Tanpa terasa hari sudah mulai menggelap karena matahari telah terbenam sepenuhnya dan sekarang Daffa juga Fahisa sedang dalam perjalanan untuk menyusul Sahara lalu mengajak anak itu ke pasar malam sesuai yang Daffa janjikan. Selama perjalanan mereka berbincang tentang banyak hal meski Daffa lebih mendominasi percakapan, apalagi percakapan tentang bulan madu mereka.
Selama pembahasan bulan madu itu Fahisa benar-benar canggung dia enggan membahasnya, tapi suaminya itu terlihat sangat menyukai topik yang sedang dibicarakan. Bahkan dia tidak tau betapa Fahisa merasa malu dan ingin kabur saja jantungnya berdetak tidak karuan, dia gugup.
"Aku sudah bilang Mami katanya dia akan menjaga Sahara selama kita pergi jadi kamu tidak usah khawatir dan tidak perlu mencari alasan lagi." Kata Daffa yang tetap fokus menyetir tanpa tau jika istrinya itu sekarang tengah memainkan jari tangannya gugup
"Fahisa? Kenapa diam saja hmm?" Tanya Daffa yang saat ini menoleh sekilas kearah istrinya
Fahisa mendongak lalu menggigit bibir bawahnya rasanya dia benar-benar akan pingsan mendadak sekarang.
"Aku...Mmm terserah Mas Daffa saja." Kata Fahisa gugup
Daffa menahan tawanya Fahisa sungguh lucu, kenapa dia harus malu-malu seperti itu?
"Mana bisa terserah ini kan bulan madu kita berdua jadi kamu juga harus memutuskan." Kata Daffa semakin memancing Fahisa
Dia suka sekali melihat wajah malu-malu istrinya. Seandainya dia bukan di mobil sekarang sudah dapat dipastikan bibir merah muda yang sedari tadi digigit Fahisa itu akan habis olehnya.
"Aku gak tau apa-apa." Cicit Fahisa pelan
Daffa hanya menanggapinya dengan gumaman, sudah cukup dia yang akan kesusahan nanti jika terus menggoda Fahisa.
Jadi sisa perjalanan mereka dihabiskan dengan keheningan yang untungnya hanya sekitar lima menit lagi dan mereka akan sampai di rumah keluarga Wijaya. Saat mobil itu berhenti dan telah terparkir Fahisa segera membuka pintu dan berjalan lebih dulu meninggalkan Daffa yang tertawa melihatnya.
Setengah berlari Daffa berhasil meraih tangan istrinya dan membuat wanita itu berhadapan dengannya. Fahisa menunduk, tapi Daffa dengan segera meraih dagunya dan membuat manik mata mereka bertemu.
Sekali lagi setiap mereka bertatapan Daffa merasa jantungnya berdetak dengan begitu cepat apalagi ketika melihat wajah gugup Fahisa dengan rona merah dipipinya.
"Kamu lucu Fahisa." Kata Daffa membuat wajahnya semakin merona
Fahisa hanya wanita berusia dua puluh tahun dia bahkan belum pernah berpacaran, jadi mendapat perlakuan seperti ini membuatnya mati rasa.
"Wajah kamu merah." Kata Daffa lagi
"Aku malu"
Pengakuan yang istrinya itu katakan semakin membuat Daffa merasa gila, dia tidak tahan lagi untuk mencium bibir yang jarang bersuara itu dengan lembut. Berbeda dengan Daffa yang menikmati kegiatannya Fahisa justru merasa takut jika ada yang melihat mereka.
Karena sungguh mereka masih di halaman depan sekarang.
Bagaimana bisa suaminya itu begitu santai?
"Mas"
Satu kata itu Fahisa keluarkan dengan susah payah saat akhirnya pukulan pelan di dada pria itu membuatnya menjauhkan wajah dan mengusap bibir Fahisa dengan ibu jarinya.
"Maaf aku tidak bisa menahan diri." Kata Daffa
Fahisa tersenyum manis dengan bibirnya yang memerah, "Gak papa, kita masuk aja nanti Sahara keburu ngambek"
Setengah berlari Fahisa mendahului Daffa yang sedang tertawa kecil, menertawai sikapnya yang tidak sabaran dan istrinya yang sangat pemalu.
Bukankah mereka pasangan yang lucu?
