BAB 4

Setelah memarkirkan mobilnya di halaman depan rumah orang tuanya, Riki pun keluar dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah mewah milik orang tuanya.

Ini adalah pertama kalinya pria itu datang berkunjung pagi-pagi ke rumah orang tuanya, setelah dia memilih tinggal sendiri di sebuah apartemen mewah.

Pria berjas itu sangat jarang datang ke rumahnya sendiri kecuali ada kepentingan dan kepentingan itu tak lain dan tak bukan hanya berkaitan dengan pekerjaan saja, bisnis dan bisnis, perusahaan dan perusahaan.

Hanya itu yang selalu menjadi topik pembahasannya bersama sang ayah, jika tidak berkaitan dengan itu, dia tidak akan datang.

Biasanya Riki datang berkunjung di waktu sore ataupun malam hari, karena hanya waktu itu sang ayah ada di rumah, tapi hari ini berbeda dia datang pagi hari ketika sang ayah belum berangkat bekerja.

Ketika masuk ke dalam rumah pria jangkung itu selalu melangkahkan kakinya melewati ruang demi ruang di rumah itu hingga tiba di ruang kerja sang ayah, karena memang tujuannya datang berkunjung hanya untuk bertemu dengan ayahnya.

Namun pagi ini juga berbeda, pria berwajah teduh itu terlihat menghentikan langkahnya tepat di ruang keluarga ketika sang berpapasan dengan sang bunda.

“Iki…” seru bunda, “kamu tumben, pagi-pagi kesini… mau ketemu ayah?”

“Iya bun.”

Bunda berkerut heran, “tumben ketemunya pagi-pagi. Biasanya sore atau malam?”

“Waktu aku hanya pagi ini, bun… setelah ini aku harus keluar kota.”

“Oh gitu… ya udah ketemunya setelah sarapan aja,” bunda langsung menarik lengan Riki menuju ruang makan, “kamu kan jarang banget datang pagi-pagi, jadi bunda tidak ingin melewatkan sarapan bersama anak kesayangan bunda… kapan lagi kamu ada waktu senggang berkunjung ke rumah pagi-pagi.”

Riki tersenyum mendengar ocehan sang bunda, jujur dia sangat merindukan momen kebersamaan seperti ini bersama bundanya. Bundanya sangat cerewet dan selalu menyeretnya ke ruang makan ketika pagi hari dan memaksanya untuk makan, karena sang bunda sangat tahu kebiasaannya yang sangat susah untuk makan.

Namun setelah kuliahnya selesai, pria itu harus mengambil alih perusahaan ayahnya yang lain.

Sebenarnya Riki sangat menolak hal itu, karena dia ingin melakukan sesuatu hal yang dia inginkan, namun pria ini tak berdaya untuk menolak segala keinginan sang ayah, akhirnya diapun menerimanya tapi dengan syarat dia akan tinggal terpisah dari mereka.

Itulah kemudian, mengapa dia tinggal di sebuah apartemen seorang diri dan itu sejak dia kuliah.

“Yang lain kemana bun?” Riki mengambil duduk di kursi ruang makan.

“Rina udah berangkat ke sekolah, diantar sama pak Yusman. Rika juga sudah berangkat ke kampus, katanya dia ada bimbingan pagi-pagi. Ayah masih di kamar, terus Nayla…” bunda nampak berfikir, “bunda nggak tau, apa anak itu sudah pergi atau belum, yah?”

“Selamat pagi, bun…” Nayla bergabung di ruang makan dengan semangat yang membara, namun ketika gadis itu melihat Riki ada disana tiba-tiba saja dia menjadi seekor kucing yang pemalu.

“Pagi sayang… bunda fikir kamu sudah berangkat…”

“Belum bun, ini aku baru mau berangkat,” Nayla menoleh lagi kearah Riki dan pria itu nampak sedang menyendok nasi goreng ke piringnya. Gadis itu sangat paham jika pria itu sedang menghindarinya.

“Aku ke dapur dulu, bun.” Pamitnya.

“Iya sayang.”

Nayla pun meninggalkan ibu dan anak itu di ruang makan menuju ke dapur untuk mengambil bekal yang sudah disiapkannya di pagi-pagi buta tadi.

“Rik, kamu nggak kekurangan apa-apa kan, di apartemen?” bunda menyuap nasi goreng ke dalam mulutnya.

