BAB 6

“Sejak kapan kamu mengenal Nayla?” Riki menatap datar kearah Aldi yang tengah menyetir.

“Sejak makanan sampah itu masuk ke dalam perut kamu.” Ketus Aldi.

“Aku sedang tidak ingin bercanda.” Geram Riki.

“Kamu fikir aku bercanda.” Aldi menoleh pada Riki, “Nayla gadis yang baik, tapi kenapa kamu bersikap sangat kasar padanya dan mengatainya munafik?”

Riki menyeringai, “itu karena dia memang munafik, tapi… sepertinya kamu sudah tertipu dengan wajah polos dia.”

“Faktanya, dia memang gadis yang polos dan juga tulus,” bantah Aldi.

Raut wajah Riki berubah kesal, “berhenti membela dia.”

“Aku tidak membela, aku hanya mengatakan yang sebenarnya… Nayla memang gadis yang baik, dia sangat tulus memberikan perhatiannya sama kamu dan selalu menghkawatirkan kamu.” Aldi menoleh lagi pada Riki, “tapi keangkuhan dan keegoisan kamu menolak itu semua dan mengatakan jika dia adalah gadis yang munafik… padahal yang munafik disini adalah kamu.”

Rahang Riki mengeras mendengar penuturan Aldi. Sepertinya racun Nayla sudah berhasil mencuci otak asistennya ini.

“Berhenti beranggapan, jika Nayla adalah gadis yang baik, seolah kamu sudah mengenal dia sejak lama…,” Riki berbicara dengan nada yang rendah tapi sarat akan kebencian dan kekecewaan.

Tentu saja pria itu sangat kecewa pada Nayla, setelah berbagai macam penderitaan yang dia lalui setelah berpisah dengan gadis itu, setelah dia berharap jika gadis itu akan kembali dan menemani setiap kesulitan yang dia alami. Tapi tetap saja, harapan Riki berakhir sia-sia dan dia menderita sendirian karena gadis itu tidak kunjung datang menemaninya.

Aldi menoleh menatap Riki yang terlihat sendu, “berhenti membenci dia…,” kata Aldi, “aku tidak tau apa yang sudah terjadi pada kalian berdua. Tapi yang aku tau, kamu dan dia saling membutuhkan… Nayla sudah banyak berkorban sebagai seorang saudara kepada saudaranya, lalu sampai kapan kamu tidak melihat pengorbanannya itu.”

Tangan Riki terkepal kuat mendengar penuturan Aldi lagi, dia tidak habis fikir kenapa asistennya ini sangat membela Nayla. Mungkin karena asistennya itu suka dengan Nayla.

“Kamu menyukainya?” rahang Riki mengeras.

“Huh?” Aldi menoleh bingung.

Riki menoleh menatap Aldi dengan wajah datarnya, “sejak tadi kamu terus membela dia, mengaagung-agungkan dia… apa kamu menyukainya?”

Aldi tersenyum tipis, “mungkin iya, mungkin juga tidak.”

Riki menyeringai kesal, “hentikan mobilnya.”

Aldi terkejut mendengar perintah Riki, “kita belum sampai Rik… Tangerang masih sangat jauh.”

“Ku bilang, hentikan mobilnya!” geram Riki lagi.

Akhirnya, dengan terpaksa Aldi menuruti keinginan bosnya itu, pria itu menepikan mobilnya dan berhenti.

“Turun!”

Mata Aldi membulat sempurna, “Rik… kita harus sampai ke tujuan bersama, kalau aku turun disini… aku naik apa ke Tangerang?”

“Terserah. Yang jelasnya, kamu harus sampai di lokasi tepat waktu,” ketus Riki, “sekarang kamu turun!”

Aldi menyeringai, “jangan bilang, kamu cemburu mendengar aku menyukai Nayla.”

Riki semakin kesal, “jangan bicara omong kosong… turun sekarang!”

Dengan kesal, akhirnya Aldi memilih mengalah dan turun. Jika tidak menuruti keinginan bosnya yang angkuh ini, alamat dia bisa kehilangan pekerjaannya alias dipecat.

Setelah Aldi turun dari mobil, Riki pun ikut turun lalu berpindah di jok kemudi. Setelah itu Rikipun melajukan mobilnya meninggalkan Aldi di pinggir jalan.

Aldi menghela nafas berat setelah kepergian Riki, nasibnya sangat buruk hari ini. Tapi setidaknya perasaannya sedikit lebih lega, karena sudah mengutarakan semua isi hatinya dan berhasil membuat Riki kesal. Pria itu berharap setelah ini, bosnya yang keras kepala itu bisa berubah sikap pada Nayla.

