Waktu menunjukkan pukul sebelas malam ketika Fahisa tiba-tiba terbangun karena ingin buang air dan setelah melepas pelukan suaminya pelan-pelan dia langsung berlari kecil menuju kamar mandi. Merasa lega Fahisa kembali membaringkan dirinya di ranjang dan mulai memejamkan matanya, tapi baru beberapa detik matanya terpejam sebuah tangan yang melingkar di pinggangnya membuat Fahisa kembali membuka matanya.
Menghela nafasnya pelan Fahisa berusaha untuk kembali tidur dan mengabaikan suaminya yang sekarang sudah mulai memainkan hidung di lehernya.
Kenapa dia harus bangun sih?
"Mmhh"
Menggigit bibirnya pelan Fahisa berusaha keras untuk menahan suaranya ketika suaminya itu sudah mulai membuat tanda merah di lehernya, lagi padahal yang tadi saja masih belum hilang.
"Mas mau tidur." Kata Fahisa dengan susah payah
Sayangnya Daffa tidak perduli dan masih terus melanjutkan aksinya bahkan sekarang sudah berpindah tempat ke punggung mulusnya. Saat akan protes Fahisa sudah di buat kaget lebih dulu ketika Daffa membalikkan tubuhnya hingga mereka saling berhadapan.
Tangannya terulur mengusap pipi lembut Fahisa membuat wanita itu menatap suaminya sambil tersenyum manis. Perlahan tangan itu turun ke leher jenjangnya bersamaan dengan di dekatkannya wajah Daffa dan tidak lama setelahnya Fahisa merasakan bibirnya tersentuh dengan bibir milik suaminya.
Bibir keduanya bergerak secara pelan dan lembut hingga tanpa disadari tangan Fahisa terulur meraih tengkuk Daffa menariknya agar semakin dekat. Merasa kehabisan nafas Fahisa memukul dada bidang Daffa berkali-kali sampai suaminya itu menjauhkan dirinya.
Nafasnya terengah di sembunyikan wajahnya di dada bidang Daffa sambil berusaha menetralkan deru nafasnya yang tidak beraturan.
"Fahisa"
Suara Daffa yang mendadak berubah menjadi serak membuat Fahisa merinding seketika apalagi ketika dia mendongak dan menatap manik mata suaminya. Mata hitam itu seolah ingin menyampaikan keinginannya yang tidak bisa di sampaikan.
"Mas Daffa aku....."
Perkataan Fahisa terhenti seketika karena Daffa yang membawa tubuh Fahisa ke atasnya. Wajahnya memerah dengan sempurna, tapi untungnya lampu yang dimatikan membuatnya tidak terlalu terlihat.
"Fahisa"
Suara serak itu terdengar sekali lagi dan Fahisa benar-benar merasakan jantungnya berdetak dengan tidak karuan apalagi dengan posisi yang seperti ini, rasanya mau pingsan.
Fahisa menahan nafasnya saat tangan Daffa menyusup masuk kedalam bajunya dan membelai punggung mulus itu dengan perlahan.
"Kamu cantik Fahisa"
Menggigit bibir bawahnya pelan Fahisa memiringkan wajahnya mengalihkan pandangannya karena jantungnya benar-benar seperti akan meledak.
Tangan Daffa kini membawa wajah Fahisa untuk menatap ke arahnya membuat wanita itu merasa semakin ingin pingsan apalagi ketika tangan itu mulai mengusap pipinya. Tatapan Daffa di penuhi gairah yang sangat mendalam dan Fahisa sadar itu, tapi dia tidak sanggup dengan semua perlakuan suaminya.
"Rileks Fahisa jangan takut aku tidak akan menyakiti kamu." Kata Daffa saat melihat binar mata penuh keraguan istrinya
Tangannya mulai menyentuh bagian wajah Fahisa yang lain membuat wanita itu merasa semakin gila karena perbuatannya.
