Riki melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul 12.01 siang.
Itu artinya gadis yang sejak tadi ditunggunya sebentar lagi akan datang dan memarkirkan motornya di parkiran dan sudah sejak tadi juga Riki menunggu gadis itu di parkiran di dalam mobilnya.
Pria itu ingin memastikan, apakah dugaannya benar atau salah? Sudah sejak dulu pria itu sangat penasaran dengan orang yang membuat makanan untuknya dan berhasil yang selalu membuatnya sangat berselera.
Karena orang itu, Riki bisa merasakan nikmatnya makanan. Namun sekarang berbeda, rasa kagum itu sudah hilang ketika dia mengetahui satu fakta jika orang itu adalah Nayla.
Atensi pria itu terus tertuju pada pintu gerbang perusahaannya dan setelah beberapa waktu dia menunggu akhirnya orang yang ditunggunya sejak tadi sudah datang dan ternyata dugaannya tidak salah, orang itu adalah Nayla.
Riki merasa sangat bodoh, kenapa dia tidak curiga sejak dulu jika gadis itu yang melakukannya, padahal sudah ada tanda, jika orang yang sangat menyukai benda-benda norak itu hanyalah Nayla.
Pandangan Riki terus mengikuti Nayla, sejak gadis itu melewati gerbang, memarkirkan skuter kuningnya lalu berlari masuk ke dalam perusahaan. Setelah dia merasa Nayla sudah bertemu dengan Aldi di dalam.
Perasaan kecewa menyelimuti hatinya, dia kecewa dengan Aldi. Apakah mereka bersekongkol untuk membodohinya. Dengan raut wajah yang datar, pria itu kemudian turun dari mobilnya untuk menciduk mereka.
^_^
Aldi terlihat berlari-lari kecil menghampiri Nayla dan lagi-lagi gadis itu tersenyum ramah, ketika melihat pria tampan itu mendekat kepadanya.
Entah kenapa, setiap kali bertemu dengan pria itu bibirnya selalu ingin tersenyum dan perasaannya selalu merasa canggung, jika berdekatan dengan Aldi. Apa karena pria itu terlalu baik, makanya dia seperti ini.
“Nay… aku fikir kamu nggak akan datang.” Aldi berdiri tepat di depan Nayla.
“Kalian kan berangkatnya sore… aku kan datangnya siang, jadi masih tugas aku.” Cetus Nayla.
“Semalam memang jadwalnya sore, tapi dirubah lagi sama Riki jadi jam 12 siang.”
Nayla melirik jam tangannya, “ini sudah lewat dari jam dua belas… kenapa kamu masih disini?”
“Itu dia Nay, aku lagi nungguin Riki.”
“Riki kemana?” tanya Nayla.
“Tadi pagi, dia bilangnya mau ke rumah orang tuanya dulu…”
“Ah, iya tadi aku ketemu di rumah.” Nayla menyela ucapan Aldi.
“Oh, ya?”
Nayla mengangguk.
“Sampai sekarang dia belum datang.”
“Mungkin dia masih ngobrol sama ayah.” Cetus Nayla lagi.
“Ooohh ya udah, kalau gitu… makanan ini biar aku siapkan diruangannya, nanti kalau dia udah datang dia bisa langsung makan.” Aldi meraih tas bekal dari tangan Nayla.
“Sepertinya, tempat bekal kamu nggak bisa kemba…”
BRAAKKK...
Nayla dan Aldi tersentak, ketika Riki tiba-tiba datang menarik tas bekal milik Nayla dari Aldi dan langsung membantingnya ke lantai. Orang lain yang berada di tempat itu pun ikut terkejut dan menatap heran kepada mereka.
“Riki…,” Nayla bergumam pelan, gadis itu terlihat gelisah, karena setelah ini pasti Riki semakin marah sama dia.
“Apa-apaan sih kamu Rik?” Aldi berucap dengan kesal, karena tindakan Riki yang sangat kasar hingga membuat Nayla takut.
Aldi mencoba mendekati Riki yang tengah menatap tajam Nayla, namun langkahnya terhenti ketika Riki mengangkat tangannya ke udara, sebagai tanda agar Aldi berhenti.
“Sampah ini tak akan pernah lagi ada kantor aku…,” geram Riki masih menatap tajam pada Nayla.
“Kenapa kamu seperti ini Nay? Apa kamu lupa kesepakatan kita, ha? Bukankah saat itu kamu yang menyetujuinya lebih dulu, lalu kenapa sekarang kamu juga yang lebih dulu melanggarnya.”
Nada bicara Riki terdengar sangat tenang, tapi begitu dingin dan menusuk hati Nayla, jujur saat ini Nayla tidak tahu harus berkata apa.
Pria itu memang benar, jika dirinya lah yang menyetujui kesepakatan itu lebih dulu, tapi hatinya tidak bisa menerima kesepakatan itu.
Nayla tidak bisa menganggap Riki sebagai orang asing di saat mereka adalah saudara, memang terdengar sangat lebay, tapi itulah yang gadis itu rasakan.
Alasannya sangat sederhana, dia seperti ini karena dia adalah gadis yatim piatu yang tak memiliki satu keluargapun.
Dia ingin memperhatikan dan diperhatikan dan dia bisa merasakan manisnya kelengkapa keluarga dari keluarga Riki. Jadi mana mungkin dia menganggap Riki orang asing disaat dia memang membutuhkannya.
