melangkah keluar dan menahannya dengan tubuhnya.
“Ahhh.” Keluhnya kesakitan, karena pintu besi itu berhasil menghimpit tubuhnya.
“Rina?” Riki menghampiri Nayla dan meraih adiknya.
“Dia kena… hmptt.” Ucapan Riki terputus dan langsung memalingkan wajahnya tatkala pria itu mendekat dan mencium aroma minuman keras pada Rina.
“Dia…?”
“Iya. Dia mabuk.”
Raut wajah Riki berubah marah ketika mendengar ucapan Nayla, “Apa dia keluyuran lagi, bahkan sekarang dia keluyuran sampai ke klub?”
Nayla mengangguk.
“Lalu kenapa kamu tidak menelfon, untuk memberitahu aku?” geram Riki dengan suara yang nyaris berteriak.
Wajah Nayla berkerut heran mendengar ucapan Riki. Dia jadi kesal dengan pria ini, “aku yang harusnya bertanya, kenapa kamu tidak mengangkat telfon aku dari tadi?” ketusnya.
“Kamu menelfon?”
Nayla mengangguk lagi.
“Aku nggak denger, soalnya nadanya diam... Tadi aku sibuk.”
Nayla memutar bola matanya malas mendengar alasan Riki.
“Terserah, apapun alasan kamu… intinya sekarang kamu bawa Rina ke apartemen kamu… sebelum dia muntah lagi.” Pinta Nayla.
Riki mengangguk dan membopong tubuh adiknya lalu berjalan lagi menuju lift. Saat pria itu di depan lift dia kembali menoleh kearah Nayla yang masih memperhatikannya.
Riki juga ikut menatap gadis itu, menyelidik penampilan Nayla dari atas sampai bawah, Astaga Riki tidak habis fikir dengan gadis itu, dia sangat nekat keluar dengan pakaian tipis itu dan juga sandal jepit flannel pikachu, terlebih tujuannya adalah ke sebuah bar. Bagaimana pandangan orang-orang tentangnya. Tapi seperti yang Riki tau tentang gadis itu, dia tipe wanita yang keras kepala. Dan Tidak pernah perduli dengan pandangan orang lain, dia sama sekali tidak berubah sejak mereka kecil dan satu lagi yang tidak berubah dari gadis itu, adalah sifat pedulinya.
Tiba-tiba saja rasa kasihan mencul dalam benaknya. Dengan berpakaian seperti itu, pasti dia kedinginan, apalagi gadis itu datang kesini dengan mengendarai vespa matic pokemonnya. Terlebih lagi bajunya basah karena bekas muntahan Rina. Jika gadis itu pulang dalam keadaan seperti itu ditengah malam seperti ini, dia bisa masuk angin.
“Kenapa kamu belum masuk?” Tanya Nayla.
“Kamu yang ngapain disitu?” Riki bertanya balik membuat Nayla berkerut heran.
“Kamu fikir aku bisa menekan tombol lift dalam keadaan menggendong seperti ini.” Sambungnya lagi.
Buru-buru Nayla menghampiri Riki dan menekan tombol lift dan terbuka. Riki pun masuk ke dalam lift sementara Nayla masih bergeming ditempatnya.
“Kenapa kamu masih berdiri disitu?... ayo masuk.” Pinta Riki lagi.
“Kan tugas aku udah selesai, ngapain lagi aku ikut?” tanya Nayla dengan raut wajah polosnya.
“Kamu fikir pintu apartemen aku tidak ada tombolnya.” Ketus Riki lagi.
“Ahhh…” seru Nayla setelah menyadarinya, gadis itu langsung masuk dan langsung menekan tombol sebelas menuju aparteman Riki.
Riki yang berdiri di belakang Nayla terlihat sedang menahan tawanya, pria itu merasa gemas dengan tingkah Nayla. Ternyata Aldi benar, ternyata gadis ini sangat polos.
TING…
Riki segera berjalan keluar setelah pintu lift itu terbuka, begitupun dengan Nayla. Gadis itu terlihat berlari-lari kecil di belakang Riki, berusaha mengejar langkah Riki yang sangat lebar. Sudut bibir Riki kembali tertarik saat mendengar langkah Nayla yang berlari di belakangnya, seperti seekor anjing kecil yang mengikuti tuannya. Tapi Nayla bukanlah anjing kecil melainkan pokemon kecil. Senyum Riki lebar saat membayangkan wujud Nayla menjadi pokemon, sangat lucu.
“Hai Rik.”
Senyum Riki mengkerut tatkala melihat seorang gadis cantik tengah berdiri di depan apartemennya. Gadis itu tersenyum manis kepadanya, tapi tatapan Riki sangat tajam seolah sangat membenci gadis itu.
Sementara Nayla yang berdiri di belakang Riki, merasa heran dengan tatapan Riki yang terlihat sangat menakutkan menatap gadis itu. Nayla mengakui jika pria itu selalu menatapnya tajam, tapi tatapannya kali ini sangat berbeda dan jauh lebih menyeramkan.
Sementara gadis yang ditatapnya itu, masih terus tersenyum menatap Riki. Tapi Nayla bisa melihat dari sorot matanya, gadis itu terlihat putus asa.
Sebenarnya siapa gadis ini, kenapa Riki terlihat sangat membencinya. Bahkan rasa benci Riki terlihat lebih besar kepada gadis itu dibanding kepada dirinya.
“Buka pintunya Nay!” Riki berucap dengan tatapan nyalangnya masih tertuju pada wanita di depannya itu.
“Huh?” Nayla berseru, menatap Riki dengan bingung.
“Buka pintunya!!!”
Suara Riki terdengar rendah namun sangat menakutkan di telinga Nayla, dengan sigap gadis itu langsung menekan tombol per tombol lalu pintupun terbuka.
Riki segera masuk ke dalam apartemen, sementara Nayla masih berdiri dengan menahan pintu sambil tatapannya terus tertuju pada wanita itu. Nayla terlihat ragu apakah dia harus mengajak wanita itu masuk atau tidak?
“Masuk Nay….”
“Huh?” Nayla menoleh lagi menatap Riki yang menatapnya tajam, “Iya.” Nayla pun langsung masuk meninggalkan wanita itu sendirian diluar apartemen.
-tbc-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Vanty Vebria
Aaaaa gemes akutu sama Iki sama ila
2020-11-24
0
Chikasn
Lanjut up kak, semangat terus🤗😍
-salam Aslandiana✨
2020-11-18
1
@larissa_arabella
lanjutttt
2020-11-16
1