"Kiss me"
Saat Daffa mulai menyatakan permintaannya Fahisa hanya diam sambil menatap suaminya. Tadinya dia ingin menolak, tap bagian lain dari dirinya mendorong Fahisa untuk mendekatkan wajah kepada Daffa dan mencium pria itu dengan lembut.
Memejamkan matanya Daffa menikmati ciuman Fahisa yang sangat lembut dan setelah cukup lama Daffa membalikkan posisi mereka membiarkan Fahisa berada di bawahnya.
Merasa kehabisan nafas Daffa melepaskan ciumannya dan menatap istrinya yang sekarang sedang menetralkan deru nafasnya karena merasa terengah.
Di dekatkan wajahnya ke arah telinga Fahisa dan mulai membisikkan sesuatu yang membuat jantung Fahisa berdetak tidak karuan apalagi ketika Daffa menggigit telinganya pelan, jantungnya semakin menggila.
"Ayo kita mulai Fahisa"
"Mulai apa?" Tanya Fahisa pelan
"Membuat adik untuk Sahara"
Belum sempat membalas perkataan itu Daffa kembali membungkamnya dengan ciuman dan mulai menyentuh tubuh Fahisa.
Malam yang panjang dimulai.
Mereka saling memanggil nama masing-masing di tengah keheningan malam.
¤¤¤¤
Matahari sudah bersinar sangat terang, tapi sama sekali tidak mengusik tidur Fahisa bahkan ketika suaminya itu mengusap pipinya dia sama sekali tidak terusik. Terlalu lelah, Fahisa rasanya kehilangan seluruh kekuatannya karena kegiatan mereka tadi malam Daffa hampir tidak membiarkannya beristirahat.
Sampai akhirnya ketika sudah lewat tengah malam Daffa baru membiarkannya untuk istrihat dan tidak perlu menunggu waktu lama Fahisa langsung terlelap. Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul sembilan, tapi Fahisa masih merasa nyaman dengan tidurnya dia terlihat begitu pulas.
"Pasti lelah sekali." Kata Daffa sambil mengusap pipinya lembut
Tersenyum lebar diciumnya kening Fahisa cukup lama sebelum akhirnya Daffa beranjak dari tempat tidur untuk membersihkan diri dan membiarkan Fahisa lebih lama dengan alam mimpinya. Cukup lama Daffa di kamar mandi dan ketika dia sudah kembali Fahisa masih tertidur juga membuatnya tertawa kecil, dia memang lelah sekali ternyata.
Manghampiri istrinya Daffa mencoba untuk membangunkan Fahisa karena mereka harus sarapan hari sudah semakin siang dan perut mereka masih kosong.
"Fahisa"
Bergumam pelan Fahisa malah semakin merapatkan selimutnya dan enggan untuk beranjak. Namun, panggilan Daffa bersamaan dengan usapan di pipinya membuat Fahisa mulai membuka matanya.
Mata mereka bertemu Daffa tersenyum manis dengan tangan yang masih mengusap pipi Fahisa. Sedangkan Fahisa yang sudah mulai kembali ke dunia nyata itu merasa malu seketika saat mengingat kejadian semalam.
Saat ingin bicara tenggorokannya terasa sedikit sakit dan Daffa menyadari hal itu.
"Haus?"
Mengangguk malu Daffa mengambilkan minum untuknya dan memberikannya kepada Fahisa. Di tenggaknya air putih itu sampai habis membuat Daffa terkekeh pelan melihatnya.
"Haus sekali ya?" Tanya Daffa
"Hmm"
Fahisa hanya menjawabnya dengan gumaman pelan dia tidak berani mendongak wajahnya sudah mulai memanas sekarang.
"Kamu nyenyak sekali maaf ya karena bangunin, tapi ini sudah mau siang kita harus sarapan." Kata Daffa
Di angkatnya wajah Fahisa yang tertunduk agar melihat ke arahnya dan saat melihat wajah memerah istrinya Daffa tertawa membuat istrinya itu memasang wajah cemberut.
"Jangan ketawa." Kata Fahisa
Fahisa tidak tau dari mana keberaniannya datang, tapi tanpa dia sadari di peluknya tubuh Daffa dan Fahisa menyembunyikan wajah di leher suaminya.
