Hari ini mereka akan kembali seharusnya masih ada satu hari lagi, tapi mendadak Daffa ada urusan penting di kantor yang tidak bisa di gantikan oleh kakak iparnya. Selain itu Sahara juga sudah mulai merengek meminta kedua orang tuanya yang sedang berbulan madu itu agar segera pulang dan saat di beri tau anak itu langsung meloncat karena senang.
Mereka menaiki pesawat saat sore hari dan sekarang keduanya sedang bersiap untuk berangkat menuju bandara. Sebenarnya Fahisa agak malas, tidak bukan karena dia ingin disini lebih lama melainkan karena dia sangat malas bergerak karena nyeri di bagian sana.
Tapi, mau bagaimana lagi suaminya tidak bisa meninggalkan pekerjaannya.
"Sudah siap?" Tanya Daffa yang di angguki oleh Fahisa
Di rangkulnya Fahisa dan diusap rambut hitam itu dengan lembut jujur saja Daffa masih belum mau pulang dia suka disini karena istrinya itu tidak terlalu pemalu berbeda sekali kalau di rumah. Mungkin karena di rumah ada Sahara juga beberapa pekerja rumah tangga kalau disini hanya berdua jadi Fahisa tidak terlalu malu dan canggung.
"Maaf ya aku malas sebenarnya, tapi ini masalah penting yang gak bisa di tangani sama Kak Farhan." Kata Daffa
"Hmm gk papa"
Memeluk pinggang suaminya Fahisa terlihat begitu manja dia malu sebenarnya bersikap seperti itu, tapi sumpah Fahisa benar-benar malas untuk bergerak tubuhnya masih sakit apalagi dibagian sana. Mereka berjalan keluar dan menaiki taxi menuju bandara selama perjalanan Fahisa terus menempel kepada Daffa membuat pria itu tersenyum penuh arti karena secara perlahan Fahisa sudah mulai terbiasa dengan kebersamaan mereka.
"Kamu bisa beristirahat di rumah nanti aku akan bilang Sahara supaya jangan ganggu kamu dulu." Kata Daffa sambil mengusap rambut hitam Fahisa dengan lembut
"Hmm"
Fahisa hanya menanggapinya dengan gumaman dan sisa perjalanan mereka dihabiskan dengan keheningan.
¤¤¤¤
Saat ini Sahara sangat bersemangat senyumnya mengembang dengan sangat lebar karena sebentar lagi dia akan bertemu dengan kedua orang tuanya. Sejak siang Sahara sangat tidak sabaran dia bahkan tidak mau pergi untuk tidur siang dan terus bertanya kepada Tania kapan mereka akan pergi ke bandara.
"Oma ayoo Omaa cepetann"
Menarik tangan Tania anak itu ingin segera pergi menjemput kedua orang tuanya dia sangat rindu apalagi dengan Fahisa rasanya seperti sudah di tinggal berminggu-minggu saja padahal baru tiga hari. Melihat kelakuan cucunya Tania menghela nafasnya pelan, tapi tak urung wanita paruh baya itu juga bergegas supaya Sahara berhenti merengek.
"Oma sudah belum? Kenapa Oma lama sekali? Nanti Mommy sama Daddy menunggu lama"
Astaga anak itu bahkan kedua orang tuanya baru menaiki pesawat mungkin mereka yang akan menunggu lama nanti, tapi tidak papa supaya anak itu berhenti bicara mereka akan berangkat sekarang saja lagi pula bandara cukup jauh dari sini.
"Iya cucu kesayangan Oma ini sudah siap, ayo kita berangkat." Kata Tania sambil menggandeng tangan Sahara
Sahara tersenyum lebar, "Yeee Mommy pulanggg"
Selama perjalanan menuju bandara senyum Sahara sama sekali tidak luntur membuat Tania ikut terlihat senang. Rasanya Tania seperti melihat awal kehidupan yang baru untuk Sahara dan juga Daffa kehidupan mereka yang sebelumnya nampak sepi perlahan kini mulai terisi dengan kehadiran Fahisa.
Sahara yang memang ceria dan manja kini berubah menjadi anak yang lebih ceria lagi bahkan senyum juga binar matanya berubah ada kebahagiaan besar yang terpancar disana.
