Sejak lima menit Fahisa sudah selesai, tapi dia masih belum berani untuk keluar dari kamar mandi dan malah mondar-mandir di dalam sana sambil menggigit ibu jarinya. Jantungnya masih berdetak tidak karuan dia takut dan malu untuk keluar setelah apa yang tadi mereka lakukan di depan pintu kamar mandi.
Sial, mengingat itu membuat wajah Fahisa memanas.
Fahisa belum terbiasa dengan serangan tiba-tiba seperti itu apalagi dengan kondisi suaminya yang hanya mengenakan handuk. Apa pria itu tidak malu? Kenapa tidak berpakaian di dalam kamar mandi saja?
Sepertinya Daffa memang berniat menjahilinya suaminya itu sangat senang melihat wajahnya memerah karena malu. Tapi, dia tidak memikirkan Fahisa rasanya jantungnya akan copot tadi dia berdetak sangat cepat bahkan sampai sekarang.
"Fahisa? Terjadi sesuatu? Kenapa kamu lama sekali?"
Fahisa terlonjak saat mendengar ketukan pintu dan suara suaminya untung dia sudah mengunci pintu tadi, tapi tetap saja sekarang dia malah semakin tidak ingin keluar.
"Hmm gk kenapa-kenapa sebentar lagi aku keluar." Kata Fahisa dengan suara keras
Menatap pantulan dirinya di cermin Fahisa menghela nafasnya pelan untung saja wajahnya sudah kembali seperti semula tidak memerah lagi.
"Huftt tenang Fahisa gak papa jangan takut." Kata Fahisa kepada dirinya sendiri
Merapihkan rambutnya yang sudah cukup kering Fahisa mulai melangkahkan kakinya dan keluar dari kamar mandi. Beruntung sekali suaminya sedang duduk di tepi ranjang sambil memainkan ponselnya dengan ragu Fahisa mendekat.
Daffa mendongak saat ia dapat melihat sepasang kaki di dekatnya dan dia dapat melihat istrinya yang baru saja kembali dari kamar mandi itu tengah menatapnya sambil tersenyum. Dia sudah siap dengan dress warna pink selutut rambutnya Fahisa biarkan tergerai dan wajahnya yang hanya berlapis bedak bayi terlihat begitu cantik di mata Daffa apalagi pipinya yang berlubang membuat Fahisa terlihat semakin cantik.
"Maaf ya aku lama." Kata Fahisa
Tersenyum Daffa memasukkan ponselnya kedalam saku celana dan berdiri di samping Fahisa. Tangannya terulur mengusap rambut panjang yang terurai itu lalu mencium pipi berlubang Fahisa singkat.
"Cantik"
Pujian yang suaminya berikan itu membuat Fahisa tersenyum dengan pipi sedikit merona. Tanpa menunggu waktu lagi Daffa membawa tangan Fahisa kedalam genggamannya.
"Ayo kita akan melakukan banyak hal malam ini." Kata Daffa sambil tersenyum
Fahisa hanya menurut dan membiarkan Daffa akan membawanya entah kemana dia tidak tau Bali ini kali pertama Fahisa kesini, jadi biarkan saja suaminya yang akan menentukan kemana mereka akan pergi.
¤¤¤¤
Hal pertama yang mereka lakukan adalah makan malam Daffa membawa istrinya itu makan di salah satu restoran yang cukup terkenal dan pernah beberapa kali di kunjunginya. Tangannya tidak pernah lepas dari pinggang ramping Fahisa keadaan restoran cukup ramai membuat Fahisa jadi merasa sedikit gugup dan takut.
Ada beberapa wisatawan asing disana dan hal itu tidak lepas dari pandangan mata Fahisa. Hey, dia juga wanita dia penasaran dengan wajah bule yang biasanya hanya ia lihat di televisi.
"Jangan melihat pria lain!" Kata Daffa sambil mencubit pipi Fahisa
Fahisa mengerucutkan bibirnya kesal, "Aku kan cuman penasaran"
"Bibirnya minta aku cium ya?" Kata Daffa saat melihat bibir istrinya yang mengerucut
Fahisa langsung merapatkan bibirnya dan menatap Daffa dengan kesal, mesum sekali dikit-dikit cium suka sekali sih mencium bibirnya.
"Nyebelin"
Sampai di salah satu meja Daffa langsung memesan makanan yang sama sekali tidak Fahisa mengerti makanan macam apa itu. Selama ini dia hanya makan makanan yang sangat umum bukan makanan yang namanya saja begitu sulit untuk disebutkan.
Sambil menunggu pesanan mata Fahisa menjelajahi sekitarnya memperhatikan restoran besar yang memiliki suasana menenangkan ini, dia baru sadar sekarang jika rata-rata orang yang datang kesini berpasang-pasangan. Memperhatikan beberapa wanita yang juga sedang makan disana membuat Fahisa sedikit merasa minder, mereka memiliki style yang sangat keren dan pakaian mereka juga terlihat mahal-mahal apalagi dandanan yang terpoles membuat mereka terlihat cantik.