Aldi kemudian menghentikan taksi, pria itu akan kembali ke perusahaan untuk mengambil mobilnya, mumpung jaraknya dari kantornya masih belum terlalu jauh.

Jika dia tahu hal ini akan terjadi, dia tidak akan menuruti Riki dengan memakai mobil bosnya ke Tangerang, lebih baik jika tadi dia menggunakan mobilnya sendiri. Sungguh sial, apa dia tidak perlu menyusul bosnya, biarkan saja dia kewalahan di lokasi proyek.

^_^

Hampir dua jam Nayla berada di apartemen Riki untuk membersihkan seluruh ruangan yang ada di tempat itu. Meskipun tadi siang, Riki marah kepadanya karena kedoknya sudah ketahuan, tapi Nayla tetaplah Nayla, gadis yang selalu optimis dengan perjuangannya, dia sangat yakin jika suatu hari nanti pria itu akan baik lagi padanya.

Lagipula Riki tidak akan mengetahui orang yang selalu membersihkan apartemennya. karena yang Riki tahu, yang melakukannya adalah bi Iyem.

Nayla meraih tas kameranya yang berada di atas meja lalu berjalan keluar menghampiri pintu apartemen dan gadis itu melupakan tas bekal kuningnya yang berada di atas pantry. Namun belum sempat gadis itu sampai pada pintu apartemen, tiba-tiba saja langkahnya terhenti ketika ponselnya berdering.

“Halo, bun,” Seru Nayla, ketika mengangkat panggilan yang ternyata dari bundanya.

(…)

“Iya bun, ini Nayla baru mau pulang.”

(…)

“Siap bun.”

Sambungan telfon pun terputus. Nayla pun kembali melanjutkan langkahnya, namun tiba-tiba saja tubuhnya yang menegang saat mendengar samar-samar suara wanita mendesah ada di dalam apartemen itu dan suara itu perlahan-lahan semakin terdengar jelas.

Di detik berikutnya raut wajah Nayla berubah panik, matanya terbuka lebar dan mulutnya menganga, saat melihat adegan dewasa terpampang jelas di depannya. Wanita dan pria tengah bercumbu mesra dengan tubuh mereka yang saling menyatu. Nayla bisa mengenali wanita itu, wanita itu adalah pacar Riki, sementara pria itu. Pria itu bukan Riki melainkan pria lain. Astaga murahan sekali pacar Riki ini, bagaimana bisa dia berselingkuh dari Riki dan dengan kurang ajarnya, wanita itu bercumbu dengan pria lain di apartemen Riki. Sungguh murahan. Geram Nayla dalam hati.

Raut wajah Nayla semakin panik, begitu pula dengan gerakannya yang menjadi tidak jelas, ketika gadis itu semakin menyaksinya perbuatan dua manusia itu semakin jauh, sekarang mereka saling melepaskan pakaian masing-masing. Karena gerakan panik itu juga, jari Nayla tidak sengaja menekan kamera pada ponsenya dan memotret aksi kedua sejoli itu sebelum akhirnya Nayla meninggalkan mereka. Sementara dua manusia itu, tetap melakukan aksinya tanpa menyadari keberadaan Nayla yang melewati mereka.

BRAAAKKK

Nayla menutup pintu apartemen Riki dengan keras, karena gadis itu sudah sangat emosi. Dengan berkacak pinggang, gadis itu merutuki dirinya sendiri dengan apa yang baru saja terjadi. Astaga dia menonton perselingkuhan secara live. Sungguh miris hidup Riki, apartemennya dijadikan tempat berbuat hal yang tak senonoh oleh pacarnya sendiri.

Apa dia harus melaporkan hal ini pada Riki, agar dia bisa melihat perbuatan pacarnya itu. Tapi tunggu dulu, jika dia melaporkan masalah ini ada Riki, yang ada Riki semakin membencinya. Karena pasti pria itu bertanya padanya tentang darimana dan kenapa dia bisa mengetahui hal itu. Dan tidak mungkin juga Nayla mengatakan jika dia melihat langsung perselingkuhan mereka di dalam apartemennya. Itu sama saja dia akan membunuh dirinya sendiri, Riki kan tidak tahu jika dirinya yang selalu membersihkan apartemen pria itu.

Tapi tunggu, dia bisa mengatakan hal ini pada Aldi, biar Aldi yang memberitahukannya pada Riki. Setelah memikirkan hal itu, Nayla pun melangkahkan kakinya meninggalkan apartemen terkutuk Riki.

-tbc-

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!