Setelah masuk ke dalam lift yang menuju apartemennya dengan lemah Riki melihat jam tangan yang melingkar di tangannya dan terlihat waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Ternyata sudah sangat larut dan pria itu baru kembali dari Tangerang.
Raut wajahnya terlihat suram saat berjalan menghampiri pintu apartemennya dan setelah memasukkan nomor sandi apartemennya, Riki membuka pintu dengan pelan lalu masuk. Hari ini Riki benar-benar kewalahan di lokasi proyek, asisten kurang ajarnya itu tidak menyusulnya setelah dia menurunkan Aldi di pinggir jalan. Jika saja pria itu bukan sahabatnya, sudah dia pecat sejak dulu.
Seperti biasa, setiap pergi dan pulang bekerja tampilan di apartemennnya selalu berbeda. Jika saat dia pergi apartemennya berantakan dan ketika pulang apartemennya terlihat bersih dan rapi.
Sebelumnya pria itu tidak mempermasalahkan hal ini, tapi setelah pria itu menyadari jika yang melakukan semua ini adalah Nayla, membuatnya sangat marah. Dia tidak habis fikir dengan gadis itu, kenapa gadis itu sangat keras kepala. Padahal Riki sudah berbicara kasar kepadanya, tapi tetap saja Nayla masih melakukan hal yang sangat tidak disukainya. Riki tidak suka dengan sikap simpati dan perhatian yang ditunjukkan oleh gadis itu, karena Riki merasa jika Nayla tengah mengasihaninya dan dia sangat benci dikasihani.
Dalam keadaan kesal Riki menghempaskan dirinya di sofa ruang tamu, menyandarkan tubuhnya lalu memejamkan matanya hanya untuk mengistirahatkan tubuh dan otaknya yang sangat lelah. Entah apa yang membuatnya terlihat sangat lelah, apakah pekerjaannya ataukah beban hidup di masa lalunya yang terus dipikirkannya hingga sekarang.
Sejenak kenangan pahit di masa lalunya kembali terlintas dipikirannya, membuatnya merasa dirinya sangatla menyedihkan. Padahal orang-orang selalu menganggap dia adalah sosok yang sempurna dengan segudang prestasi, tapi menurut Riki, tampilan luar yang begitu membanggakan itu hanya formalitas semata, banyak yang memuja-muja dirinya sebagai pria yang hidup sebagai keturunan Permana. Namun bagi Riki, this is a very bad life.
Riki tidak pernah menikmati hidupnya sendiri, itulah mengapa pria berusia dua puluh lima tahun ini mengasingkan diri dan tinggal terpisah dari keluarganya, karena dia tidak ingin dekat dengan ayahnya yang sangat ambisius dan keras kepala itu.
DRRRTTTTT…
Suara getar dari saku jasnya, mengalihkannya dari pikiran masa lalunya yang menyedihkan. Riki lalu merogoh saku jas kerjanya yang tergeletak di sampingnya dan meraih ponselnya, terlihat dari layar depan, Aldi mengirim gambar padanya.
Riki meletakkan dengan kasar benda pipih itu di sampingnya, dia tidak ingin meladeni Aldi. Pria itu masih marah pada asistennya. Tapi, meskipun dia masih kesal dengan Aldi, tetap saja dia penasaran dengan gambar yang dikirik oleh Aldi, akhirnya dengan malas, tangannya pun terulur meraih ponselnya dan membuka pesan dari Aldi.
Dahi Riki berkerut heran setelah melihat gambar itu. Meskipun gambar itu terlihat sedikit buram dan tidak fokus, tapi dia masih bisa melihat dengan jelas, jika objek di dalam layar itu tengah berciuman.
Riki kembali melemparkan ponselnya, dia merasa menyesal setelah melihatnya. Apa maksud Aldi mengirimkan dia gambar seperti itu, sungguh tidak jelas.