¤¤¤¤
Melihat Fahisa yang baru saja membuka pintu membuat Sahara yang sedang berada dipangkuan Tania langsung berseru heboh dan berlari ke arahnya menghambur kedalam pelukan Fahisa. Tertawa kecil Fahisa membawa anak itu ke dalam pelukannya lalu mengusap-usap rambutnya dengan lembut, sedangkan suami juga Ibu mertuanya menatap mereka dengan tatapan penuh arti.
"Mommy Ara kangen." Kata Sahara sambil menciumi pipi berlubang Fahisa berkali-kali
Fahisa tidak menjawab, tapi dia balas menciumi pipi anak itu sambil berjalan menghampiri mertuanya diikuti dengan Daffa yang sekarang sudah berada disampingnya. Saat sudah berhadapan dengan mertuanya Fahisa menurunkan Sahara dari gendongannya lalu mencium punggung tangan Tania dan hal yang sama juga dilakukan oleh suaminya.
"Ara sini sama Daddy." Kata Daffa sambil menepuk kedua pahanya menyuruh anak itu untuk duduk di pangkuannya
Dengan senyuman yang mengembang Sahara menghampiri Daffa lalu duduk di pangkuannya. Berkali-kali Daffa mencium puncak kepala anaknya, dia sayang sekali dengan Sahara merawatnya dari bayi membuat rasa sayang Daffa semakin tidak terbendung.
"Daddy kita jadi ke pasar malam kan?" Tanya Sahara sambil mendongak dan menatap mata Daffa dengan tatapan penuh permohonan
"Tentu saja Daddy kan sudah janji." Kata Daffa sambil mencapit hidung anaknya gemas
"Yesss ayoo kita berangkat Daddy Ara mau beli arum manis sama naik mainan." Kata Sahara dengan penuh semangat
Anak itu turun dari pangkuan Daffa lalu menarik-narik tangannya dengan tidak sabaran membuat Daffa terkekeh pelan melihat tingkahnya. Menggandeng tangan anaknya Daffa dan Fahisa berpamitan kepada Tania untuk pergi.
"Mami kami pergi dulu ya, terima kasih sudah menjaga Ara." Kata Daffa sambil mencium kedua pipi Tania
Tania mengangguk lalu mengusap pelan rambut hitam anaknya, dia bahagia melihat Daffa yang sudah kembali menemukan kebahagiaannya.
"Hati-hati di jalan." Kata Tania
Fahisa juga berpamitan dia mencium punggung tangan mertuanya lalu mencium kedua pipinya.
"Omaaa dadahh Ara mau jalan-jalan nanti Ara belikan Oma hadiah." Kata Sahara dengan penuh semangat
Tania tertawa kecil saat melihat cucunya yang berbalik badan lalu melambaikan tangannya dengan senyuman dan perlahan tangannya ikut terangkat membalas lambaian tangan Sahara.
Ada rasa haru ketika melihat keluarga kecil itu bahkan meskipun mereka baru mulai membangun beberapa hari ini, tapi rasanya benar-benar membahagiakan ketika anaknya telah berhasil menemukan kembali bahagianya. Saat kematian Renata dulu Daffa sangat frustasi dia hampir menolak untuk melakukan apapun, tapi untungnya kehadiran Sahara membuatnya mulai mendapatkan semangat.
Sahara memang penyemangat Daffa, tapi anak itu tetap membutuhkan seorang wanita disisinya.
Dan ternyata Fahisa adalah orangnya.
¤¤¤¤
Saat sampai di pasar malam dengan tidak sabaran Sahara menggandeng tangan kedua orang tuanya, senyuman Sahara mengembang dengan sempurna. Kali ini adalah kali keempat Sahara pergi ke pasar malam, dua kali bersama Daffa dan satu kali lagi bertiga dengan Tania.
Dan kali ini Sahara pergi bersama keluarganya, bersama Daddy dan Mommy yang sangat anak itu sayangi.
"Daddy Daddy ayo kita beli arum manis." Ajak Sahara saat melihat salah satu penjual arum manis
Akhirnya mereka mendekat ke arah penjual arum manis membiarkan Sahara mendapati keinginannya dan ketika arum manis itu sudah berada di genggamannya senyum Sahara semakin melebar. Dengan penuh semangat anak itu mengajak kedua orang tuanya ke tempat permainan, bianglala.
"Mommy ayo kita naik bianglala sama Daddy juga." Ajak Sahara
Biasanya Daffa selalu menolak, tapi kali ini dia akan menuruti permintaan anaknya. Memasuki area bianglala Sahara terlihat bahagia sekali dengan arum manis digenggamannya anak itu tidak sabar untuk segera naik.