Daffa yang sebelumnya lebih banyak diam sekarang telah kembali menjadi anaknya yang jahil dan nakal dia juga sudah mulai banyak tersenyum sekarang.
Semuanya mulai berubah dengan kehadiran Fahisa anak yang masih cukup muda itu telah membawa perubahan besar di kehidupan anak dan juga cucunya.
"Ara, kenapa Ara bisa memanggil Mommy Hisa dengan sebutan Mommy?" Tanya Tania penasaran
Sahara menoleh dan menatap Tania dengan senyuman lebarnya. Dia suka bercerita tentang dirinya dan juga Mommy nya.
"Waktu itu teman Ara pernah bilang kalau Ara gak punya Mommy terus sama Mommy di marahin dan Mommy juga peluk Ara waktu Ara nangis waktu itu,"
Tania mendengarkan dengan seksama, hatinya bergetar ketika mendengarnya.
"Terus Ara juga pernah jatuh dari perosotan di obatin sama Mommy udah itu Mommy gak pernah jahat kalau Ara nakal Ara gak pernah di marahin cuman di kasih tau aja kalau sama guru lain Ara kena marah,"
"Mommy juga sering nungguin Ara kalau Daddy belum jemput terus kita ngobrol sambil main sambil ketawa-ketawa, makanya Ara mau Mommy Hisa jadi Mommy nya Ara." Kata Sahara sambil tersenyum
Tania sangat senang mendengarnya ternyata menantunya itu memang sangat perhatian dengan sahara sejak dulu dan hal itu semakin menguatkan keyakinannya bahwa Fahisa akan benar-benar membuat anak juga cucunya bahagia.
Meskipun Fahisa memang masih sangat muda, tapi dia sangat perhatian dengan anak kecil fikirannya juga sangat dewasa meskipun masih sangat pemalu.
"Oma"
"Kenapa sayangnya Oma?" Tanya Tania
"Nanti adik untuk Ara sudah ada apa belum?"
Sahara bertanya dengan wajah polosnya.
¤¤¤¤
Saat melihat kedua orang yang sangat di tunggunya itu sudah mulai terlihat Sahara langsung berdiri dia melambaikan tangannya dan berteriak memanggil membuat beberapa orang melihat ke arahnya. Melihat Sahara yang sedang melambaikan tangannya Fahisa ikut melambaikan tangan dengan senyuman lebarnya sedangkan Daffa hanya tersenyum melihatnya.
"Mommyyy"
Membawa Sahara kedalam pelukannya Fahisa mencium pipi anak itu berkali-kali menyalurkan kerinduannya dan Sahara yang juga sama rindunya memeluk leher Fahisa dengan begitu erat. Memang hanya tiga hari, tapi Sahara sudah sangat rindu dia memang sudah sedekat itu dengan Fahisa.
"Ara kangen banget sama Mommy." Kata Sahara dengan bibir mengerucut
Saat tengah asik memeluk Fahisa tiba-tiba Daffa mengambil alih Sahara membawanya ke dalam gendongannya. Hey, dia juga merindukan anaknya yang cerewet ini tau.
"Daddy bawa kabur Mommy nya Ara." Kata Sahara sambil mencubit pipi Daffa dengan kuat hingga pria itu meringis
"Jangan gitu Ara." Kata Fahisa sambil menarik tangan Sahara yang mencubiti pipi Daffa
Akhirnya Sahara melepaskan cubitannya dan setelah itu mereka segera pulang ke rumah dengan Sahara yang tetap berada di gendongannya. Selama berada di gendongannya Sahara menciumi pipi Daffa berkali-kali dia juga merindukan Daddy nya yang nakal ini.
Di belakangnya ada Tania dan Fahisa yang berjalan berdampingan sesekali Tania bertanya kepada menantunya tentang keadaan mereka selama di Bali.
"Semuanya baik kok Mi kami pergi ke banyak tempat Mas Daffa juga gak pernah ajak aku keluar sampai malam banget." Kata Fahisa jujur
"Iyalah kan malemnya dia mau main sama kamu." Goda Tania membuat menantunya itu merasa malu
"Mamii mah jangan bilang gitu." Cicit Fahisa yang sekarang wajahnya sudah mulai merona
Tertawa kecil Tania membawa menantunya itu kedalam rangkulannya lalu mulai membisikkan sesuatu yang membuat Fahisa semakin malu.