“Kenapa kamu melanggarnya Nay?” rahang Riki mengeras, “berhenti bersikap polos seperti ini. Aku muak dengan penampilan kamu yang polos tapi nyatanya kamu itu munafik…,” sambung Riki dengan geram.
Nayla menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan sakit di hatinya, “Kita adalah keluarga Rik… aku tidak bisa menerima kesepakatan bodoh itu…” lirih Nayla.
Riki menyeringai, “berhenti mengatakan jika kita itu keluarga… yang harus kamu tau, aku tidak pernah menganggap kamu keluargaku.
Kamu itu orang asing yang masuk ke dalam keluargaku dan selalu bertingkah seperti keluarga… kamu tau itu.” geram Riki sekali lagi.
Nayla tak mampu lagi mengangkat pandangannya ketika mendengar setiap perkataan Riki.
Sungguh, saat ini kelopak matanya sudah di banjiri air mata, namun dia masih kuat untuk menahannya. Dia tidak boleh cengeng, dia harus kuat. Lagipula yang dikatakan Riki memang benar, dia memang orang asing yang bersikap seperti keluarga.
“Kita pergi sekarang!” Riki menoleh pada Aldi, lalu berjalan keluar meninggalkan Nayla yang masih bergeming di tempatnya.
Aldi yang mendengar perintah Riki, tidak langsung menurut. Pria itu lebih dulu menghampiri Nayla yang masih menunduk.
“Nay…”
Nayla menetralkan perasaannya sebelum mengangkat pandangannya menatap Aldi, Setelah merasa sudah sedikit baikan, gadis itu menatap Aldi dengan senyum yang dipaksakan.
Jujur saja senyuman itu membuat hati Aldi sakit. Bagaimana bisa gadis ini tersenyum ketika mendengar makian dari Riki. Aldi merasa jika gadis ini benar-benar kuat.
“Kamu nggak pa-pa?”
Nayla mengangguk dengan raut wajahnya yang sudah kembali ceria, demi untuk menyembunyikan rasa sakitnya. Baginya makian yang dilontarkan Riki barusan tidak lah begitu menyakitkan dibandingkan degan caci maki yang dia terima sebelum-sebelumnya.
“Aku nggak tau, apa yang sudah terjadi antara kamu dengan Riki… tapi jujur saja, sikap Riki barusan sudah sangat keterlaluan…,” geram Aldi.
“Kamu nggak usah khawatirin aku, Di… aku nggak pa-pa kok… hubungan aku sama Riki memang sudah seperti ini sejak dulu. Jadi, kamu tidak perlu khawatir…” tutur Nayla.
“Tap….
Ucapan Aldi terputus tatkala ponselnya berdering dan pria itu sudah bisa menebak siapa yang menelfonnya, sudah itu pasti Riki. Dan benar saja, ketika dia melihat layar ponselnya di situ tertulis dengan jelas jika itu panggilan dari Riki.
“Riki udah nungguin kamu, Di… kamu sekarang nyusulin dia atau nanti dia semakin marah sama aku…” tutur Nayla lagi.
Aldi nampak ragu, antara pergi atau tidak. Tapi seperti yang dikatakan Nayla, jika dia tidak segera menyusul, pria itu akan semakin marah pada Nayla. Tapi dia juga tidak bisa meninggalkan Nayla dalam keadaan seperti ini.
“Besok kita ketemu lagi…” Aldi mengelus pipi Nayla dan gadis itu hanya mengangguk. Lalu pria itu pun pergi meninggalkan Nayla.
Nayla terus menatap punggung Aldi yang perlahan menghilang dari balik pintu keluar, gadis itu merasa bersyukur, karena pria itu sangat baik dan selalu bersikap lembut padanya.
“Ooohhhh, jadi kamu bukan pacarnya Aldi…,” Amanda berdiri tepat di depan Nayla dengan melipat kedua tangannya di dada.
Tubuh Nayla terkesiap tatkala mendengar ucapan dari seorang wanita yang tiba-tiba berdiri di dekatnya.
“Ternyata kamu hanyala gadis licik, yang mencoba memanfaatkan Aldi, agar kamu bisa dekat dengan Riki…,” Amanda bertepuk tangan, “wah, sungguh drama yang manis…,” sambung Amanda lagi.
Kerutan di dahi Nayla semakin jelas, tatakala mendengar ucapan dari gadis ini. Nayla tidak paham dengan maksud dari perkataan gadis itu, kenapa gadis itu tiba-tiba datang dan mengatai dirinya licik. Nayla merasa tidak mengenalnya dan sepertinya wanita itu juga tidak mengenal Nayla.
“Tolong jaga ucapan anda,” ketus Nayla, “saya tidak mengenal anda, begitupun dengan anda. Jadi berhenti menilai diri saya… anda tidak tahu apa-apa tentang siapa dan bagaimana diri saya…,” sambung Nayla dengan geram.
Nayla pun melangkah mengambil tas bekalnya yang tergeletak di lantai karena ulah Riki, sementara raut wajah Amanda kini terlihat sangat kesal pada Nayla.
“Permisi…,” pamit Nayla dengan ketus lalu meninggalkan tempat itu.
-tbc-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Tiwik Firdaus
pergi dari rumah orang tuanya riki aja kamu cari tempat sendiri kan kamu sudah kerja jangan bergantung sama kedua orang tua riki buar riki bisa berfikir
2023-01-30
0
Vanty Vebria
Ga sia2 aku baca tambah seru gaisss
2020-11-24
1
amelop♡(*>ω<)ω<*♡
thor kok up nya lama banget sih...
2020-11-06
1