DRRRTTTT…
DRRRTTTT…
Kali ini ponsel Riki berdering dan Riki sudah bisa menebak siapa yang sedang menelfonnya. Kembali Riki meraih ponselnya dan mengangkat panggilan dari Aldi.
“Ada apa?” tanya Riki dengan nada dinginnya.
“Kamu sudah melihat gambar yang ku kirim?” tanya Aldi di seberang.
“Tidak penting.”
“Sepertinya kamu tidak mengenali orang yang ada di gambar itu… makanya kamu mengatakan jika itu tidak penting.”
“Berhenti bercanda dan katakan yang sebenarnya.” Geram Riki.
“Itu adalah pacar model kamu.”
Riki berkerut heran, lalu kembali melihat gambar yang dikirim Aldi barusan. Riki melihat dengan seksama gambar yang sedikit buram itu dan ternyata itu benar Yura.
“Lalu kenapa?” tanya Riki acuh.
Sebenarnya Riki tidak perduli dengan pacarnya itu, mau dia selingkuh atau tidak, Riki tidak perduli. Karena yang Riki butuhkan hanya kesenangan dari wanita itu, setelah dia bosan dia akan meninggalkannya. Tapi untuk saat ini dia belum bisa melepaskan wanita itu, karena belum ada objek lain yang menarik perhatiannya. Brengsek memang, tapi itulah Riki.
“Kamu memang bodoh bin bego, Rik… aku tau kamu berpacaran dengan wanita itu bukan karena cinta, tapi karena sama-sama butuh kepuasan… tapi tetap saja kamu sangat bodoh… apa kamu tidak menyadari, jika background tempat mereka berbuat mesum itu terlihat tidak asing… dan backround di gambar itu adalah ruangan yang ada di apartemen kamu…,” Aldi terdengar tertawa mengejek, “selama ini pacar kamu berbuat enak-enak di rumah kamu sendiri.” Cercanya lalu memutuskan sambungan telefon.
Bola mata Riki membulat sempurna setelah mendengar pernyataan Aldi. Dengan kesal Riki langsung masuk ke dalam kamarnya. Sesaat Riki menatap setiap sudut kamarnya, seperti sedang menyelidik sesuatu. Saat dia masuk tadi, seluruh ruangan yang dia lalui terlihat bersih dan rapi, tapi kenapa kamarnya masih berantakan. Seprainya sangat acak-acakan.
Tapi tunggu, seprai yang terpasang saat ini tidak sama dengan seprai yang semalam. Itu artinya, pembantunya sudah mengganti dan merapikan tempat ini, tapi kenapa masih terlihat berantakan.
Berarti yang dikatakan Aldi benar, jika pacarnya melakukan tindakan tak senonoh di apartemennya dengan selingkuhannya. Raut wajah Riki berubah marah, bola matanya mengkilat serta rahangnya menegang. Sungguh kurang ajar, berani sekali mereka. Riki merasa terhina dengan perbuatan mereka.
Dengan kesal Riki melangkahkan kakinya hendak meninggalkan ruangan yang sangat menjijikkan itu, sepertinya setelah ini Riki harus mengganti seluruh perabotan yang ada di ruangan ini. Belum sempat Riki keluar dari tempat itu, dia kembali berhenti, tatkala dia merasa menginjak sesuatu yang kenyal. Riki kemudian mengangkat kakinya untuk melihat apa yang baru saja diinjaknya. Astaga itu alat pengaman. Bagaimana mungkin ini… astaga kemarahan Riki memuncak, otaknya seketika mendidih setelah melihat benda itu. Sepertinya Riki harus memberi pelajaran kepada mereka, ternyata mereka sangat ingin bermain-main dengannya. Baiklah, itu yang kalian inginkan, bukan. Pria itu menyeringai sebelum akhirnya meninggalkan kamarnya.
-tbc-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Vanty Vebria
Aku dibuatnya nangis beneran lho ini. Kasian Ka Silfa, Ka Romi dan anaknya
2020-11-24
0