"Bagaimana proses pembuatan cucu untuk Mami?"
Ibu dan anak memang sama ya, sama-sama suka melihat Fahisa merona karena malu.
¤¤¤¤
Saat malam datang keluarga kecil ini baru kembali ke rumah mereka setelah beberapa jam menghabiskan waktu bersama Tania di rumahnya. Selama perjalanan Sahara terus bercerita tentang banyak hal mengenai kegiatannya selama kedua orang itu tidak ada.
Sebenarnya Fahisa sudah sangat mengantuk, tapi dia tetap berusaha mendengarkan cerita anaknya sambil sesekali menanggapinya. Sedangkan itu Daffa yang melihat mereka berdua menghela nafasnya pelan dia tau jika istrinya sudah sangat mengantuk, tapi anaknya itu terus berbicara seakan tidak lelah.
"Ara jalan-jalan sama Oma kita main timezone, tapi Oma gak mau ikut main cuman nemenin Ara aja nanti kita juga harus main ya Mommy." Kata Sahara sambil menatap Fahisa dengan senyuman manisnya
Fahisa mengangguk dan mencium pipi Sahara, "Tentu saja sayang kita akan main sampai puas nanti"
Bersorak senang Sahara yang berada di pangkuan Fahisa memeluknya erat dan mulai berhenti bicara, mungkin anak itu mengerti jika Fahisa sudah sangat lelah.
"Mommy mengantuk ya? Mommy tidur saja nanti biar Daddy yang gendong biasanya kalau Ara ketiduran Daddy yang gendong." Kata Sahara dengan begitu polosnya
Daffa tertawa kecil mendengarnya anak itu enteng sekali mengatakannya dia tidak sadar jika Fahisa jadi salah tingkah sekarang dan melihat itu Daffa jadi berniat menjahilinya.
"Tentu saja Daddy akan gendong Mommy kalau Mommy tertidur." Kata Daffa membuat Fahisa semakin salah tingkah
Setelah itu perjalanan mereka hening dengan Sahara yang sekarang berada di pangkuan Daffa karena Fahisa sudah tertidur sekarang. Terlihat sangat pulas dengan kepala bersender kepada bahu Daffa diperhatikan wajah tertidur Fahisa oleh Sahara.
"Daddy pasti Mommy lelah sekali ya?" Kata Sahara sambil menyentuh pipi Fahisa
Daffa tersenyum tipis, "Iya sayang Mommy tidur sangat malam kemarin"
"Mommy cantik ya Daddy?" Kata Sahara lagi
"Hmm cantik seperti Ara." Kata Daffa sambil mengacak rambut anaknya dengan gemas
Beberapa menit kemudian mereka sampai dan seperti perkataannya tadi Daffa menggendong tubuh Fahisa membawanya ke kamar. Setelah menidurkan Fahisa dan menyelimutinya Daffa pergi ke kamar Sahara untuk menemani anaknya itu sampai tertidur.
"Tuan putri Daddy mau di bacaiin cerita?" Tanya Daffa yang sekarang berdiri depan pintu kamar Sahara
Sahara menggelengkan kepalanya pelan, "Gak mau, Ara mau tidur sambil di peluk Daddy aja"
Tersenyum Daffa menghampiri anaknya menidurkan dirinya di sebelah Sahara dan membawa anaknya itu kedalam pelukannya. Mengeratkan pelukannya Sahara mulai memajamkan matanya saat Daddy nya itu mengusap rambutnya dengan lembut.
Tapi, sebelum tertidur Sahara menanyakan hal yang tadi belum sempat di jawab oleh Tania.
Mendongak Sahara menatap wajah Daffa dengan begitu polosnya lalu bertanya.
"Daddy adik untuk Ara kapan adanya?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
Ara lucu deh
2021-05-25
0
Adinda Ambarsari
Farhan itu bukan papanya gibran Sama Gina yaa ? ceritanya agak nyambung2 ke judul obsession Sama Dalam dekapannya yaah kayanyaa , hehehe
2021-02-12
0
Ibu'e Gendis
Makanya ara jangan ganggu mommy terus ya... Biar daddy konsentrasi bkin dede'y
2020-05-04
1