Daffa sedikit kaget karena perlakuan tiba-tiba itu, tapi setelahnya dia tertawa pelan dan membalas pelukan Fahisa sambil sesekali mengusap lembut rambut hitam istrinya.
"Mau melanjutkan yang tadi malam atau mau mandi?" Goda Daffa membuat Fahisa langsung melepaskan pelukannya
"Mandi"
Saat akan turun untuk pergi ke kamar mandi Fahisa tiba-tiba meringis sakit karena merasa nyeri dan hal itu membuat Daffa merasa khawatir.
"Kenapa? Apa masih sakit?" Tanya Daffa
Fahisa menggelengkan kepalanya pelan, "Gak papa, cuman agak nyeri aja"
Tadinya dia akan berjalan ke kamar mandi, tapi Daffa bergerak dengan cepat menggendong tubuh Fahisa membuat wanita itu terkejut dan malu secara bersamaan.
"Aku bisa sendiri." Cicit Fahisa yang sayangnya tidak di dengarkan oleh suaminya
Menurunkan Fahisa di dalam kamar mandi Daffa mencium keningnya sekilas lalu mengusap pipi itu lembut.
"Kalau butuh bantuan panggil aku." Kata Daffa yang hanya di angguki oleh Fahisa
Setelahnya Daffa pergi ke luar untuk menyiapkan sarapan dan meninggalkan Fahisa yang diam dengan wajah memerah.
Dia mau menghilang saja, malu sekali.
¤¤¤¤
Menyantap sarapan Fahisa hanya diam tanpa berniat untuk mengatakan sepatah katapun bahkan dia berusaha untuk menghindari tatapan mata suaminya. Melihat Fahisa yang sama sekali tidak mau menatapnya membuat Daffa ingin tertawa melihatnya, dia lucu sekali bahkan pipinya sedikit memerah apalagi di tambah banyaknya tanda merah di lehernya.
"Kita tidak akan kemana-mana, bukankah kamu butuh istirahat?" Tanya Daffa
Ide yang kurang baik, tapi Fahisa juga memang tidak ingin keluar bahkan kakinya masih nyeri untuk di pakai berjalan.
Jadi Fahisa hanya mengangguk setuju.
"Apa masih terasa sakit?" Tanya Daffa lagi
Kenapa harus bertanya sih?
Fahisa malu jadi yang dia lakukan hanya menggelengkan kepalanya singkat lalu melanjutkan makannya.
Setelah selesai sarapan dan membersihkan sisanya mereka duduk di sofa sambil menonton tv dengan Fahisa yang memeluk tubuh suaminya. Mereka menonton film yang Fahisa tidak tau apa judulnya dia bahkan tidak fokus menonton karena tidak faham dengan alur ceritanya.
"Fahisa, aku mau pinjam ponsel kamu." Kata Daffa
Meskipun merasa bingung, tapi Fahisa tetap memberikan ponselnya kepada Daffa. Ponsel itu termasuk ponsel keluaran lama yang di beli Fahisa setelah mendapatkan gaji.
Di biarkannya Daffa yang mengotak-atik ponselnya karena disana memang tidak ada apapun, tapi ternyata dia lupa satu hal.
"Kenapa kontak aku namanya begini? Bapak Sahara? Aku bahkan belum terlihat begitu tua untuk di anggap seperti bapak-bapak." Protes Daffa
"Waktu itu kan Mas Daffa orang tua murid yang aku ajar." Kata Fahisa
Fahisa memperhatikan Daffa yang mulai merubah nama kontaknya, tapi saat melihat apa yang dia ketik disana Fahisa jadi ingin protes.
Suamiku tercinta
Apa itu? Kenapa alay sekali?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
duh yg udah belah duren
2021-05-25
1
Uswatun Hasanah
kurang greget thor bulan madunya, kebanyakan main di luar
2020-05-07
3
Urang sunda
Nggak detail thorr:(
2020-03-12
8