Setelah menyelesaikan pendidikannya di bangku kuliah, gadis berusia dua puluh lima tahun itu kini bekerja sebagai fotografer.
Meskipun masih terbilang pemula dibidang itu, perlengkapan potret memotret Nayla sudah sangat lengkap berkat sang Ayah.
Sang ayah angkat memfasilitasi segala kebutuhan gadis itu selebihnya Nayla yang mengurus segala struktur manajemen di studionya.
Siang ini, seperti biasa. Jika Nayla tidak memiliki jadwal pemotretan di studionya, wanita berambut panjang dikuncir kuda itu, pasti langsung meluncur ke suatu tempat yang tidak jauh dari studionya sambil tangannya meneteng sebuah tas bekal berwarna kuning dengan gambar karakter pikachu yang sangat lucu, di dalam tas itu berisi dua buah kotak makanan berwarna sama dan gambar yang sama pula.
Setelah keluar dari studionya, diapun segera menaiki vespa matic berwarna kuning lemon dengan diberi stiker gambar karakter Pikachu juga, skuter itu terparkir tepat di depan studio fotonya.
Saat dirinya sudah duduk di atas skuternya, tangannya kemudian merogoh saku celananya untuk meraih kunci skuternya. Tak butuh waktu yang lama, si kuning pun melaju meninggalkan area studio.
Setelah berkendara selama beberapa menit, kini Nayla sudah tiba di area gedung, yang sangat tinggi dan bertuliskan PERMA CORP tertulis besar menempel dengan bangunan itu.
Setelah berhasil memarkirkan si kuning kesayangannya, Nayla menyambar tas yang berada di bawah pijakan kaki depannya dan langsung berlari meninggalkan area parkiran masuk ke dalam gedung itu.
Nayla duduk dengan tenang di sofa lobi perusahaan itu, sambil menunggu seseorang. Tidak lama kemudian, Nayla tersenyum simpul, ketika melihat sosok pria tinggi berpakaian rapi dengan setelan kantorannya tengah berjalan ke arahnya. Pria itu sangat tampan, tapi Riki jauh lebih tampan, menurut Nayla.
“Hai, Nay.” Pria berjas itu berseru ramah sesaat setelah dia berdiri di depan Nayla.
“Hai juga.” Nayla beranjak dari duduknya.
“Udah lama?” tanya pria itu berbasa basi.
“Nggak kok,” cetus Nayla lagi masih menatap pria itu.
“Maaf yah Nay….” Pria itu melangkah untuk meraih tas bekal yang ada di atas meja, “aku nggak bisa lama-lama disini… aku masih rapat soalnya.” Sambungnya lagi.
“Oh iya, nggak pa-pa.”
“Ya udah kalau gitu, aku naik dulu yah.”
Nayla mengangguk pelan, lalu pria itu pun berbalik dan melangkahkan kakinya menuju lift, sementara Nayla masih menatap punggung pria itu, dengan tatapan penuh rasa syukur, sudah mengenal pria itu.
Pria itu adalah Aldi, dia adalah sahabat Riki dan bekerja sebagai asisten pribadi Riki. Pria itulah yang selalu membantu Nayla untuk memberikan makanan yang dibuatnya untuk Riki.
Nayla tidak begitu mengenal pria itu, tapi entah kenapa dia merasa jika dia adalah pria yang baik dan dewasa. Hal itu bisa dirasakannya saat pertama kali mereka bertemu.
Pertemuan pertama mereka, yaitu ketika Nayla datang ke kantor Riki saat membawa makanan untuk pria itu.
Namun, karena dia tidak memiliki kenalan di kantor itu, jadi gadis itu selalu menitipkanya pada pegawai reseptionis. Tapi mereka dengan sikap angkuhnya selalu menolak dan mengusir Nayla.
Dengan perasaan marah dan kecewa, Nayla berjalan keluar kantor itu lalu tiba-tiba datanglah Aldi menghalanginya dan merebut tas bekal dari tangannya. Pria itu mengatakan jika dirinya yang akan memberikan makanan itu pada Riki, dan memastikan pria itu akan menghabiskan makanan yang selalu dia bawa. Nayla tersenyum sangat lebar saat itu, ternyata keberuntungan selalu berpihak padanya.