“Nggak kok bun, semuanya lengkap… karena bi Iyem selalu ke apartemen untuk membersihkan dan melengkapi semua kebutuhan aku.” Riki juga menyuap nasi goreng ke dalam mulutnya.

Bunda berkerut heran dengan penuturan Riki, “bi Iyem?”

“He’em.” Riki hanya berdehem sambil mengangguk, karena di dalam mulutnya masih ada nasi goreng.

“Apa bi Iyem masih sering ke apartemen kamu?” bunda bertanya lagi.

Riki meneguk air, “iya bun… kan bunda yang suruh,” jelas Riki.

“Bunda hanya menyuruhnya seka...

“Aku berangkat, ya bun.”

Ucapan Nayla yang datang dari arah dapur secara tiba-tiba itu pun memutus ucapan sang bunda.

“Kamu nggak sarapan dulu sayang?”

“Nggak usah bun…” Nayla meraih tangan sang bunda lalu mencium punggung tangannya, “aku sarapannya di studio aja,” sambungnya lagi.

“Oh ya sudah, kamu hati-hati di jalan yah.”

“Iya bun.”

“Bekalnya sudah siap?” tanya bunda lagi.

“Sudah dong bun.” Nayla mengangkat tas bekal kuning pikachunya ke udara.

“Aku berangkat… assalamu’alaikum.” Nayla pun meninggalkan ruangan itu secepat kilat, karena jujur dia sudah sangat khawatir dengan Riki yang terus menerus menatapnya.

Riki yang sejak tadi berperan sebagai penonton dan pendengar, memang terus menatap kearah Nayla. Namun fokusnya bukan pada gadis itu, melainkan pada tas bekal yang diperlihatkannya tadi pada bundanya.

Benda itu terlihat tidak asing, karena setiap hari dia selalu melihat benda itu di ruang kerjanya. Tiba-tiba saja pikirannya mengarah pada makanan yang selalu disiapkan asistennya setiap hari juga.

Apakah dari gadis itu Aldi mendapatkan makanan, tapi rasanya tidak mungkin, pasalnya Nayla dan Aldi sama sekali tidak saling kenal.

“Apa Nayla selalu membawa bekal ke studionya?” Riki bertanya demi menghilangkan pikiran konyolnya.

“Iya sayang… dia nggak bisa nunggu bibi di studionya, katanya masaknya kelamaan.”

Riki manggut-manggut paham, ternyata pikirannya salah. Mana mungkin gadis itu berani mendekatinya lagi, bukankah mereka sudah membuat kesepakatan dan Nayla yang sangat menyetujui kesepakatan itu. Tapi masih ada yang mengganjal pikirannya.

“Apa bunda…” wajah Riki tampak ragu, “suka sama pokemon?”

UHUUK…

Bunda yang tengah makan langsung tersedak nasi goreng setelah mendengar ucapan Riki. Wanita setengah baya itu langsung meraih gelas yang berisi air putih di depannya, sementara Riki yang terlihat panik langsung berlari kearah bundanya lalu menepuk pelan punggung sang bunda.

“Pertanyaan macam apa itu, Ki?… uhuk… uhuk…

“Maaf bun, habisnya aku penasaran…” wajah Riki tampak ragu.

“Penasaran tentang apa? Pokemon?... kenapa kamu bertanya tentang hal yang tidak penting itu…

“Itu karena… tas bekal yang dibawa Nayla…

“Itu milik Nayla, bukan punya bunda,” kata bunda, “sudah, kamu kembali ke tempat duduk kamu.” Riki lalu kembali ke tempat duduknya.

“Jadi itu bukan punya bunda?” Riki memastikan sekali lagi.

“Bukan Ki. Itu punya Nayla… kamu tau sendiri, anak itu penyuka benda-benda yang berwarna kuning… lagipula bunda sudah sangat tua untuk menyukai hal-hal seperti itu.”

Riki tersenyum membenarkan ucapan bundanya, padahal dia juga tahu sendiri, jika wanita itu penyuka warna kuning, tapi masih saja bertanya pada bundanya. Sangat konyol memang pertanyaannya itu.