Berbeda sekali dengan dia ya? Saat pergi Fahisa bahkan hanya memakai bedak bayi atau terkadang ditambah dengan lipstik juga. Masalah pakaian semua pakaiannya tidak jelek-jelek amat, tapi kalau di bandingkan dengan mereka dia pasti kalah.
Merasa fikirannya mulai melantur Fahisa kembali mengalihkan pandangannya menatap ke arah suaminya yang juga sedang menatap ke arahnya. Senyum Fahisa mengembang dia tidak pernah berubah menjadi orang lain, Fahisa hanya akan menjadi Fahisa.
Si pemalu yang hampir tidak pernah memoleskan make up di wajahnya.
"Mas Daffa"
Fahisa tidak tau, tapi mendadak rasa penasarannya memuncak dan dia tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya.
"Iya? Kamu butuh sesuatu?" Tanya Daffa yang langsung di jawab dengan gelengan kepala oleh istrinya
"Bukan, aku mau nanya sesuatu boleh?" Kata Fahisa
Daffa mengangkat sebelah alisnya, tumben sekali fikirnya.
"Hmm tanya aja." Kata Daffa dia penasaran apa yang akan ditanyakan oleh istrinya
"Kenapa kamu milih aku untuk jadi istri kamu? Maksud aku masih banyak wanita yang lebih sempurna di banding aku." Kata Fahisa membuat Daffa terdiam dan menatapnya
Tadinya Fahisa sedikit merasa takut karena suaminya yang hanya diam dan menatapnya, tapi saat melihat pria itu tersenyum dia sedikit merasa tenang.
Apalagi ketika mendengar kata-kata manis yang di ucapknya Daffa.
"Aku bukan cari yang sempurna Fahisa, tapi aku cari wanita yang bisa buat aku nyaman dan bisa menerima semua kekurangan juga masa lalu aku,"
Ya, hanya itu yang Daffa cari dari seorang wanita dan dia menemukannya di diri Fahisa.
"Gak peduli ada berapa banyak wanita yang sempurna di luar sana kalau hati aku milih kamu, gimana?"
¤¤¤¤
Mereka berdua menghabiskan waktu hingga malam cukup larut dan baru kembali ke hotel setelah Fahisa merengek kepada suaminya karena dia lelah. Saat sampai di hotel Fahisa langsung mengganti pakaiannya dan mencuci muka lalu langsung menghempaskan dirinya di ranjang.
Sedangkan Daffa dia sudah lebih dulu berbaring di tempat tidur dan melihat istrinya yang sudah bergabung Daffa langsung mendekatkan diri. Di peluknya tubuh Fahisa dan dia langsung menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Fahisa kali ini dia tidak melakukan apapun, hanya memeluk.
"Kita akan kemana besok?" Tanya Fahisa yang sekarang mendadak kehilangan rasa kantuknya
"Pantai lalu aku akan ajak kamu ke suatu tempat." Kata Daffa
Fahisa hanya bergumam pelan lalu mulai memejamkan matanya, tapi baru beberapa menit dia kembali membuka matanya karena perbuatan suaminya. Sebelumnya Daffa yang hanya diam memeluknya kini mulai menciumi lehernya bahkan kali ini bukan ciuman biasa, suaminya itu berniat meninggalkan sebuah tanda disana.
Menahan nafasnya Fahisa mendorong dada bidang Daffa dengan kedua tangannya, tapi pria itu malah semakin mengeratkan pelukannya dan terus memberikan ciuman di leher jenjangnya. Fahisa menggigit bibir bawahnya cukup kuat menahan suara aneh yang ingin ia keluarkan setiap kali suaminya itu mencium dan meninggalkan bekas merah di lehernya.
Cukup puas dengan tanda merah yang dibuatnya Daffa menjauhkan wajahnya dan menatap wajah Fahisa yang memerah juga nafasnya yang terengah. Di dekatkan bibirnya ke telinga Fahisa dan dia membisikkan sesuatu yang membuat Fahisa semakin menunduk malu, dia salah tingkah.
"Ayo kita main sedikit"
Setelah perkataan itu selesai diucapkan Daffa langsung meraih tengkuk Fahisa dan menciumnya dengan lembut. Mendapat perlakuan begitu secara tiba-tiba membuat Fahisa kehilangan akalnya dia hanya diam berusaha memahami situasi yang sedang terjadi.
Sampai akhirnya Daffa menggigit bibir bawah Fahisa membuat wanita itu mau tidak mau membuka mulutnya dan saat suaminya itu semakin memperdalam ciuman mereka Fahisa mulai membalasnya.
Ternyata Daffa tidak menurut kepada perkataan Sahara, dia nakal dengan Fahisa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
jiwa duda Daffa meronta ronta😅😅😅😅😅
2021-05-25
0
Winar hasan
nakal yg bkin ketagihan ara
2021-02-25
0
Dwi Lina Ningsih
Malam pertamanya kapan?
2020-07-14
0