BAB 11

Setelah berhasil memarkirkan si kuning di dalam garasi, Nayla pun berjalan masuk untuk menuju kamarnya. Namun tiba-tiba saja langkahnya terhenti ketika dirinya masih diambang ruang keluarga.

Tiba-tiba saja perasaannya berubah cemas ketika dia merasakan suasana yang mencekam di ruang keluarga itu, karena disana sudah ada sang ayah yang tengah duduk dengan posisi memunggung di sofa panjang, sementara sang bunda duduk menyamping menghadap sang suami sambil mengelus lembut pundaknya. Dari sini Nayla dapat menyimpulkan, dengan keberadaan sang ayah diruangan itu bersama dengan sang bunda adalah untuk menunggu si bungsu yang belum juga pulang.

Waktu memang masih menunjukkan pukul sembilan malam, tapi itu merupakan batas yang sudah ditentukan sang ayah untuk dipatuhi seluruh penghuni rumah dan lagi-lagi Rina melanggarnya.

Nayla masih bergeming di tempatnya, dengan atensi yang menatap iba kepada sang bunda. Gadis itu sangat tidak bisa membiarkan wanita paruh baya itu terus menerus merasa khawatir terlebih saat memikirkan anak nakal itu. Jadi, Nayla memutuskan untuk keluar mencari Rina, agar gadis itu tidak terlalu lama berkeliaran diluar sana.

Karena dua manusia itu belum menyadari kedatangannya, akhirnya Nayla mengambil langkah mundur dengan sangat pelan dan hati-hati, namun baru selangkah kakinya melangkah mundur sudah langsung terhenti ketika suara berat menginterupsinya.

“Mau kemana lagi kamu?... naik ke kamar kamu sekarang!”

Sejenak Nayla bergeming, menatap kearah orang tuanya. Hanya bundanya yang menatapnya dan terlihat terkejut melihatnya, itu artinya sang bunda tidak menyadari kedatangannya, sementara sang ayah masih pada posisi yang sama. Bagaimana bisa pendengaran ayahnya itu sangat tajam, padahal Nayla sudah sangat memastikan, jika pergerakannya sama sekali tidak menimbulkan suara. Menghela nafas berat sebelum akhirnya gadis itu menghampiri kedua orang tuanya.

“Assalamu’alaikum, Yah, bun.” Nayla meraih tangan bundanya lalu mencium punggung tangannya, begitupun dengan ayahnya yang hanya diam.

“Nayla ke atas dulu, yah, bun.”

“Iya sayang, jangan lupa vitaminnya di minum.”

“Iya bun.” Singkat Nayla lalu menghampiri tangga dan langsung berlari naik ke lantai dua menyusuri anak tangga yang tidak sedikit jumlahnya.

Nayla tiba di kamarnya dengan deru nafas yang memburu, dengan raut wajah yang cemas gadis itu meraih ponselnya dan langsung menghubungi seseorang.

“Halo kak.”

“Halo, Ka… kamu dimana sekarang?... kamu pulang nggak malam ini?...”

“Aku nggak bisa pulang malam ini kak, aku nginep di kampus… memangnya kenapa kak?”

“Rina belum pulang, Rik… ayah sama bunda udah nungguin dia diruang keluarga…”

“Anak itu keluyuran lagi?”

“Iya, Ka. Kamu bisa telfon dia nggak. Minta dia untuk pulang cepat. Karena kalau aku yang telfon, kamu tau sendirikan, dia nggak akan angkat telefon dari aku.”

“Iya kak, aku coba telfon dia dulu.”

Setelah itu Nayla kembali meletakkan ponselnya, menunggu kabar dari Rika dan semoga saja setelah Rika memintanya untuk cepat pulang, gadis itu menurut.

Hubungan Nayla dengan Rina memang tidak akrab. Bukan karena Nayla yang tidak ingin bersahabat dengan gadis itu, tapi memang gadis itu sudah tidak menyukai Nayla sejak pertama kali Nayla datang. Nayla juga tidak tahu alasannya karena apa, sehingga gadis itu tidak menyukainya, padahal selama ini Nayla selalu bersikap baik padanya, tapi tetap saja, Rina selalu bersikap kasar padanya.

Setelah beberapa menit menunggu, Nayla masih belum mendapat kabar apapun dari Rika. Akhirnya gadis itu pun mencoba kembali menelfon Rika.

“Rina juga nggak angkat telfon aku, kak.” Rika mengeluh di seberang telfon.

“Terus gimana dong sekarang?”

“Yah, mau gimana lagi kak… biarin aja kayak gitu… toh itu salahnya dia, kalau kena marahi lagi sama ayah.”

“Jangan gitu dong Rik… kamu nggak khawatir sama adek kamu, apa?”

“Aku juga khawatir kak, tapi mau gimana lagi… anak itu memang pantas untuk kena hukuman dari ayah."

Nayla menghela nafas berat mendengar penuturan Rika. Jujur saja Nayla juga sepemikiran dengan Rika. Tapi tetap saja, Nayla masih sangat khawatir dengan adik bungsunya itu.