Saat sudah duduk didalam bianglala Sahara mulai memakan arum manis miliknya sambil sesekali membaginya dengan Fahisa.
"Mommy ayo coba aaaaa." Kata Sahara sambil membuka mulutnya
Fahisa tertawa kecil lalu membuka mulutnya seperti yang diminta Fahisa dan sesuatu yang lembut juga manis dapat dirasakannya.
"Kenapa tidak membagi Daddy juga?" Tanya Daffa dengan bibir menekuk seolah sedang merajuk
"Daddy biasanya tidak mau." Kata Sahara
Tapi, tidak urung anak itu turut membagi arum manisnya kepada Daffa.
"Manis sekali sayang kamu harus sikat gigi saat pulang nanti." Kata Daffa mengingatkan
"Emm Ara akan langsung sikat gigi." Kata Sahara sambil terus memakan arum manis miliknya
Bianglala itu mulai bergerak membuat Sahara tersenyum senang ketika mereka berada dibagian paling atas Sahara mengedarkan pandangannya menatap pasar malam dari atas sana.
"Mommy indah sekali yaa? Warna-warni Ara suka, Daddy harus sering ajak Ara kesini." Pinta Sahara
"Tentu saja Daddy akan kabulkan semua permintaan Ara, tuan putrinya Daddy." Kata Daffa sambil mencium puncak kepala anaknya
Setelah selesai menaiki bianglala Sahara mengajak kedua orang tuanya untuk menaiki wahana lainnya dan kemudian membeli beberapa makanan juga aksesoris rambut yang dijual disana. Mereka mengikuti kemana Sahara ingin pergi sampai tidak terasa malam sudah semakin larut ketika anak itu akhirnya lelah dan meminta untuk pulang.
"Ara ngantuk ayo pulang besok Ara mau sekolah." Kata Sahara sambil mengusap matanya pelan
"Mau digendong Daddy?" Tanya Daffa yang langsung diangguki oleh Sahara
Membawa anaknya kedalam gendongannya Daffa meraih tangan Fahisa dan menggenggamnya lalu keluarga kecil ini mulai meninggalkan pasar malam untuk kembali ke rumah mereka.
Malam ini adalah malam yang menyenangkan.
¤¤¤¤
Saat sudah sampai dirumah Fahisa segera menggendong Sahara dan membawanya ke kamar lalu menidurkan anak itu, senyum Fahisa mengembang dia mencium kening Sahara lama sebelum akhirnya mematikan lampu dan pergi keluar. Sebelum tidur Fahisa lebih dulu ke kamar mandi untuk membasuh mukanya seperti yang biasa ia lakukan.
Menatap wajahnya di cermin Fahisa tersenyum, dia bahagia untuk pernikahan ini dan semoga kebahagiaan ini tidak akan pernah menghilang. Dia bahagia karena keputusannya tidak salah semua berjalan dengan baik.
Selesai mengelap mukanya Fahisa keluar dari kamar mandi lalu membaringkan dirinya di ranjang tepat disebelah suaminya yang sudah tertidur. Sepertinya pria itu sangat lelah dia terlihat pulas sekali dan tanpa diminta tangan Fahisa terulur mengusap pipi itu perlahan.
Namun, ketika akan menjauhkan tangannya Fahisa dibuat terkejut dengan mata Daffa yang terbuka dan dia dibuat lebih terkejut ketika suaminya itu meraih tangannya lalu mencium punggung tangan Fahisa dengan lembut.
Daffa menatap mata Fahisa dengan dalam dia tersenyum, senyuman yang seolah mengatakan terima kasih.
Mencium kening Fahisa cukup lama Daffa membawa istrinya itu kedalam pelukannya membiarkan Fahisa bersandar di dada bidangnya. Tangannya mengusap lembut rambut hitam Fahisa lalu perlahan dia berbisik di telinga istrinya.
Daffa membisikkan kata-kata yang membuat Fahisa tersenyum dan turut membalas pelukan suaminya.
"Aku sayang kamu Fahisa"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
Daffa dah sayang ke fahisa tp msh"an nanti berubah jd cinta ke fahisanya
2021-05-25
0
Winar hasan
kisah daddy daffa gak kalah uwwwuuuu euy ma vina ziko....kerennnnn
2021-02-25
0
Triya Wahyuni
malu2 kucing fahisa
2020-05-05
1