Riki kembali menyuap nasi goreng untuk kedua kalinya ke dalam mulutnya dan mengunyahnya dengan pelan. Setiap inci dari indra pengecapnya menyelidiki setiap rasa dari nasi goreng tersebut, dia merasa aneh dengan rasa dari masakan ini, kenapa rasanya sangat hambar dan juga tidak menggugah seleranya, dia baru menyadarinya.

Rasanya sangat tidak sama dengan yang biasanya dia makan di apartemennya. Jika memang, masakan yang selalu terhidang di apartemennya adalah masakan dari pembantunya, pasti rasanya akan sama. Selalu membuatnya lahap, tapi makanan ini sangat berbeda dan satu hal lagi yang baru saja pria itu sadari, jika makanan yang selalu disiapkan Aldi dan makanan di apartemennya memiliki rasa yang sama.

Itu berarti, yang membuat makanan itu adalah orang yang sama, tapi kenapa orang itu juga memasak di apartemennya? Apakah Aldi yang menyuruhnya? Tapi kenapa Aldi melakukan sesuatu tanpa perintah dari Riki. Jika itu benar, berani sekali asistennya itu menyuruh orang asing masuk ke dalam apartemennya.

“Bun…” seru Riki lagi dan dijawab deheman singkat oleh sang bunda.

“Nasi goreng ini, siapa yang buat?” tanyanya lagi.

Raut wajah wanita itu terlihat heran dengan setiap pertanyaan dari Riki, “bi Iyem yang buat. Siapa lagi kalau bukan dia, kamu sendirikan sudah tahu siapa yang bertugas untuk menyiapkan makanan dirumah ini…”

“Apa bi Iyem, masih sering ke apartemen aku?” tanya Riki lagi.

“Bunda juga nggak tau… bunda kan nggak di rumah sepanjang hari.” Bunda menatap Riki dengan heran, “memangnya kenapa?” tanya bunda lagi.

“Nggak kenapa-napa kok bun.” Singkat Riki.

“Biar lebih jelas, kamu tanya saja pada orangnya langsung.” Cetus bunda lagi, saat melihat bi Iyem keluar dari dapur.

“Bi, Riki mau tanya sesuatu.”

“Tanya apa, den?” bi Iyem berdiri di samping Riki.

“Riki penasaran bi. Apa bibi masih sering ke apartemennya?” bunda yang bertanya, karena Riki hanya bergeming. Pria itu masih bergelut dengan pikirannya sendiri, dia jadi penasaran dengan orang yang memberi Aldi makanan dan dia mencurigai satu orang.

“Nggak pernah den. Bibi ngga pernah ke apartemen aden.” Jelas Iyem, membuat dahi Riki semakin berkerut heran.

“Bukannya bibi pernah kesana yah, waktu aku minta bibi untuk mengecek kondisi apartemen Riki,” kali ini bunda juga ikut heran.

“Ah, waktu itu bukan bibi yang pergi, Nyah… tapi non Nayla.” Jelas Iyem.

Bunda hanya manggut-manggut paham, dia merasa lega karena yang melakukan hal itu adalah Nayla. Sementara Riki malah sebaliknya. Setelah mendengar pernyataan bi Iyem, perasaan marah menyelimuti hatinya terhadap gadis itu.

Raut wajah Riki berubah kesal, bisa-bisanya dia dibodohi lagi oleh gadis itu, setelah sekian tahun dia baru menyadarinya sekarang. Dia merasa sangat di permainkan oleh Nayla dan dia juga sangat muak dengan sikap sok baik gadis yang terlihat polos itu.

Karena suasana hatinya sudah memburuk akhirnya pria itu bangkit dari duduknya hendak pergi bertemu sang ayah. Dia ingin segera menyelesaikan urusannya lalu pergi dari rumah itu.

“Mau kemana, Rik?” tanya bunda ketika melihat Riki berdiri dari duduknya.

“Mau ketemu Ayah.” Riki meninggalkan ruang makan.

“Tapi, sarapan kamu masih banyak, Ki… dihabisin dulu…” ucap bunda setengah berteriak tapi tak ada tanggapan dari Riki, karena pria itu sudah menghilang dari ruang makan itu.

-tbc-

Terpopuler

Comments

hanie tsamara

hanie tsamara

huuuhhhh...
bener2 arogan babang riki🙄

2023-03-22

0

Qinoy Luchu

Qinoy Luchu

cieee....arman kesengsem dian..doni kyknya jd deh ma mitha y thor

2020-10-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!