Setelah pertemuan itu, Nayla pun selalu menitipkan makanan itu pada Aldi. Dan selalu meminta Aldi untuk tidak memberi tahukan identitasnya pada Riki. Meskipun Aldi tidak tahu apa alasannya, namun pria itu mengiyakan keinginan Nayla.
Nayla masih menatap Aldi di depan lift yang sudah terbuka. Sebelum masuk ke dalam lift pria itu kembali berbalik kearah Nayla, dan tersenyum ramah, sebelum akhirnya pria itu menghilang dari balik pintu lift.
Setelah kepergian pria itu, Nayla pun segera keluar dari tempat itu menuju ke parkiran dimana si kuning berada, lalu si kuning pun meluncur meninggalkan area perusahaan itu.
Setelah menghabiskan beberapa waktu berkendara, kini si kuning pun berbelok dan terparkir di depan studio. Nayla pun langsung mengambil langkah cepat untuk masuk ke dalam studionya untuk segera berteduh, pasalnya cuaca di luar sangat panas.
“Jadi kurir lagi?"
Ejekan itu menghentikan langkah Nayla, menuju ruangannya. Dia menoleh ke sumber suara dengan tatapan sinis pada wanita berkacamata yang berdiri tidak jauh darinya. Wanita itu adalah Jojo sahabatnya dan juga asisten pribadinya.
Yah, Nayla sudah sering sekali mendengar kalimat tidak suka dari Jojo. Pasalnya gadis itu sudah sangat mengenal kebiasaan Nayla yang setiap jam istirahat selalu mengantar makanan pada Riki, dan sahabatnya itu tidak suka jika Nayla melakukan hal itu pada Riki.
Mereka sudah menjalin persahabatan sejak kuliah dulu dan gadis itu juga sudah tahu sedikit permasalahan yang terjadi diantara mereka, makanya gadis itu selalu melontarkan kalimat mengejek demi menujukkan ketidaksukaannya.
“Ongkirnya berapa?” olok Jojo lagi dengan senyuman miring.
Nayla merasa tidak senang dengan perkataan asistennya itu. Sejak awal Nayla hanya menganggap ucapan dari Jojo itu, hanya bercandaan biasa, tapi entah kenapa semakin kesini, Nayla semakin melihat ketidak sukaan Jojo pada Riki dan menurutnya, sahabatnya itu sudah terlalu ikut campur dengan urusannya dan Nayla tidak nyaman.
“Bukan urusan kamu,” ketus Nayla. “Habiskan kopi kamu, lalu kembali bekerja.”
Nayla langsung masuk ke dalam ruangannya meninggalkan Jojo yang hanya menatap penuh simpati sahabatnya itu.
Menurutnya, Nayla itu sangat bodoh bin bego, pasalnya dia sudah tahu jika Riki tidak akan pernah mau lagi berbaikan dengannya, tapi tetap saja Nayla selalu berbuat hal yang sangat merugikan tenaga dan waktunya.
Hanya karena alasan mereka itu saudara, jadi gadis itu tidak tega melihat Riki kelaparan. Karena Nayla sudah sangat mengenal saudara angkat angkuhnya itu yang sangat pemilih makanan, makanya Nayla melakukannya. Menurut Jojo pria itu sangatlah egois.
Meskipun Jojo tidak mengenal Riki, tapi dengan melihat perlakuan pria itu kepada sahabatnya, sudah bisa dia simpulkan, jika pria itu sangatlah arogan.
Jojo tahu kesalahan sejak awal ada pada Nayla, tapi tetap saja, sikap yang ditunjukkan pria itu sangat tidak etis dan selalu membuat Jojo geram. Apa mungkin mata hati pria itu sudah buta oleh kesombongannya hingga membuatnya tak bisa melihat kebaikan dan ketulusan yang selalu Nayla tunjukkan.
-tbc-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Regina H Tampi
sambung lagu👍👍👍
2020-12-17
0
Vanty Vebria
Aku udah nyambung Thor udah paham sama judulnya. Bakalan seru nih
2020-11-24
1