Gadis itu bukannya khawatir pada hukuman yang akan didapatkan Rina setalah ini dari sang ayah, melainkan Nayla khawatir jika gadis itu terus menerus mendapat hukuman dan dimarahi, Nayla takut nanti Rina mengambil langkah yang salah karena tertekan, karena Rina itu masih sangat kecil, gadis itu masih perlu untuk dibimbing bukannya dihukum ataupun dimarahi.

“Udah dulu, kak. Aku masih sibuk banget ini,” cetus Rika dari balik telfon lagi.

“Eh tunggu dulu Rik…,” Nayla mencegat.

“Ada apa kak?”

“Kamu masih punya obat tidur nggak?"

“Mau kakak apain?... Jangan bilang…

“Udah, nggak usah nanya… sekarang kamu bilang, dimana?”

( … )

“Ok.” Ucap Nayla lalu memutuskan sambungan telefon.

Setelah mengatur siasat dengan obat tidur, gadis itu kembali menuruni anak tangga dengan langkah yang pelan. Setelah kini dirinya sudah di pertengahan tangga, Nayla masih melihat kedua orang tuanya masih berada di ruang keluarga. Tapi sang bunda tengah tertidur di pundak sang ayah, membuat Nayla semakin merasa iba. Dan kembali merutuki perbuatan Rina.

“Yah, itu bunda kasihan… di bawa dulu ke kamar…” ucap Nayla ketika kini gadis itu berada di lantai bawah. Namun sang ayah malah menatap Nayla dengan tajam.

“Tidak usah beralasan… kamu meminta ayah untuk membawa bunda kamu ke dalam kamar, lalu kamu pergi untuk mencari Rina, iya kan?”

Nayla mendelik mendengar ucapan ayahnya itu. Ayahnya itu sangat tidak bisa dibodohi.

“Siapa juga yang mau keluar Yah. Ini aku udah pake piyama, mana bisa keluar dengan pakaian seperti ini. Yang ada nanti aku masuk angin,” sanggah Nayla, sang ayah hanya melirik dengan ujung matanya membuat Nayla semakin kesal. Nayla memang tidak berniat untuk pergi saat ayahnya itu masih belum tertidur, mana bisa dia pergi. Bisa-bisa dia di kejar sama ayahnya.

“Udah Yah, itu kasihan bunda. Nanti kalau bunda bangun, badannya sakit semua… aku nggak akan keluar, aku mau ke dapur untuk minum vitamin aku… nggak percayaan banget sih.” Nayla menggerutu sambil berjalan masuk ke dapur.

Sebelum tiba di dapur, gadis itu terhenti di ruang makan dan berbalik untuk mengintip pergerakan sang ayah yang ternyata sudah menggendong sang bunda ke dalam kamarnya, yang ada di lantai satu.

Setelah itu Nayla lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju dapur. Di dapur Nayla membuat nasi goreng untuk dirinya dan juga untuk sang ayah, setelah beberapa menit bergelut dengan peralatan masaknya. Akhirnya nasi goreng begadang ala Nayla pun jadi. Gadis itu menyisihkan satu piring untuknya dan satu piring lagi untuk ayahnya, namun tidak lupa toping yang menggugah selera di bubuhi di atas nasi milik sang ayah. Selanjutnya gadis itupun meletakkan dua piring nasi dan dua gelas air di atas nampan dan membawanya lagi ke ruang keluarga.

“Ayah udah makan belum?” Nayla meletakkan nampan itu di atas meja di depan ayahnya.

“Ayah mau nggak?... ini enak loh…” Nayla mengambil duduk di samping sang ayah dan meraih piring nasgornya.

“Ayah sedang tidak bercanda, Nay… ayah tahu kamu pasti sudah merencanakan sesuatu, kan?”

Nayla memutar bola matanya dengan malas, sungguh ayah yang cerdas.

“Terserah deh, ayah mau makan apa nggak… intinya aku tidak memiliki rencana apapun, aku membuat nasgor ini, karena aku laper belum makan malam. Karena aku tahu ayah masih belum tidur, makanya aku buatin sekalian buat ayah… curigaan banget sih sama anak sendiri.” Nayla menyuap nasgor ke dalam mulutnya dengan berpura-pura kesal, padahal dalam hatinya sudah mengucap maaf, beribu-ribu kali.

“Yakin…"

“Nggak usah dimakan, kalau masih ragu… nanti biar Nayla yang habisin semuanya, berhubung Nayla kelaperan,” bantahnya lagi.

“Eh, jangan dong… ini punya ayah, jadi ayah yang harus memakannya.” Ayah meraih piringnya yang ada di nampan dan langsung menyendok nasgornya ke dalam mulut.

Sudut bibir Nayla tertarik, tapi dalam hatinya dia sangat merasa bersalah pada ayahnya ini. Nayla tidak pernah bermaksud untuk melakukan hal ini, tapi mau bagaimana lagi, dia tidak bisa melihat orang-orang yang dia sayangi tersakiti.

-tbc-

Terpopuler

Comments

Lailatul Fitri

Lailatul Fitri

😭😭😭😭

2020-12-19

0

Lailatul Fitri

Lailatul Fitri

😭😭😭😭

2020-12-19

0

Regina H Tampi

Regina H Tampi

😭😭😭😭😭

2020-12-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!